Kalian semua tahu, kan? Jimin itu mungil sekali. Lihat saja betapa imutnya kakinya yang pendek nan bulat. Apalagi jari-jari tangannya, rasanya ingin digigit saja.
Karena jarinya yang pendek dan gemuk itulah, dia kesulitan memegang gelas dengan satu tangan. Jari-jarinya tidak cukup panjang untuk bisa melingkari gelas yang ia pegang. Akibatnya, beberapa kali ia menjatuhkan gelas sampai pecah. Seperti pagi ini contohnya.
Ini baru pukul 4 pagi lewat, tapi Jimin sudah ada di dapur untuk membuat teh hangat sehabis dari kamar mandi. Kenapa juga pagi-pagi buta seperti ini membuat teh, huh?
PRAAANNGK!!!
Sial.
Padahal sudah sangat berhati-hati, bahkan saat mengaduk gulanya juga sudah pelan sekali agar tidak menimbulkan suara, tapi gelasnya malah jatuh dari tangan Jimin.
Lagi.
"Aduh aduh aduh. Sialnya. Jangan dengar, kumohon jangan dengar," panik Jimin sambil beberapa kali melirik ke arah kamar Yoongi berharap pria dingin itu tidak terbangun.
Kepanikannya membuat Jimin lengah dan malah melukai jarinya sendiri dengan pecahan gelas yang ia pungut. Belum juga ada yang masuk ke kerongkongannya yang terasa kering itu.
Ini semua gara-gara jari pendeknya yang tidak bisa digunakan memegang gelas jika hanya dengan satu tangan.
Tidak peduli darah yang sudah menetes beberapa tetes ke lantai, asal pecahan gelas tersebut tidak terlihat Yoongi. Namun sialnya lagi, Yoongi bangun, bukan karena mendengar gelas jatuh tapi karena ingin ke kamar mandi.
Apartment tempat mereka tinggal tidak besar. Ada dua kamar, salah satunya lebih kecil yang awalnya berfungsi sebagai gudang sebelum ditempati Jimin dan kamar mandinya pun terpisah. Tepatnya satu-satunya kamar mandinya ada di pojok dekat dapur.
Sifat temperamennya yang selalu mencari kesalahan Jimin akhirnya memarahi Jimin atas apa yang ia lihat di tangan Jimin.
"Kau memecahkan gelas lagi?" tanpa sempat dijawab pun, Yoongi sudah mencengkeram tangan Jimin yang menggenggam pecahan gelas yang coba ia kumpulkan.
Reaksi Jimin hanya menutup matanya tanpa bisa menghentikan ringisannya.
Ada sebuah aturan tidak tertulis yang harus Jimin patuhi jika ingin Yoongi tidak berbuat lebih dari ini, yaitu jangan bersuara apalagi menangis saat Yoongi menyakitinya.
Satu tangan Jimin yang menggenggam pecahan gelas digenggam erat oleh Yoongi, sedang sebelahnya kedua jari-jari mereka terjalin hingga hampir mematahkan jari mungil Jimin.
"Tanganmu ini harus dihukum. Bagaimana bisa memegang gelas saja selalu terjatuh," Yoongi melihat betul darah yang sudah merembes ke genggamannya yang berasal dari telapak tangan Jimin, tapi peduli setan.
Mereka berdua saling diam untuk beberapa waktu sampai Yoongi mengalihkan pikiran dan pandangannya dari tautan tangannya yang satu setelah mengamati betapa berbedanya tangannya dengan Jimin. Benar-benar terlihat rapuh jika disandingkan dengan tangan berurat miliknya.
"Pergi ke kamarmu dan jangan berani-berani menangis di sana!" Yoongi meninggalkan Jimin begitu saja ke kamar mandi. Setelahnya Jimin cepat-cepat membuang pecahan yang ada di genggamannya ke tempat sampah lalu sedikit berlari menuju kamarnya sendiri.
Tidak peduli dengan pecahan gelas yang masih tersisa di lantai atau air teh yang tumpah. Jimin takut Yoongi selesai dari kamar mandi dan bernafsu menyakitinya lagi jika melihat dirinya masih ada di luar. Biarkan saja enaknya teh hangat hanya di khayalan Jimin pagi ini.
Perintah Yoongi untuk masuk kamar adalah mutlak melebihi keharusan membersihkan gelas pecah. Nanti juga Yoongi akan membersihkannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Moon
Fiksi PenggemarOnescene! Neverending! Boyslove! Hanya mengabadikan ide random dalam bentuk tulisan pendek yang kelewat jelek.