7. Bayiku Hilang!

7.3K 705 6
                                    

Butuh setidaknya 30 menit untuk Panji menemani Zartin mandi. Kini pria 30 tahun itu tergeletak di lantai usai memakaikan baju si bocah pirang, "Hah... Tubuhku rasanya ingin terbakar!" Keluh kesah Panji. Sebab di kamar mandi tadi dia tidak turut mandi melainkan hanya duduk diam di pinggir bak menemani bocah pirang yang asik bermain air.

Sementara bayi malah tampak bahagia, "Ailnya hangat! Aku suka!" Dia menatap Paman berwajah datar yang duduk memegang tablet. Zartin mendekat sampai tiba di samping kursi. Menggigit bibir bawahnya dia berkata, "Paman..."

Deg!

"..." Sorot mata hijau Singar bergerak ke ujung matanya guna melihat objek kecil berambut pirang bermata hijau tersebut.

"Paman?" Zartin memiringkan sebagian tubuhnya karena tidak mendapat tanggapan dari paman berwajah datar.

Rasa panik yang menyerang Singar, Satu tetes keringat terbentuk dan lolos dari wajahnya. Pria itu benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa.

Bayi cemberut, Dia masih belum menerima jawaban. Lantas memberanikan diri dia menarik-narik celana Paman datar, "Paman!"

Panji bangun dari posisi rebahan di lantai karena terkejut mendapati bocah itu begitu berani mendekati tuannya. Tetapi baru saja dia membuka mulut untuk melarang, Panji melihat kakak sepupunya menggeleng dari sana.

Singar mematikan tablet dan menaruhnya di meja, "Apa" Dalam hati dia bernafas lega setelah mengucap satu kalimat itu.

Wajah si bayi penuh oleh binar kebahagiaan ketika mendengar sahutan Paman didepannya, "Kenapa Paman tidak ikut mandi belsama kami?" Zartin mendongak agar bisa melihat jelas raut si Paman datar.

Ditatap demikian membuat Singar gugup. Maniknya berpindah ke arah lain, "Mandi nanti"

Kekuatan apa yang anak ini miliki? Singar, Pria yang tidak pernah takut akan apapun kini merasa gugup hanya karena tatapan seorang bocah kecil? Lebih-lebih anak ini sama sekali tidak takut kepadanya! Dunia lelaki 31 tahun itu pasti sedang dibalik oleh Tuhan!

Panji merotasi matanya, "Hey tuan datar, Kamu bahkan berkata sesingkat itu kepada anak kecil? Kamu pikir dia akan paham dengan ucapanmu?"

Yang tidak disangka-sangka bayi menoleh kepadanya, "Aku paham! Paman ini bilang dia akan mandi sebental lagi, Benal kan Paman?"

"Hmmm..." Singar tidak tahu entah harus senang atau tidak melihat wajah jelek Panji.

Sang Sekertaris menunjuknya, "Bocah, Kamu mengerti dengan kata-kata pria datar itu?"

Zartin mengangkat sedikit kepalanya lalu menepuk dadanya berkali-kali, "Tentu saja! Pelkataan Paman ini sangat mudah kumengelti!" Jawabnya bangga.

Ekspresi Panji mendadak masam, "Sepupu brengsek, Jika dia benar-benar anakmu sepertinya aku harus pensiun menjadi sekertarismu, Sifatnya sunggu mirip denganmu! Apa aku masih perlu mengambil bukti tes DNA-nya?"

"Perlu"

"Untuk apa? Kalian jelas-jelas ayah dan anak!" Panji meremas kasar rambutnya sendiri.

"Untuk jaga-jaga"

"Hah... Baiklah..." Sejenak Panji memperhatikan bocah pirang. Lalu berkata, "Kenapa aku tidak terpikirkan dari tadi? Anakmu ada disini artinya kita bisa dengan mudah mengambil sehelai rambutnya untuk pemeriksaan nanti! Ah aku sungguh bodoh!"

Dia pun berdiri, "Bocah, Bolehkah Paman mengambil satu rambutmu?"

Namun si bayi mundur hingga punggungnya menyentuh betis Singar.

Deg!

Lagi, Debaran jantung kembali Singar rasakan... Apa bocah ini benar-benar anaknya? Rasa hangat selalu hadir hanya dengan memandang bayi ini. Hati yang beku mencari seketika saat mata hijau itu menyapanya, Singar sungguh tidak berdaya dihadapan anak ini.

HOT YOUNG PAPA, WILL YA MARRY ME? (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang