Pt. 2

4.7K 537 22
                                    

Cast :

Lee Haechan
Jung Jeno

Genre : Historical, Drama

Rated : G

WARNING : JIKA TIDAK MENYUKAI CERITA INI DIMOHON UNTUK SEGERA KELUAR DARI SINI TANPA MENINGGALKAN KOMENTAR KEBENCIAN! TERIMA KASIH

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Kereta kuda itu berhenti dihalaman istana. Para prajurit mulai membuat barisanmenyambut kepulangan sang Raja.

Pintu kereta terbuka.

Raja Jeno keluar pertama kali dari dalam kereta. Dan membantu seseorang lainnya.

"Hati-hati." Ucapnya penuh perhatian.

Donghyuk menyambut tangan Raja yang membantunya untuk menuruni kereta kuda itu.

"Yang Mulia." Seorang jenderal menghampiri mereka.

"Jenderal Hwang, bagaimana keadaan istana selama ku tinggal?" Tanya Raja Jeno.

"Yang Mulia, keadaan disini sangat terkendali." Jawab Jenderal tampan itu.

Kedua mata Jenderal itu tanpa sadar melihat pada tangan Raja Jeno yang ternyata masih menggenggam tangan Donghyuk.

Dan Donghyuk yang menyadari arah tatapan Jenderal Hwang segera melepaskan tautan tangan mereka. Dia merutuki kecerobohannya saat ini.

"Oh~ Jenderal Hwang, perkenalkan ini adalah Musisi Donghyuk yang mulai hari ini akan tinggal disini." Raja Jeno sadar dengan situasi yang sedikit canggung itu.

Donghyuk membungkuk memberi hormat pada Jenderal Hwang. Dan dibalas olehnya.

"Pelayan~" Panggil Raja pada Kepala Dayang istana.

Dayang tua itu mendekati Raja. "Hamba, Yang Mulia."

"Tolong siapkan kamar untuk Musisi Donghyuk. Biarkan ia tinggal di paviliun Matahari." Titahnya.

"Mengerti, Yang Mulia."

"Musisi Donghyuk, kau bisa beristirahat lebih dulu. Setelah perjalanan panjang pasti sangat melelahkan kan? Kau bisa mengikuti Dayang Shin." Ucap sang Raja.

"Terima Kasih, Yang Mulia."

"Dan juga tolong siapkan pakaian dan makanan untuk Musisi Donghyuk. Serta siapkan segala keperluannya." Titah Raja.

"Laksanakan, Yang Mulia." Dayang Shin membungkuk hormat pada Raja. "Musisi Donghyuk silahkan lewat sini."

Setelah memberikan hormat pada Raja, kini keduanya lebih dulu pergi.

Raja pun pergi diikuti oleh Jenderal Hwang, serta Prajurit dan para dayang.

Di lain tempat seorang wanita cantik yang tengah merapihkan dandanannya dibantu dengan seorang dayang didepan cermin perunggu.

"Hormat hamba Yang Mulia Ratu." Seorang dayang lainnya menghampiri mereka.

"Ada apa?" Tanya Sang Ratu.

"Yang Mulia Raja sudah kembali dari perjamuan, Yang Mulia." Ujar dayang yang memberikan informasi.

Ratu yang awalnya berwajah dingin langsung berubah sumringah mendengar informasi yang dibawa oleh dayanganya.

"Benarkah?"

"Benar, Yang Mulia. Ta-tapi—"

"Tapi apa? Jangan berikan informasi setengah-setengah!" Kesal sang Ratu

"Ampuni hamba, Yang Mulia. Yang Mulia Raja tidak kembali sendiri, Yang Mulia membawa seseorang bersamanya." Jawab Dayang.

"Bersama seseorang? Siapa?"

"Kalau tidak salah pemuda itu adalah seorang musisi jalanan yang di undang saat perjamuan di Kerajaan Jiayou sebagai penghibur. Saat ini musisi itu akan tinggal di paviliun Matahari"

"Kalian boleh keluar." Para Dayang langsung undur diri dari sana.

Meninggalkan sang Ratu yang masih duduk didepan cermin. "Seorang musisi jalanan?' Gumamnya.

"Kenapa Raja membawa musisi jalanan masuk kedalam istana?" Tanyanya pada pantulan dirinya dicermin.

