RUDI duduk di antara kerumunan anak-anak yang sejak tadi menemaninya sambil menunggu giliran donor darah. Seorang anak menyodorkan semangkuk bubur jagung susu pada Rudi. “Thank you,” ujar Rudi pada anak yang sudah menginjak remaja itu. Kemudian mulai mencicipi hidangan Minggu Donor ini. “Enak gak, Kak?” tanya anak lelaki itu lagi.
“Ehmm, enak. Enak banget. Ini kayak jagung impor kualitas super, lho. Kalian dapat dari mana ini?” tanya Rudi semakin lahap menyantap bubur jagung susu itu.
“Itu bukan jagung impor, Kak. Justru itu jagung hasil bumi kampung ini,” jawab anak yang terlihat paling tua. Serta-merta Rudi menghentikan suapannya, mimik wajahnya berubah menjadi heran.
“Hasil bumi kampung ini?” tanya Rudi mengernyitkan dahinya.
“Iya, Kak. Kampung kita udah pakai cara bercocok tanam yang baik. Jadi, hasilnya juga baik,” lanjut anak itu sekali lagi.
“Wah, luar biasa ya. Tanah ini benar-benar tanah surga,” timpal Rudi sembari melanjutkan suapannya.
“Enggak juga, Kak. Semua itu tergantung kita-nya aja. Tujuh tahun yang lalu, hasil panen kita belum sebagus ini. Kondisi ekonomi juga masih sangat menyedihkan. Puji Tuhan, sejak Kak Mawar kuliah di IPB, dia banyak belajar dari teman-temannya dan menerapkan ilmu pertanian yang benar di kampung ini. Meski Kak Mawar kuliah di bidang peternakan, bukan pertanian,” sambungnya lagi panjang lebar.Rudi terdiam mendengar penjelasan bocah itu. Sejurus kemudian, ia tersenyum bangga.
💌
“MA!” hardik Rio menghentikan langkah kedua orang tuanya.
“Kenapa lagi Rio?” tanya Pak Terah Wijaya dengan nada tinggi.
“Pa, ini gak adil! Kalo Rio dan Natalie menikah karena hal yang sama, kebetulan kami bisa saling mencintai dan kami jodoh,” kata Rio panjang lebar.
“Cukup, Rio! Kalo kamu hanya ingin menghentikan Mama, percuma!” jawab Ibu Wijaya tegas.
“Ma, Mama ini kenapa sih? Mama cuma mementingkan kebahagiaan Mama, reputasi Mama, kesuksesan Mama dan semua keinginan-keinginan Mama. Apa Mama gak pikir tentang kebahagiaan Rudi?” lanjut Rio tak mau kalah.
“Justru Mama melakukan ini demi kebahagiaan Rudi, Rio!” hardik Ibu Wijaya.
“Kebahagiaan Rudi? Dengan menukarkan Rudi sebagai perjanjian bisnis Mama? Lantas ini yang disebut kebahagiaan Rudi?” sambung Rio bersih keras.
“Cukup, Rio! Jangan menentang Mama!” hardik Ibu Wijaya sekali lagi, lantas bergegas meninggalkan Rio, dan Pak Terah Wijaya, ia beranjak menuju kamarnya sambil menyeka air mata yang tak mampu dibendungnya lagi.
💌
“TERNYATA kampung ini terlalu menyenangkan ya,” kata Rudi saat mengantarkan Mawar ke depan pintu rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure, It's a Truly Love [On Going - Segera Terbit]
RomanceRange 15+ Bangkrutnya pemilik peternakan kuda tempat Mawar bekerja, seperti menjadi skenario Tuhan untuk mempertemukannya dengan Rudi. Mawar dengan segala keunikannya berhasil mengambil tempat istimewa di hati Rudi. Sayangnya, peternakan kuda yang d...