08

777 112 9
                                    

Typo bertebaran
Alur gaje





Malam minggu tiba, biasanya malam seperti ini para anak muda akan sibuk nongkrong bersama teman-temannya di cafe atau entah dimana untuk menikmati malam mingguan khas anak muda pada umumnya.

Namun sepertinya itu tidak berlaku untuk anak kosan ayah Jevin. Karena kelima cowo tampan itu malah sedang asyik main kartu remi di teras depan rumah kosan mereka itu.

"Bosan banget main kartu Mulu, yang lain kek" keluh Haikal yang nampak udah bosen dari tadi mainnya itu terus.

"Emang kamu mau ngapain lagi Kal?" Tanya Markus yang sibuk ngocok kartu.

"Ya, yang lain kek bang, asal ngga main kartu remi terus" Haikal menumpukan dagunya pada kedua lututnya.

"Mau keluar malmingan gitu?" Ini suara Nico.

"Maunya sih gitu tapi ya... Aku masih sayang sama duitnya, lebih baik di simpen buat keperluan kampus dari pada di pake nongkrong ngga jelas" kata Haikal tanpa menatap si cowo kelinci.

"Cih, bilang aja ngga ada yang bisa di ajak malmingan makanya ngga keluar, pake acara bilang sayang duit segala orang tiap hari aku liat habis ngampus kamu nongkrong di cafe bang Try terus" sindir Renal.

Haikal senyum lima jari "hehehe tau aja, Nal" kekeh cowo tan itu.

Mereka pun kembali bermain kartu setelah Markus selesai membagi kartu yang tadi di kocoknya.

"Di antara kalian ngga ada yang punya gitar gitu?" Jay yang dari tadi diam bertanya dan mendapat gelengan kepala dari keempat cowo yang lebih muda darinya itu.

"Andaikan ada gitar... Hmmm oh iya Jeje mana kok tumben ngga gabung sama kita?" Jay tampak celingukan mencari sosok anak bapak kosnya.

Markus, Renal, Haikal dan Nico saling bertatapan. Iya ya biasanya Jevin selalu gabung dengan mereka bermain kartu kalau malam minggu begini, tapi sejak habis makan malam entah kenapa cowo manis itu sudah tak terlihat.

"Mesti di kamarnya mas, mungkin dia bosen juga tiap malam minggu main kartu terus sama kita" kata Haikal mendapat anggukan setuju dari teman-teman kosannya.

Kembali larut dalam permainan kartu mereka, kelima cowo itu seketika di buat terkejut dengan suara nyanyian seseorang di iringi petikan gitar.

"Kalian dengar ngga?" Nico menatap satu persatu teman kosannya.

"Iya Ko, kita denger" kata Jay di angguki yang lain.

"Siapa ya?" Bingung Markus.

Mereka saling bertatapan satu sama lain.

"Kalau dari suaranya kayak suara..., Coba cek balkon kamar Jeje" Renal berjalan ke halaman depan dan mendongak menatap balkon kamar Jevin di ikuti yang lain.

Dan di sana mereka melihat Jevin dengan lugasnya memetik senar gitar sembari bernyanyi. Suara merdu cowo manis itu terdengar menyapa indera pendengarannya ke lima cowo itu.

"Aku ngga tau pernah tau kalau Jeje bisa main gitar" kata Haikal.

"Iya, aku juga ngga pernah tau kalau suara Jeje semerdu itu" timpal Markus.

Kelima cowo itu tampak menikmati nyanyian serta permainan gitar anak bapak kosan mereka.

Hingga Jevin menyelesaikan lagu serta petikan gitarnya. Kelimanya bertepuk tangan membuat Jevin terkejut.

"Loh... Dari tadi kalian liatin Jeje?" Tanya Jevin sambil menatap kelima anak kosan ayahnya dari balkon.

"Iya, Je~ kita ngga nyangka kamu jago nyanyi sama main gitar" puji Jay di ikuti yang lain.

Mendengar pujian dari kelima cowo tampan itu, Jevin tersenyum malu apalagi crush-nya juga ikut memuji.

"Ah, kalian bisa aja" ucapnya malu.

"Lah ini beneran loh Je~" kata Nico

Jevin tersenyum lagi, lalu ia turun menghampiri kelima cowo yang lebih tua darinya itu, setelah Renal dan Haikal memanggilnya agar bisa bermain gitar serta bernyanyi bersama.

Jadilah malam minggu itu mereka habiskan dengan bernyanyi di iringi petikan gitar Jevin, Markus dan Jay yang bergantian memainkan alat musik tersebut.

Dan setelah malam semakin larut mereka memutuskan untuk tidur bersama di rumah tamu.

Jevin dan Renal sibuk menggelar kasur lipat, Haikal dan Nico mengambil bantal juga selimut untuk mereka pakai, sementara Jay dan Markus mengecek semua jendela, pintu juga pagar, memastikan semuanya terkunci dengan rapat.

Setelahnya mereka pun tidur. Namun sepertinya hanya kelima cowo tampan itu yang tertidur karena setelah memastikan para anak kosan ayahnya tertidur Jevin membuka  matanya dan bangun dari acaranya berbaringnya.

Cowo manis itu tak bisa tidur karena ia tidur di samping orang yang di sukainya.

'duh kenapa juga harus tidur di sampingnya sih! Kan Jeje jadi ngga bisa tidur'  batin Jevin sambil memperhatikan wajah orang yang diam-diam ia sukai itu.

'kenapa juga sih kamu ganteng banget, walaupun ngga seganteng bias Jeje si Sehun Exo sih, tapi tetep aja bisa bikin Jeje suka' anak pak Dimas itu menghela nafas panjang dan kembali berbaring mencoba untuk tidur di tengah debaran jantungnya yang tak karuan.

Namun sekuat apapun Jevin mencoba, ia tetap tak bisa tidur. Lalu ia pun memutuskan untuk pergi ke kamarnya karena jika ia terus berada di tempat itu ia tak akan bisa tidur.

Jevin pergi ke kamarnya tanpa membangunkan yang lain karena semua sudah tertidur pulas pikirnya. Tapi setelah ia pergi Nico yang sebenarnya belum tidur membuka mata dan menatap kepergian Jevin lalu ia beralih menatap seseorang tadi di tatap oleh orang yang di sukainya itu.

'kenapa Jeje tadi liatin dia terus? Dan kenapa Jeje pergi ke kamarnya padahal kita udah sepakat tidur bareng di sini? Apa dia ngga bisa tidur disini? Tapi kenapa? biasanya juga kita tidur disini! Apa karena di tidur di sampingnya?' Nico kembali menatap teman satu kosan yang tadi terus di tatap oleh Jevin.

'apa Jeje.....?' cowo kelinci itu tampak berpikir.

'harus gue selidiki ini.....'

~~KPD~~


Kalau ceritanya bosenin sama ngga menarik bilang ye!!!!

Kosan Pak Dimas [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang