Chapter 10. Kerajaan Dwargo.

475 67 6
                                    

Setelah permasalahan Shizu, akhirnya setelah 3 hari menetap di Tempest dia memutuskan untuk kembali bersamaan dengan Eren, Kaval dan Gido. Namun karena hal itu pula, Rumor banyak tersebar tentang monster yang mendirikan sebuah kota di kedalaman hutan Jura.

Hal itu menjadi perbincangan yang hangat bagi para manusia, ada yang percaya, mengabaikan, takut, banyak pendapat mengenai hal tersebut.

Tujuan ku saat ini juga untuk mengambil kembali Kaijin dan 3 bersaudara, karena mereka di butuhkan untuk masa depan Tempest. Karena itulah aku di sini! Di kerajaan Dwargo bersama Ranga yang berada di bayangan ku. Meskipun ada beberapa warga ku yang ingin ikut di karena kan khawatir, tapi aku menolaknya dengan halus.

Hal-hal juga berbeda dari sebelumnya, tidak ada kekacauan yang terjadi saat barisan untuk pemeriksaan. Jadi aku dapat masuk dengan nyaman tanpa kendala ataupun mendekap terlebih dulu di penjara.

"Heh, entah kenapa ini terasa seperti nostalgia."

Melihat sekeliling, masih terlihat beberapa ras berbeda. Karena Dwargo adalah satu-satunya negara yang mengijinkan ras monster untuk masuk. Di karenakan dia merasa berhutang ke pada salah satu monster yang telah mengajarinya berperang, atau dengan kata lain Hakurou.

Merasakan ada seseorang yang akan menabrak ku, aku segera menghindar ke samping melihat Kaitou adik dari Kaijin berlari tergesa-gesa. Aku menempuh bahunya yang membuatnya berhenti.

"Permisi, apakah ada masalah?"

"Ah ..."

Dia menatapku ... Jangan tersipu sepeti itu oi! Dia segera menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan dirinya sendiri.

"Maaf, tapi aku sedang sibuk. Jika ada masalah, kau boleh berkonsultasi ke penjaga lain yang ada di dekat sini."

Ini berbeda dengan pertama kali kita bertemu, jadi masuk akal jika dia juga membalas dengan perkataan yang berbeda. Dengan begitu dia berlari kembali dan aku mengejarnya di sampingnya.

"Apakah ada masalah mendesak, mungkin aku bisa membantu."

"Ada dinosaurus berlapis baja yang tiba-tiba muncul di tambang, membuat beberapa orang terluka. Jadi kami harus segera mengevakuasi para korban. Terimakasih atas tawarannya, tapi kami akan menyelesaikan masalah kami. Nona tolonglah bersantai di negara ini selagi kami mengurus beberapa hal."

Akhirnya topik nya mengarah ke sini juga.

"Bukankah itu berarti ada banyak orang yang terluka jika monster muncul di pertambangan?" Aku segera mengeluarkan tong besar dari penyimpanan ku. Dia berhenti menatap tong itu.

"Semoga ini dapat membantu kalian, di sini ada obat penyembuhan yang sangat efektif."

Dia menatap ku lalu menatap tong itu sekali lagi dengan curiga, namun menyadari kalau tidak ada waktu untuk berpikir. Dia segera mengangkat Tong itu dan berlari kembali sebelum mengucapkan terimakasih sambil berteriak.

Ku harap aku juga bisa bertemu dengan raja Dwargo dengan jalan yang berbeda, saat itu pertemuan pertama kami adalah di persidangan. Apakah itu akan berubah untuk saat ini?

Iya juga, kami di persidangan karena masalah dengan Vesta.

Memutuskan untuk ke tempat Kaijin lagi, aku mengetuk pintu beberapa kali. Aku bisa mendengar bentrokan antara logam yang sedang di hantam, cukup mudah untuk mengetahui kalau di dalam dia sedang menempa.

Tidak ada balasan, bahkan pintu tidak sedikit pun terbuka. Mengetuk lebih keras. Akhirnya suara bentrokan antara logam itu berhenti dan pintu perlahan terbuka.

"Siapa nona ini?"

"Senang bertemu dengan mu Kaijin, cukup mudah untuk menemukan tempat tinggal mu karena kau sangat terkenal."

"Aku sibuk, kembalilah."

Bamm!

Pintu di tutup dengan keras bahkan sebelum aku berbicara kembali ...

<<Master yang malang.>>

Diam!!

Kenapa jadi seperti ini?

<<Karena dia tidak memiliki kesan apapun kepadamu Master. Hanya Gadis cantik yang mengetuk pintu, itulah kesannya padamu.>>

Benar juga, berbeda dengan saat itu. Aku pergi bersama dengan Kaitou adiknya dan mendapatkan kesan yang baik darinya juga karena telah menyelamatkan 3 Bersaudara yang telah dia anggap keluarganya. Dengan kata lain ... Aku hanyalah orang asing sekarang.

"Emm ... Aku harus bagaimana sekarang?"

Mengetuknya lagi, Kaijin sekali lagi nembuka pintu dengan raut wajah yang terlihat lelah dan juga sedikit kesal di wajahnya.

"Ada apa nona? Aku benar-benar sibuk untuk saat ini, jika anda ingin memesan senjata. Datanglah lain kali. Aku tidak menerima pelanggan untuk saat ini."

"Begini, aku tau kalau kau sedang mendapatkan pesanan dari ker–."

"Kalau tau cobalah datang lain kali."

Bamm!

Pintu kembali tertutup dan suara bentrokan antara logam kembali terdengar dari dalam.

Aku bisa memahami tingkat stres yang tengah di alami oleh Kaijin karena pesanan yang tidak masuk akal dari kerajaan, lebih tepatnya oleh Vesta yang menyudutkannya sehingga dia tidak mempunyai pilihan lain untuk melakukannya. Ini menjadi lebih merepotkan.

Memaksanya sekarang hanya akan memperburuk suasana. Sepertinya aku harus menunggu di sini sampai adiknya datang. Duduk bersandar di pintunya sambil memeluk lutut. Aku menunggu berjam-jam tapi tidak ada tanda-tanda Kaitou akan datang.

"Ini kak ... Jangan terlalu bersedih ..."

"Ehh?" Seorang anak kecil memberiku beberapa poin tembaga yang secara refleks aku mengambilnya.

"Dahh."

Dia melambai pergi sambil berlari, aku terpaku kepada sosoknya dan koin yang ada di tangan ku.

Dia berpikir aku pengemis!?

"T-Tunggu ..." Namun anak kecil itu telah pergi melewati kerumunan warga.

Ciel ... Jangan tertawa ...

<<Tidak akan ... Master.>>

Aku bisa merasakannya kalau kau sedang menahannya!!

<< ... >>

Hufff ...

Nah, mungkin ini keberuntungan ku. Tidak baik membuang apa yang telah di beri oleh orang lain. Meskipun di awali dengan kesalahpahaman.

"Ahh, Nona yang sebelumnya."

Melihat ke samping, sosok Kaitou terlihat dengan 3 bersaudara lainnya. Aku bangun dengan wajah cerah ketika dia menghampiri ku.

"Apa yang anda lakukan di sini?"

"Aku ada urusan dengan pandai besi Kaijin, tapi dia menyuruhku untuk datang lain kali. Jadi aku berpikir untuk berdiam diri terlebih dahulu di sini menunggu keberuntungan ku datang. Ngomong-ngomong namaku Rimuru, Rimuru Tempest."

Mereka kemudian juga memperkenalkan diri sambil berterimakasih kepadaku tentang obat nya.

"Jadi, kau ingin bertemu kakakku? Aku akan memberi pelajaran kepada pak tua bodoh itu." Dia mengulung baju tangannya dan menggedor pintu dengan keras.

"Kali ini siapa!?" Suara Kaijin berteriak kesal ketika dia membuka pintu.

"Halo ..." Aku melambai canggung ketika Kaijin kembali menatapku dan menatap adik, sekaligus 3 bersaudara yang ada mereka melakukan hal yang sama seperti ku.

Bersambung.

Alternatif time lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang