Langkah kaki bergerak cepat, serta suara roda brangkar yang melaju terburu-buru menandakan jika suasana saat ini sangat genting. Saat memasuki IGD tubuh wanita tua yang terkulai tak sadarkan diri ini segera diambil alih oleh dokter. Kia hanya bisa diam, mengamati dengan perasaan gusar memenuhi hati.
Beberapa menit diperiksa, tubuh tua yang adalah Cassandra itu dibawa ke salah satu ruang rawat. Dokter mengatakan jika Cassandra mengalami serangan jantung. Kia meringis mendengarnya dan seketika perasaan bersalah menyeruak ke hatinya.
Teringat beberapa menit lalu saat percakapan yang keduanya lakukan. Kia merasa telah mengucapkan hal yang berlebihan sehingga membuat Cassandra syok sampai terkena serangan jantung. Seharusnya ia dapat lebih pelan mengutarakan pendapatnya tentang Kai.
"Tahu apa kau tentang kebahagiaan cucuku? Sejak kecil aku yang memberikan itu kepadanya!" Bentakan Cassandra menggelegar. Suaranya mengundang pandangan kedua orang polisi yang berada tidak jauh dari keduanya.
"Lalu, mengapa sekarang Anda menghalangi? Kai bukan anak kecil lagi. Dia bisa menemukan kebahagiaannya sendiri." Kia menampik semua alasan yang keluar dari bibir Cassandra. Menurutnya ucapan wanita tua itu sangat tidak masuk akal.
"Kau benar-benar wanita tidak tahu diri. Setelah membuat Kai melawanku, sekarang kau mengatakan hal konyol seperti ini." Hinaan yang diterima Kia tak serta merta membuat Kia gugup. Justru wanita itu semakin menuntut semua jawaban dari setiap pertanyaan.
"Sebenarnya apa yang membuat Anda sangat membenciku? Kita tidak pernah bertemu sebelumnya, aku juga tidak mempunyai salah, lalu apa masalah Anda kepadaku?" tanya Kia yang semakin membuat amarah Cassandra naik sampai kepala.
Tiba-tiba saja pasokan udara tak berjalan lancar masuk ke paru-paru Cassandra, menyesakkan dada seakan organ penting itu menyempit. Rasa sakit pun mulai menjalari bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah. Tulang-tulang di tubuh terasa lemas hingga wanita tua itu tertunduk sambil memegangi bagian dada kanan. Dalam pesakitannya itu, Cassandra masih sempat memaki. Tubuh ringkih itu bangkit setelah menggebrak meja.
"Karena kau orang asing yang akan membawa Kai pergi dariku! Aku tidak akan pernah merelakan cucuku bersama orang lain."
Kia menyesal telah banyak berbicara. Mengakibatkan kini wanita tua yang menjadi satu-satunya keluar orang yang ia cintai mengalami kondisi buruk seperti ini. Andai saja ia bisa menahan semua emosi yang bergumul di dalam hati, mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi.
Kia mengusap kasar wajahnya sambil menunggu dokter menyelesaikan tugasnya di dalam kamar. Ia menunggu dokter keluar dengan gelisah sampai ia melupakan jika harus mengabari Kai tentang neneknya itu. Pusat pikiran kini hanya tertuju pada wanita tua yang terbaring dengan selang udara yang menancap hidungnya.
Jendela yang memang terbuka, membuat Kia dapat melihat wajah pucat Cassandra. Tampak dokter berjalan keluar kamar, otomatis Kia menunggu di depan pintu dengan tidak sabar. Ia meremas tangannya mengendalikan kepanikan yang menjalari hati.
"Kau mengenal pasien itu, Kia?" tanya dokter. Kia mengangguk cepat. Matanya menunjukkan raut wajah tidak tenang.
"Di mana wali pasien? Aku harus mengatakan kondisi pasien kepada keluarganya," tanya dokter yang melihat sekitar karena tidak menemukan orang lain selain Kia.
Seakan tersadar, Kia merogoh kantung celananya mencari benda pipih yang sialnya lupa ia bawa.
"Aku akan mengabari keluarganya," ucap Kia. Dokter itu mengangguk pelan.
"Baiklah, aku akan tunggu di ruanganku."
***
Sudah beberapa kali Kia menghubungi Kai yang sampai sekarang tak sama sekali direspon oleh pria itu. Menggunakan nomor rumah sakit, mungkin menjadi salah satu alasan pria itu enggan menjawab panggilan karena nomor tidak dikenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Auntumn (End)✓
RomanceKia adalah musim semi yang datang secara mendadak kepada sosok pria bernama Kai. Memberikan sentuhan keajaiban, menciptakan kehidupan baru saat pria itu sudah menyerah menghadapinya. Kia berhasil memberi berbagai warna yang awalnya abu-abu. Membuat...