Apa yang terjadi di hotel?
Tidak ada.
Rose tidak mengindahkan ucapan Jaehyun untuk turut beristirahat di samping suaminya itu, terasa aneh untuk kembali sedekat itu setelah semua yang terjadi.
Saat ini pukul empat pagi.
Rose terduduk di tepi ranjang memandang punggung Jaehyun yang sedang bercermin, menggulung lengan kemejanya yang tampak kusut karena ia pakai tidur.
"Terjaga sepanjang malam?"
Suara Jaehyun memecah keheningan, pria itu bertanya tanpa memandang istrinya itu.
Rose menarik nafasnya pelan, "iya."
Jawaban Rose membuat Jaehyun secara otomatis memutar badannya, menatap sang istri yang kini justru membuang pandangannya.
"Mengapa?"
Dari pucuk matanya Rose dapat melihat jika kini Jaehyun melangkah mendekat ke arahnya, Rose tidak ingin terlihat terintimidasi dengan apa yang pria itu lakukan.
Namun jantungnya berdegup cepat dalam kekhawatiran.
Tanpa peringatan, Rose dapat merasakan sentuhan jari pemuda itu di wajahnya walau kemudian dengan segera ia tepis.
"Jangan menyentuhku," desis Rose.
Jaehyun tertawa sinis, pria itu tidak mempercayai apa yang baru ia dengar dari mulut Rose.
"Dan kenapa aku tidak boleh menyentuhmu?" tanya Jaehyun.
Lelah bercampur emosi, ingin rasanya Rose meneriakkan 1001 jawaban di wajah Jaehyun yang menjelaskan mengapa ia tidak mau disentuh Jaehyun.
Namun dengan kondisi 'khusus' yang Jaehyun alami, ia lagi-lagi harus menahan luapan emosinya.
Jika dulu ia akan membalas api dengan api, maka kali ini ia akan menjadi air, demi keamanan dirinya.
"It's been years ... so ...."
Jawaban Rose menggantung, ia kembali membuang pandangannya, tidak ingin bertemu tatap dengan Jaehyun.
"So ... why don't we start over?"
Pertanyaan itu terlontar dari mulut Jaehyun, wanita itu jelas saja tidak merespon apapun untuk pertanyaan itu.
"Kamu tahu ... kamu cuma perlu nurut sama aku," ucap Jaehyun lagi.
Menurut tetapi terkekang di saat bersamaan? Siapa yang mau hal itu?
"Kita bakal jemput Nino sama Ilo dua hari lagi," ucap Jaehyun seraya mengelus pipi Rose untuk kedua kalinya.
Mendengar nama kedua anaknya disebut, Rose secara otomatis menolehkan kepala lagi dan menggelengkan kepala pelan.
"Bukan kita, tapi aku," jawab Rose.
Jaehyun pun menghela nafas kemudian membungkukkan badan untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Rose.
"Nino dan Ilo itu anak aku, aku berhak untuk ikut jemput mereka-"
"Nino tidak akan mau melihat dirimu," potong Rose segera.
"Kejadian di mana kamu ... nampar aku ... masih terpatri jelas di ingatan Nino. Dia takut dan benci pada ayahnya sendiri," ucap Rose penuh penekanan.
Rahang Jaehyun tampak mengeras.
"Aku tak peduli, Rose."
"Tapi aku peduli!"
Jaehyun menegakkan kembali badannya, membuang nafasnya dengan kasar seolah mengatur nafas untuk menahan ledakan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunny | Book 2 of "Sore"
FanfictionMatahari telah kembali, masa redup telah lalu.