Kain hitam dibentang untuk memisahkan kami dari penonton. Di belakamg panggung sudah ada 13 orang yang sudah siap memakai kostumnya masing-masing. Pemerannya ada aku sebagai pangeran Bandung Bondowoso, Diana sebagai putri Roro Jonggrang, Dinata sebagai raja Penggi, dan terakhir ada Bagja sebagai raja Boko.
Sebenarnya masih ada beberapa pemain tambahan lagi, kayak tiga orang prajurit raja penggi, tiga orang prajurit raja Boko, dan tiga orang yang akan memerankan para jin pembantu Bondowoso.
Di cerita ini ada beberapa versi yang nyebut kalau penyerangan kerajaan Penggi ke kerajaan Boko itu waktu Bandung Bondowoso sudah menjadi raja. Dan ada yang nyebut penyerangan kerajaan Penggi itu waktu Bondowoso masih jadi putra mahkota.
Kami mengambil opsi yang kedua soalnya buat tambah-tambah pemain. Lagi pula cerita pangeran yang jatuh cinta kepada seorang putri lebih familiar di dengar dari pada seorang raja nya yang jatuh cinta.
Sambil mengingat-ingat lagi dialogku, aku mengambil nafas panjang dan mencoba menenangkan pikiranku. Di sini yang buat aku tertekan adalah saat melihat penampilan kelas 12 A tadi, entah kenapa aku pikir kalau adegan kami harus lebih baik lagi dari pada kelas 12 A.
Padahal main aman aja juga sudah cukup buat kami, apalagi pemain-pemain tambahan yang lain gak punya bakat akting.
" Kenapa jadi kamu yang grogi? " ucap Diana.
" Oh Diana. Enggak kok, aku cuma kepikiran aja apa penampilan kita bakal lebih baik dari pada kelas A. "
" Kalau kamu bandingin sama kelas A, itu sama aja kamu bandingin bulan sama bintang. "
" Maksud kamu? "
" Maksudku, semua kelas punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, Erza. Kalau kamu pengen sebuah penampilan yang benar-benar sempurna, bahkan latihan sebulan dua bula aja gak bakal cukup buat kelas kita. "
" Iya, kamu benar. "
" Fokus aja sama penampilan kita, oke. Jangan berekspetasi tinggi, kita lakukan saja yang terbaik. "
" Iya, siap tuan putri. "
Dia hanya tersenyum saja saat aku puji dia sebagai seorang tuan putri.
Diana benar, kita hanya harus fokus saja ke penampilan kita. Jika kita nunjukin penampilan terbaik, otomatis penilaian sempurna juga bakal juri kasih.
" Temen-temen, bisa kumpul sebentar? " ucap Diana ke teman-teman lomba lainnya.
Kami semua berkumpul dan membuat lingkaran. Diana menyemangati kita semua supaya bisa menunjukkan performa maksimal kami saat tampil nanti. Sebagai penyemangat tambahan, kami juga melakukan tos.
" 12 D! Bisa! "
" Baik, buat penampilan selanjutnya. Mengambil cerita legenda candi Prambanan, kisah seorang pangeran yang bersikeras mendapatkan hati tuan putrinya. Kita saksikan penampilan dari kelas 12 D! "
Baik, aku siap! Adegan pertama adalah adeganku bersama raja Penggi dan para pasukannya. Dengan gagah berani kami masuk ke panggung dan tepuk tangan mulau memeriahkan auditorium ini.
Di dampingi para prajurit, pangeran Bondowoso memasuki kerajaan untuk menemui ayahnya, raja Penggi.
" Ada gerangan apa ayahanda memanggil saya? " tanyaku sambil berlutut di depan raja.
" Putra ku Bandung Bondowoso, untuk memperluas lagi kerajaan kita dan memberikanmu sebuah kerajaan baru. Ayah memintamu untuk menyerang kerajaan Boko dan merebut tahta nya. " perintah raja.
" Apapun perintah ayahanda, saya siap mematuhinya. "
Dengan sebuah pedang di tangannya, aku menyuruh para prajuritku untuk segera menuju ke kerajaan Boko dan menyerang kerajaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Ku Dengan Cewek Yang Terlalu Sempurna
RomantizmApa jadinya jika mempunyai teman yang sempurna dalam segala hal? Baik, pintar, rajin, dermawan, sederhana tapi kaya raya. Bisa dibilang semua hal kebaikan ada di dalam dirinya. Tapi aku yakin tidak ada manusia sesempurna itu di dunia ini. Sebelum ma...