d u a

3.2K 176 21
                                    

Heeseung turun dari mobilnya dengan raut wajah panik.

"Maaf, kamu ga apa-apa?" Tanya heeseung pada seorang wanita yang terduduk memegangi kepalanya karena ketakutan.

"Saya masih hidup kan?" Tanya wanita itu.

"I-iya kamu masih hidup, ayo bangun" heeseung membantu wanita itu untuk bangun, dan heeseung beralih memunguti beberapa buah-buahan yang jatuh berserakan di jalan.

"Hiks..." Heeseung menoleh terkejut mendapati wanita di hadapannya menangis.

"Maaf apa ada yang sakit?" Tanya heeseung yang langsung di jawab dengan gelengan oleh wanita itu.

"Saya ga apa-apa kok cuma saya sedikit shock Aja" jawab wanita itu.

"Saya antar kamu pulang ya" tawar heeseung yang sama sekali tidak di tolak oleh wanita itu.

Heeseung akhirnya membukakan pintu di sebelah nya agar wanita itu masuk, dan setelah wanita itu masuk ia pergi kembali ke kursi kemudi untuk menjalankan mobilnya.

Di dalam mobil, wanita itu melirik seluruh isi mobil heeseung, heeseung kini menoleh untuk bertanya pada wanita itu.

"Saya heeseung, dan kamu?" Tanya heeseung.

Wanita itu menoleh pada heeseung, "saya bianca, biasa di panggil bia"

"Oh bia, ngomong-ngomong ini rumah kamu dimana ya?" Tanya heeseung

"Lurus aja nanti ada belokan ke kiri belok aja nanti jalan terus di sana rumah saya" jelas bia.

Heeseung mengangguk paham, sampai akhirnya mereka sampai di depan sebuah panti asuhan, heeseung sempat kebingungan takutnya ia salah tempat.

"Ini panti asuhan, ini kamu tinggal di sini beneran?" Heran heeseung.

"Iya, saya tinggal di sini dari kecil. Anda mau mampir?" Tawar bia yang kini sudah turun dari mobil heeseung

Heeseung mengangguk, ia juga ikut turun karena jujur ia penasaran ingin melihat ke dalam panti asuhan tersebut.

"Maaf ya, di sini banyak anak-anak jadi agak berisik" ucap bia.

"Ga apa-apa kok, saya udah biasa dengerin suara berisik anak-anak karena saya juga di rumah punya dua anak" jelas heeseung.

"Oh jadi tuan udah punya anak?" Kaget bianca.

Heeseung mengangguk sembari tersenyum sedangkan bianca kini sedikit cemberut karena tadi ia sedikit naksir melihat heeseung yang ternyata sudah memiliki istri dan dua buntut.

"Kak bia udah pulang!! Horee!!" Seru anak panti ketika melihat bia datang bersama heeseung.

"Awas jatuh" peringat bia ketika salah satu anak panti berlari menghampiri dirinya.

"Wah kak bia bawa buah apel" ucap salah satu anak panti.

"Ini di makan bareng-bareng ya" bia memberikan satu plastik berisi buah yang di pungut oleh heeseung tadi pada anak panti.

"Kamu disini-" belum heeseung selesai berbicara, bia sudah memotong pernyataan heeseung yang sudah bia yakini apa yang akan di tanyakan pria itu.

"Iya, aku tinggal di sini sama anak panti. Aku dari kecil ga punya orang tua dan aku di urus sama ibu panti sampai sebesar ini, aku juga sering bantuin ibu panti buat jagain anak panti tapi setengah tahun ini aku kerja di toko buah, jadi setiap toko buah punya buah yang udah jelek aku selalu bawa pulang buat di makan sama anak panti, kan mubazir banget kalo buah nya di buang padahal cuma rusak dikit doang. Tapi kayaknya buat besok-besok mereka udah ga bisa nikmatin buah-buahan lagi deh" jelas bia panjang lebar, ntah dia sadar atau tidak karena terlalu banyak bicara.

"Kenapa emangnya?" Tanya heeseung penasaran.

Bia nampak menghela nafasnya dan tersenyum, "aku barusan di pecat gara-gara ada yang bilang aku maling uang toko, makannya tadi aku nangis itu bukan karena di tabrak sama tuan" jelas bia sedikit malu.

Heeseung kini paham, "eum...saya ada kerjaan sebenarnya, itu pun kalau kamu mau"

"Hah, apa tuan? Saya mau kok jadi pembantu juga mau"

Heeseung tersenyum melihat bia nampak bersemangat.

"Jadi pengasuh anak saya kamu mau?"

"Pengasuh? Mau banget tuan apalagi saya udah cukup ngerti kok kalau ngurus anak kecil, saya udah terbiasa ngurus anak-anak di panti" jelas bia

"Iya saya percaya, yaudah besok dateng ke rumah saya di jalan pelita, nanti kamu cari perumahan diamond green's aja, tanya satpam nya unit perumahan lee heeseung dimana nanti pasti langsung di anterin sama pak satpam nya" jelas heeseung.

"Wah iya iya, saya besok ke sana deh"

"Yaudah saya pamit ya, istri sama anak saya pasti udah nungguin saya pulang" pamit heeseung.

"Iya tuan, hati-hati tuan"

Heeseung mengangguk dan memasuki mobilnya, heeseung mengklakson pada bia saat mobilnya sudah berputar arah hendak jalan.

































"Baru pulang? Kemana aja?" Tanya clara sedikit serius.

Heeseung tersenyum memasuki kamarnya dan menghampiri clara.

"Tadi aku ga sengaja nabrak perempuan, terus aku anterin dia sampe rumahnya" jelas heeseung.

"Terus perempuan itu ga kenapa-kenapa kan?" Panik clara.

"Ngga, dia cuma shock aja tadi, ngomong-ngomong dia ternyata rumahnya di panti asuhan. Dan tadi dia cerita kalau dia habis di pecat gara-gara di fitnah aku jadi kasihan yaudah tadi dia aku suruh ke sini besok pagi ga apa-apa kan?"

"Hah? Buat apa dia kesini?"

"Buat jadi pengasuh koa sama noa, kamu tenang aja dia udah berpengalaman ngurus anak kecil. Jadi kamu ga usah khawatir"

"Tapi hee, kamu kok sepercaya itu sih sama orang? Gimana kalau dia-"

"Kamu tenang aja, aku bisa jamin dia orng yang baik kok"

Clara berdecak, ia sedikit was-was. Maklum namanya ibu tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa anak dan keluarga nya.

"Clara"

"Hm?"

"Maaf ya soal kalimat ku waktu itu "

"Ck, ga usah di ungkit aku berusaha lupain itu malah kamu ingetin lagi" kesal clara.

Heeseung mengulum bibirnya, dan ikut duduk di kursi meja rias istrinya.

"Aku beneran minta maaf, aku kemarin lagi stress aja makanya ngomong gitu"

"Tapi biasanya omongan yang keluar dari mulut kalo lagi stress tuh suka jujur" sindir clara.

"Iya aku tau, tapi aku jujur aku emang bosen-"

"Tuh kan"

"Dengerin dulu sayang, aku bosen emang tapi sekarang udah ngga sumpah, kamu percaya kan?"

"Tetep ga percaya"

Heeseung cemberut mendengar ucapan clara, "terus aku harus apa biar aku percaya?"

Clara kini nampak berfikir ingin mengerjai heeseung karena sebenarnya ia sudah memaafkan heeseung sedari tadi, tapi ia sengaja ingin pura-pura belum memaafkan karena ingin menggoda heeseung.

"Pijetin aku baru aku percaya dan maafin kamu"

"Oke siapa takut, tapi jangan salahin aku ya
kalo pijet nya nanti di pertengahan jadi pijet plus-plus " ucap heeseung sembari tersenyum menggoda pada clara.

"Ish kebiasaan"

"Udah terlanjur sayang, ayo kita pijet-pijet" ajak heeseung menggendong clara ala bridal style dan menghempaskan tubuh clara dengan lembut ke atas kasur, namun sebelum itu heeseung berlari kepintu untuk mengunci pintu kamarnya.

Takut jika si kembar menciduk mereka yang tengah melakukan 'pijat plus-plus'.[]






















TBC

PERFECT ENDING | HEESEUNG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang