Soobin tak hentinya merutuki diri sendiri. Sambil berpakaian, bibirnya tak jarang mengeluarkan umpatan kekesalan dan mendesis sebal saat barang yang dicarinya tidak ia temukan. Akibat terlalu kelelahan semalam, Soobin jadi tidur terlalu lelap hingga berimbas ia hampir terlambat bangun pagi ini. Sekali lagi menilik penampilannya di cermin, Soobin akhirnya berjalan keluar dari kamarnya begitu dirasa tampilannya sudah rapi. Hari ini ia ada syuting pagi.Pandangan Soobin jatuh pada Taehyun yang sudah duduk manis di meja makan sambil meminum segelas susu instan. Kamar Soobin berada di lantai dasar yang letaknya tak jauh dari ruang makan. Karena rumah ini tidak terlalu besar, begitu keluar kamar ia dapat langsung bertemu ruang makan.
Taehyun menoleh saat merasakan langkah kaki mendekat. Namun kembali mengalihkan tatapnya pada segelas susu lain diatas meja. Mengkode Soobin untuk meminumnya. Sebenarnya sudah sedari tadi Taehyun duduk menunggu Soobin disini untuk masak dan sarapan bersama. Tapi mengingat mereka hampir kesiangan, Taehyun yakin mereka —lagi-lagi— harus melewatkan sarapan. Tadinya Taehyun berniat membuat roti selai saja, setidaknya untuk mengganjal perut mereka. Tapi ternyata roti habis, juga Soobin tidak pernah mengijinkan untuk memasak bahkan hanya telur atau ramyeon sekalipun. Jadi yang bisa ia hidangkan hanya segelas susu instan saja.
Namun Soobin, jangankan menjawab. Menyentuh susu yang sudah Taehyun siapkan pun tidak. Ia malah membuka kulkas dan meneguk sekaleng soda di pagi hari. "Kita sudah terlambat, Taehyun. Maaf Hyung kesiangan dan tidak sempat memasak. Kau belilah makanan di sekolah saja, tidak apa kan?"
Taehyun mengangguk, bangkit mengikuti Soobin yang sudah berjalan terburu-buru. Perlahan, Taehyun mulai terbiasa dengan suasana pagi seperti ini. Tidak ada lagi sapaan hangat, tidak ada lagi pelukan selamat pagi. Mereka hanya akan saling diam, bahkan didalam mobil pun. Ditambah dengan masalah kemarin yang belum mereka bicarakan secara tuntas.
Taehyun sadar, selama didalam mobil Soobin kerap kali curi lirik kearahnya. Taehyun hanya diam, memandang lurus kedepan. Bingung harus melakukan apa. Hingga mobil sampai didepan gerbang sekolahnya, Taehyun tidak langsung turun karena Soobin masih mengunci pintunya.
"Taehyun"
Taehyun akhirnya menatap Soobin yang terlihat sendu. Apakah Soobin merasa bersalah? Ia mengerjap, meyakinkan diri sendiri bahwa ia harus menjelaskan masalah kemarin kendati hatinya masih luka perihal perkataan Soobin saat itu. Taehyun telah merenung, Soobin marah seperti kemarin karena Soobin tidak tahu kejadian sebenarnya. Soobin marah karena Soobin kawatir.
"Hyung, aku—"
"Hyung harap kejadian kemarin tidak terulang. Hyung harap kau kapok dan tidak lagi membuat masalah"
Bahu Taehyun merosot. Ia kira, Soobin akan bertanya penjelasan padanya. Ia kira, Soobin akan mengingatkan untuk jangan lupa sarapan di sekolah. Ternyata itu hanya bayangannya saja. Bahkan atas kalimat tajam yang kemarin ia layangkan pada Taehyun pun, Soobin belum melisankan ucapan maaf.
"Paham, Taehyun?" tuntut Soobin saat Taehyun tak kunjung memberi jawaban.
Taehyun mengangguk pelan, tersenyum kecut. Tepat setelah itu, bunyi 'klik' terdengar tanda Soobin sudah membuka kunci mobil. Taehyun langsung turun tanpa menoleh lagi.
Taehyun hanya takut, rasa sakit hatinya membuatnya tidak lagi menyukai kakaknya.
***
Taehyun berjalan dengan lesu menuju ruang kelasnya. Otaknya berkali-kali merapalkan kalimat penenang agar sesak dihatinya sedikit berkurang. Sialnya saat di koridor tatapannya bertabrakan dengan senior yang kemarin bermasalah dengannya.
Senior itu tersenyum miring, sudah ancang-ancang ingin menghampiri Taehyun. Tapi Taehyun secepat kilat berlari menuju kerumunan untuk menghindar hingga senior itu tidak bisa mengganggunya. Ia menghela nafas lega saat senior itu hanya menatapnya sebal, setidaknya pagi ini Taehyun aman walaupun tetep saja mendapat beberapa umpatan karena menerobos kerumunan.
Ia menunduk, meminta maaf dan meneruskan langkahnya menuju kelas. Sedikit terengah-engah karena tadi ia berjalan terlalu cepat, Taehyun menghampiri tempat duduknya yang disebelah nya sudah di isi seseorang.
Itu adalah ketua kelas sekaligus murid terpintar dikelas ini. Namanya Kim Beomgyu. Sengaja wali kelas mengatur tempat duduknya seperti itu agar Beomgyu dapat membantu Taehyun saat kesulitan belajar. Diluar itu mereka jarang berinteraksi. Beomgyu yang terkesan masa bodo, juga Taehyun yang lebih banyak diam.
Dari sedikitnya anak kelas ini yang tidak menggangu Taehyun, Beomgyu adalah salah satunya. Dia hanya akan diam, menyaksikan saat Taehyun diganggu, diam-diam mencatat untuk dilaporkan pada guru. Baru melerai saat anak-anak itu sudah mulai keterlaluan. Lalu setelah itu acuh lagi.
Taehyun tidak masalah. Baginya, diabaikan jauh lebih baik daripada dianggap tapi keberadaannya hanya digunakan untuk bersenang-senang.
Beomgyu yang sedang asik mendengarkan musik melalui hedset sambil menggambar sketsa, menoleh saat Taehyun meletakkan tas dan langsung duduk begitu saja. Dapat ia dengar helaan nafas yang terkesan memburu.
"Habis maraton?" tanyanya, melirik sekilas.
Taehyun meneleng, tidak menjawab. Ia memilih meletakkan kepalanya diatas meja diantara lipatan tangannya.
"Apa mereka mengganggumu lagi?"
Taehyun batal memejamkan matanya selagi menunggu bel masuk karena pertanyaan Beomgyu. Ia tidak salah dengar kan?
"Masalah yang kemarin... bagaimana?"
Kali ini Taehyun benar-benar mengangkat wajahnya, menatap Beomgyu. Sejak kapan ia mau bertanya hal yang bukan urusannya? Apa Beomgyu perduli?
Beomgyu melihat raut Taehyun mendengus geli. "Gara-gara kau aku yang ditanya-tanya ssaem. Jangan percaya diri duluan"
Oh. Taehyun mengangguk kecil. Menatap keluar jendela yang kebetulan berada tepat disebelahnya.
"Bukan masalah besar" jawab Taehyun pendek.
Beomgyu balas mengangguk dan melanjutkan kegiatannya. Tidak memusingkan hal itu. Sebenarnya kemarin guru tidak menanyakan apapun perihal Taehyun. Tentu saja beliau tahu, beliau kan wali kelas. Beomgyu hanya penasaran saja.
Walaupun kelihatannya cuek, bagaimanapun Beomgyu adalah manusia yang memiliki sisi kepo. Iya, hanya sekedar kepo.
Ia menoleh lagi, melihat kepala bulat Taehyun yang membelakanginya. Menghembuskan nafas kesal karena tumben sekali ia jadi banyak bicara begini.
"Jangan diulangi lagi. Kalau kau di skors lagi, kau bisa tertinggal pelajaran. Aku lagi yang repot"
Kepala Taehyun bergerak mengangguk.
"Tidak masalah sesekali melawan. Kalau butuh bantuan untuk melawan mereka, kau bisa minta bantuan ku. Kau tidak akan mampu sendiri" Beomgyu mendengus. "Ingat, ini semata agar aku tidak kerepotan membantumu jika tertinggal. Aku bukannya perduli"
Lagi-lagi kepala itu mengangguk. Taehyun sadar kok, dia sudah cukup menyusahkan banyak orang.
***
Siapa yang udah nungguin Beomgyu muncul🤚
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIP
FanficBUKAN LAPAK BXB‼️😠 _________________________________________________________________________ Diusia 6 tahun, Soobin harus merasakan kehilangan untuk kali pertama. Ayahnya pergi, entah kemana. Tanpa pamitan, tanpa kata perpisahan. Hanya sebuah guci...