"Entah perasaanku saja, atau---kau tak mandi semalam, Niel?" tanya Justin dengan suara pelan kepada adiknya yang berusia empat belas tahun itu, Niel, yang terlihat tengah sibuk membersihkan darah di baju pesta mereka.
Mendengar pertanyaan dari sang kakak, Niel sontak menatap Justin dengan tatapan tajam tanpa mengucapkan kata sedikitpun. "Aku hanya becanda!" seru Justin berusaha untuk menenangkan sang adik yang mungkin---sedang dimasa pubernya?
Pertanyaan yang Justin lontarkan bukan semata-mata hanya untuk mengejek atau semacamnya, tapi Justin benar-benar mencium bau tak sedap dari tubuh Niel, seperti bau terbakar atau semacamnya, sedikit sulit untuk dijelaskan.
"Tapi aku serius---" lanjut Justin sembari mengendus-endus baju Niel. Melihat tingkah aneh sang kakak, Niel pun kehabisan kesabarannya. Dengan cepat ia menoleh kearah sebuah gelas beling yang ada di meja, lalu menerbangkan gelas itu menggunakan sihirnya. Justin yang melihat tindakan sang adik sontak mendelik. Justin berusaha untuk menghentikan tindakan sang adik.
"Jika kau tak berhenti berbicara, aku akan menjatuhkan gelas ini. Lalu mereka akan menyalahkan mu tentang ini." ancam Niel yang cukup membuat Justin terdiam seketika.
Melihat kakaknya yang sudah kembali tenang, Niel pun mengembalikan gelas itu pada tempatnya. "Asal kau tahu saja, Niel! Karena kau yang sok pemberani, sekarang aku terpaksa terjebak denganmu! Jadi kau jangan bertindak macam-macam, atau kau akan tahu akibatnya!" seru Justin.
Niel yang kembali mendengar celotehan dari sang kakak pun hanya terdiam menatapnya yang tak kunjung berhenti menggerutu sendiri. "Jika kau memang tak ingin, mengapa kau tetap disini?" ketus Niel yang justru perkataannya malah membuat Justin semakin naik darah.
"Baiklah! Mengapa kau hanya terus melihatku? Cepat kau selesaikan ini, aku tak tahan lagi!" seru Justin sembari berjalan meninggalkan Niel yang masih sibuk melanjutkan pekerjaannya.
Sedangkan Justin, bau darah dan kondisi tubuh raja dan ratu yang mengerikan cukup membuat lelaki muda itu tak sanggup menahan makanannya yang mungkin akan kembali keluar lewat mulutnya tak lama lagi.
***
"Kak, mereka sudah tak sadarkan diri terlalu lama. Kau harus melakukan sesuatu!" seru Sebastian kepada Zack yang terlihat gelisah. Mendengar pernyataan sang adik, Zack pun menghampirinya.
"Melakukan apa? Apa yang dapat kulakukan?" tanya Zack. Sebastian pun mengerutkan dahinya lalu mendekat, "Bukankah kau mempelajari mind magic di akademi?" sambung Sebastian.
Mind magic adalah suatu sihir untuk memudahkan penggunanya dalam membaca dan masuk kedalam pikiran orang lain. Zack sontak tersenyum. Ia teringat akan sesuatu, ilmu mind magic yang tak lama ini diajarkan di akademinya. Meskipun masih dapat dikatakan lemah, tapi mengapa tidak mencobanya saat di situasi seperti ini? Zack pun melangkahkan kakinya mendekati Rietta, ia akan mencoba menggunakan sihirnya itu kepada manusia untuk yang pertama kalinya.
"Entah apakah ini akan berhasil, tapi mari kita lihat." batin Zack sembari menjulurkan lalu menempelkan tangannya ke dahi Rietta.
Kemudian lelaki itu pun menghembuskan nafasnya sembari memejamkan matanya perlahan. "Rietta, apa kau dapat mendengar ku?" bisiknya. Namun karena merasa tak ada jawaban, Zack pun melepaskan tangannya dari dahi Rietta yang berarti ia memutuskan koneksinya dengan gadis itu saat itu juga. "Tak berhasil, sepertinya dia tak berada ditempat yang dapat ku jangkau." sambung Zack yang dibalas dengan wajah kecewa Sebastian. Sebastian pun menghela nafasnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CURSE OF LUMINERA | ENHYPEN
Fantasy[Book One Of Amethyst Universe] Kisah lama yang berlatar pada tahun 1769 di negeri sihir yang bernama Amethyst. Negeri Amethyst ini memiliki empat kerajaan yang paling berkuasa. Kerajaan Xannider, Amania, Bathura, dan yang terakhir Luminera. Kerajaa...