.
.
.
.
.

"Musisi Donghyuk, ini adalah kamar tuan. Semua bangunan disini adalah paviliun Matahari. Semua keperluan anda akan dibawakan oleh dayang."

Musisi Donghyuk memasuki ruangan yang akan jadi tempat tinggalnya. "Terima kasih banyak Dayang Shin."

"Tuan akan dilayani oleh seorang dayang yang akan membantu tuan mengurus keperluan tuan." Lanjutnya.

"Eh? Ti-tidak usah, saya tidak perlu dayang. Lagipula saya hanya seorang tamu disini jadi tidak perlu dilayani oleh dayang." Tolak Donghyuk.

"Tapi ini adalah perintah Yang Mulia, tuan." Jawab dayang senior itu.

Sejujurnya dia jadi semakin sungkan disini. Donghyuk sadar jika dirinya hanyalah seorang musisi jalanan yang bertugas menghibur Raja. Tapi dengan adanya dayang yang akan selalu melayaninya tentu saja membuat dirinya semakin tidak enak hati.

"Jika Musisi Donghyuk membutuhkan sesuatu bisa langsung memberitahukan pada dayang. Hamba pamit undur diri dulu, tuan."

Dayang senior itu membungkuk hormat lalu keluar dari ruangan kamar itu. Digantikan dengan dua dayang muda yang membawa masing-masing nampan berisi beberapa pakaian dan makanan.

"Letakan saja pakaiannya diatas ranjang, nanti biar aku rapihkan sendiri."

Dayang itu menuruti Donghyuk. Meletakan pakaiannya diatas ranjang dengan perlahan, seolah-olah takut jika pakaian yang dibawanya akan kusut dan berantakan.

"Musisi Donghyuk, ini makanan yang sudah hamba siapkan. Yang Mulia Raja meminta tuan untuk menghabiskan makananya." Ujar Dayang yang membawa nampan berisi makanan. Dan menyusun mangkuk-mangkuk itu diatas meja makan.

"Baiklah terima kasih banyak."

Kedua dayang itu ingin beranjak keluar dari kamar Donghyuk, namun dihentikan oleh sang musisi. "Tunggu dulu. Ini untuk kalian."

Donghyuk memberikan masing-masing dayang itu dua koin emas.

"E-eh? Tidak tuan. Tidak usah." Tolak dayang yang tadi membawa pakaian.

"Kenapa?"

"Ampuni hamba tuan. Tapi kami dilarang menerima apapun." Jawabnya.

Donghyuk tersenyum maklum, dia mengerti maksud ucapan dayang tersebut. "Tak apa, ini adalah hadiah dariku karna kalian sudah mau aku repotkan seperti ini."

"Maaf tuan, kami tidak bisa menerimanya. Lagipula memang tugas kami untuk melayani tuan." Tolaknya sopan.

"Benarkah?"

"Ye Tuan, jika kami menerimanya kami takut akan dihukum oleh Yang Mulia Raja."

Donghyuk menekuk bibirnya. Dia mengerti jika setiap kerajaan pasti memiliki peraturan. Takutnya jika dia memaksa memberikan koin emas itu kepada dayang ditakutkan nanti akan menyulitkan kedua dayang istana itu.

"Baiklah, aku tidak akan memaksa. Sekali lagi terima kasih banyak. Kedepannya mungkin aku akan merepotkan kalian."

Dayang itu tersenyum. "Hamba mengerti tuan. Hamba akan menunggu didepan pintu. Jika tuan memerlukan sesuatu tuan bisa memanggil hamba." Ucapnya.

Kedua dayang itu keluar dari kamar Donghyuk. Menyisahkan Donghyuk yang duduk dibangku bulat, menatap meja bundar yang kini terisi penuh oleh mangkuk-mangkuk berisi berbagai makanan.

"Wahh~ Banyak sekali makanannya."

Mata Donghyuk sangat berbinar melihat semangkuk penuh daging dan semangkuk tumisan suiran ayam campur dengan jamur. Sejujurnya sangat jarang sekali dia memakan makanan mewah seperti ini.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Tembus 100 vote aku up lagi ya..

Terima kasih buat support nya...

Sang Musisi [NoHyuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang