Rudi berdiri di depan cermin. Dandanannya tidak terlihat seperti biasanya. Ia hanya mengenakan celana jeans dan kaos sederhana sambil tak henti-henti memandang dirinya. “Ganteng juga. Meski pake baju beginian,” bisik Rudi dalam hati. Lalu berputar-putar memperhatikan setiap senti dandanannya. Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.“Siapa?” suara Rudi terdengar hingga keluar.
“Saya, Pak.” jawab sebuah suara.
Saat membuka pintu, terlihat wajah Pak Syahdin. “Oh, Pak Syahdin. Masuk, Pak, Masuk. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Rudi ramah. Namun Pak Syahdin justru termangu melihat penampilan Rudi yang berubah seratus delapan puluh derajat. Beliau masih berdiri di depan pintu kamar Rudi. “Lho, Pak? Kok gak masuk?” tanya Rudi lagi.
“Oh, iya. Maaf, maaf,” jawab Pak Syahdin tersadar, “Maaf nih, Pak. Kok penampilan Pak Rudi hari ini sedikit berbeda ya?” tanya Pak Syahdin takut-takut.
“Berbeda? Oh, iya, hari ini rencananya saya mau mulai turun langsung ke peternakan. Gak mungkin ‘kan kalo saya pake jas ke kandang kuda?” jawab Rudi ringan.
“Wah, Pak Rudi mau ke kandang kuda? Luar biasa! Semua pekerja pasti akan senang menyambut kedatangan Bapak,” lanjut Pak Syahdin terkagum-kagum.
“Ah, Pak Syahdin bisa aja. Semoga hari ini mereka bisa menerima kedatangan saya ya, Pak. Semoga Saya juga bisa cepat beradaptasi dengan rekan-rekan di peternakan,” lanjut Rudi pula rendah hati, “Oh ya, mau minum apa, Pak? Biar saya bikinin. Ya, meski cuma ada teh sama kopi saja.”
“Aduh, gak usah repot-repot, Pak. Saya datang ke sini cuma mau memastikan kalo Bapak nyaman tinggal di sini. Barang kali ada beberapa yang perlu diperbaiki atau butuh bantuan saya untuk membersihkan kamar. Soalnya ruangan ini sudah lama sekali tidak dipakai,” ujar Pak Syahdin menjelaskan maksud kehadirannya.
“Oh gitu? Wah, saya berterima kasih sekali, Bapak sudah begitu perhatian sama saya. Nanti kalo memang saya butuh bantuan, pasti saya kasih tahu. Eh ngomong-ngomong, tadi pagi-pagi sekali saya belajar masak nasi goreng. Kebetulan saya lihat ada kompor yang masih bisa digunakan dan masih ada sisa bahan-bahan makanan yang saya bawa dari villa. Yuk, mari dicicip, Pak,” lanjut Rudi berusaha membangun suasana kekeluargaan di ruangan sederhananya ini.
“Bapak bisa masak nasi goreng? Waduh, Saya jadi orang paling beruntung nih bisa menyicipi nasi goreng buatan Pak Rudi.” goda Pak Syahdin.
“Hahaha... Bapak bisa aja. Yuk, yuk, kita makan,” ajak Rudi sekali lagi.
💌
PINTU kamar Mawar diketuk seseorang. Sedangkan ia masih sibuk berkemas-kemas berangkat kerja.
“Siapa?” tanya Mawar sambil mengeringkan rambutnya.
“Kak, minggu ini pesanan miniatur dan lukisannya udah siap dikirim. Gimana?” tanya Dimas dari balik pintu kamar Mawar. Tiba-tiba Mawar membuka pintunya.
“Udah dibungkusin, belum?” tanya Mawar sembari mengeringkan rambutnya. Ia sudah mengenakan pakaian kantornya.
“Belum sih. Makanya aku kasih tahu dulu sama Kakak. Biar Kakak bisa ngaturin kita di workshop, jangan sampe nanti pesanannya apa yang sampe apa. Ya ‘kan?” lanjut Dimas.
“Hmm.. Kapan ya?” ujar Mawar berpikir sejenak lantas mendekati meja kerja di kamarnya lalu membuka buku agendanya. Ia tampak mencari-cari jadwal kosongnya.
“Sekarang Senin, ya udah Rabu aja deh. Istirahat makan siang Kakak ke workshop ya. Jadi pas pulang kerja, kakak bisa tinggal cek bungkusannya. Gimana?”
“Ok. Nanti siang aku kabarin teman-teman yang lain ya,” jawab Dimas.
💌
IBU Ratih Wijaya terburu-buru. Supir dan mobilnya sudah menanti di depan rumah. Tampaknya ia tak sabar ingin menemui seseorang. Sedangkan Rio dan Natalie masih menikmati sarapan pagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure, It's a Truly Love [On Going - Segera Terbit]
RomanceRange 15+ Bangkrutnya pemilik peternakan kuda tempat Mawar bekerja, seperti menjadi skenario Tuhan untuk mempertemukannya dengan Rudi. Mawar dengan segala keunikannya berhasil mengambil tempat istimewa di hati Rudi. Sayangnya, peternakan kuda yang d...