part-50

2K 99 10
                                    

Chen Heng menatap Zhela yang sejak tadi diam, tatapan penuh arti itu membuat sang gadis kecil gugup.

Bagaimana tidak, mereka bertiga sedari tadi tidak berbicara. Membuat suasana menjadi canggung.

"Berhenti menatap Zhela seperti itu." Tegur Asya membuat laki-laki berwajah China itu mengalihkan perhatiannya.

Chen Heng tersenyum lembut seraya menatap Zhela kembali.
"Tidak, hanya saja Zhela tidak memakan kuenya. Apakah kuenya tidak enak?" Tanyanya.

Zhela menunduk gelisah, lantas anak itu menjawab.
"Kuenya enak." Singkatnya.

Kecurigaan Asya semakin tinggi kala melihat sikap putrinya yang tidak seperti biasanya, Zhela yang biasanya selalu menempel ditubuh Chen Heng mendadak terlihat ketakutan.

Rasanya Asya ingin bertanya, tapi ia harus segera pergi karena Zhela belum menganti baju seragam sekolah miliknya.
"Habiskan kuemu Zhela, setelah itu kita pulang."

Mata Chen Heng mengerjab beberapa kali, "Aku masih merindukan Zhela, biarkan dia disini sebentar." Semburnya dengan buru-buru.

"Tidak bisa, aku takut suamiku sudah pulang. Dia pasti kalut mencari kami sekarang." Bohong Asya, padahal hari ini Ariz tidak pulang karena harus kembali kerumah istri pertamanya.

Dahi Chen Heng berkerut tidak suka mendengarnya. Padahal selama satu hari penuh ini, ia sengaja mengikuti Asya sampai Ketoko kue ini.

"Aku sampai sekarang masih belum menyangka kamu akan kembali sama dia lagi, apakah kamu sudah melupakan masa itu Asya?" Chen Heng mencoba mengingatkan wanita ini, bahwa Ariz adalah laki-laki yang sudah menghancurkan hidupnya.

"Aku memang tidak melihat dia menghancurkan hidup kamu, tapi saat kamu menceritakan masa lalumu itu. Aku bisa merasakan bahwa perasaan kamu benar-benar hancur." Laki-laki itu kembali mengingat masa dimana Asya masih percaya dengannya.

Memang awalnya Asya tidak ingin membahas masalalunya. Namun memasuki usia pernikahan mereka yang ke satu tahun, akhirnya Asya siap dan menceritakan segalanya.

"Lupakan masa lalu itu, aku sudah memaafkannya." Jawab Asya asal.

"Kamu dapat memaafkan dia, sementara denganku?" Laki-laki itu menatap Asya nanar, bagaimana bisa Asya memaafkan laki-laki itu dengan gampangnya? Chen Heng sungguh iri.

"Chen Heng, kejadian itu terjadi 7 tahun lalu. Tidak mungkin aku akan terus memikirkannya. Sekarang yang aku butuhkan adalah kebahagiaan Zhela." Asya mengambil handphonenya yang sedari tadi berdering.

"Lagi pula, jika Ariz tidak mencampakanku, kita berdua tidak mungkin akan bertemu kan?" Jawaban telak Asya membuat Chen Heng terdiam. Benar, tapi mengapa pertemuan mereka harus berakhir buruk?

"Berhenti menyudutkan suamiku, dia dan kamu tidak ada bedanya, katakanlah aku memang bodoh. Tapi aku tidak akan sebodoh itu untuk kembali menerimanya." Asya berdiri dari duduknya seraya menarik Zhela.

Wanita itu lantas meninggalkan Chen Heng didalam toko sendirian, laki-laki itu terlihat meresapi maksud dari kalimat terakhir Asya.

Diluar Asya akhirnya mengangkat telepon Fang yin yang tidak ada hentinya, raut wajahnya amat jengah saat menyapa.

"Kamu dimana!?"

Satu alis Asya terangkat naik saat mendengar nada panik diseberang telepon.
"Aku baru saja menjemput Zhela dari sekolah, ada apa?"

Asya kira ia akan mendengar tangisan lagi, tapi ternyata tidak sesuai pikirannya.

"Astaga, syukurlah..."

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang