Eksel membawa Ryu ke atap sekolah, Ryu sudah tahu apa yang akan terjadi saat ini, dan ia hanya bisa diam membiarkan Eksel mengeluarkan emosinya.
"Maksud lo apa?!" Pekik Eksel yang sudah sangat esmosi di hadapan Ryu yang masih diam.
"Masalahnya apa? Aku gak tau" jawab Ryu yang memang belum mengetahui apa permasalahannya.
"Waktu malam Minggu lo sana Reno ngapain aja? Reno keluar dari rumah lo tengah malam!!" Jawab Eksel dengan napas memburu.
"Ak-"
"JAWAB YANG JELAS!!!" Pekik Eksel yang membuat Ryu refleks menutup matanya.
"Udah berapa kali gue bilang jangan respon siapapun, mau itu temen gue atau musuh gue, pokoknya lo gak boleh respon siapapun, ngerti gak sih?!!!" Pekik Eksel sambil mengeratkan rahangnya.
Ryu meneteskan air matanya sedikit, lalu ia menghela napas. "Waktu malam itu Reno cuma ngabarin kalo kamu gak pulang dari kerja" jawab Ryu berusaha menenangkan Eksel.
"Tapi kenapa sampe masuk kedalam rumah?" Tanya Eksel.
"Enggak kok, kita cuma bicara sebentar di gazebo, terus Reno pulang, kita gak ngapa-ngapain" jawab Ryu meyakinkan.
Eksel tampak diam saat mendengar penjelasan Ryu, ia masih tersalur esmosi, namun ia berusaha menahannya.
"Kamu tau 'kan aku itu gak suka kamu deket-deket sama siapapun? Jadi wajar aku marah cuma masalah kayak gini, atau kamu emang suka sama Reno? Karena dia anak orang kaya, banyak duitnya, sedangkan aku cuma anak berandalan" jawab Eksel sambil tersenyum smirik.
"Enggak, aku gak suka sama Reno, kamu kenapa gini sih?" Tanya Ryu kesal.
"Ya karena kamu gak menghargai aku" jawab Eksel.
"Kapan aku gak menghargai kamu?" Tanya Ryu menentang, ia mulai lelah dengan Eksel yang selalu menyalahkannya setiap ada pertengkaran di antara mereka.
"Kamu gak sadar selama ini aku yang selalu ngalah kalo kita lagi berantem, aku juga capek, aku juga pengen kamu bela" jawab Ryu sambil menangis tersedu-sedu.
"Bahkan kamu gak pernah minta maaf kalo kamu salah, kamu selalu nyalahin aku, seolah-olah semuanya aku yang salah" Isak Ryu sambil menatap Eksel dengan mata yang terus mengeluarkan air mata.
"Aku malu tadi kamu berantem sama Reno di banyak orang cuma karena aku, aku malu, Sel!!" Lirih Ryu sambil memukul-mukul dada Eksel.
Eksel terdiam seribu bahasa saat mendengar penuturan Ryu, bahkan selama ini ia tidak menyadari apa yang Ryu bilang barusan.
"Pukul aku, marahi aku sampe kamu puas, luapkan semua emosi kamu, aku udah capek" gumam Ryu yang lagi-lagi membuat Eksel terdiam.
"Jangan salahi aku kalo aku udah capek sama kamu" gumam Ryu, lalu pergi meninggalkan Eksel begitu saja, sedangkan Eksel hanya bisa diam tanpa berniat untuk mencegah Ryu yang sudah pergi meninggalkannya.
∆∆∆
Sudah hampir satu jam Ryu duduk di sebuah kursi di belakang gedung sekolah, bahkan ia tidak masuk ke kelas padahal jam pelajaran selanjutnya sudah di mulai.
Ryu terduduk diam dan air mata yang sempat turun tadi sudah kering, ia terduduk dengan banyak pikiran, bingung memikirkan Eksel dan lebih bingung di buat Reno yang diam-diam menyukainya.
"Gue benci diri gue sendiri" gumam Ryu, lalu ia meringis saat tiba-tiba rasa sakit di perutnya datang.
Dengan rasa kesal dan sakit di perutnya, Ryu meremas kuat perutnya agar rasa sakit itu sedikit menghilang, namun lama kelamaan sakit itu menjadi-jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
No One
Teen Fiction"Percaya sama gue, gak ada siapapun di sini selain kita berdua."