94 - The Misunderstanding

581 69 8
                                    

"Kau ... kenapa melaporkan Ander-Ads?"

Ketika akal sehat mulai terusik oleh pesan dari Pete, aku berusaha keras untuk tidak dulu memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Tujuanku berada di sini bukan untuk memikirkan hal lain di luar audit Ander-Ads. Aku bahkan tidak membalas setelah membacanya, sulit untuk membagi pikiran pada dua masalah.

Jeff tampak merasa gelisah. Wine yang tersaji di atas meja hanya dipandangi, seperti itu adalah poros dari sekelilingnya yang berputar. Berapa banyak kerugian Jeff sampai harus melaporkan Ander-Ads? Ugh, dan aku benci terus mempertanyakan ini, ke mana dia melaporkannya?--sesuatu yang selama dua hari ini mengganggu pikiranku. Sekarang aku tidak tahu apa lagi yang akan kulakukan seandainya tahu ke mana harus mengadu. Mencabut laporan? Harus orang dari perusahaan Jeff yang melakukan itu, bukan?

Aku juga ingin menghentikan Matthew dari berbuat curang, tetapi tidak seperti ini caranya.

"Bukti dari pesan singkatku saja tidak cukup, 'kan? Apa kau tidak memikirkan nasib karyawannya, termasuk aku, kalau Ander-Ads terancam tutup? Apa kau siap menyediakan sumber penghasilan untuk mereka?" Kekesalan kutahan dalam satu kepalan tangan, apalagi ketika wajah-wajah karyawan Ander-Ads membayang di benak. Itu bukan wajah-wajah yang meminta dikasihani, tetapi wajah-wajah murka yang mereka ditujukan padaku akhir-akhir ini.

Aku tidak tahu apakah itu masih perasaan benci yang mereka perlihatkan ketika aku membuat proyek diulang, atau Matthew sudah menyebarkan tuduhan itu ke mereka. Namun, Matthew tidak tampak seperti ember bocor.

"Kau masih ingin bekerja setelah berpacaran dengan pria sekaya Alby?" Menyebalkan sekali senyumnya saat mengatakan itu. Aku jelas tahu dia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Menurutmu aku akan mengemis pada pria? Saat kita bersama, apa aku pernah meminta sesuatu darimu selain dibiarkan tetap bekerja? Pernahkah? Kau seharusnya tidak membawa-bawa Alby, bukan itu yang sedang kita bicarakan." Pelipisku tiba-tiba berdenyut. Obrolan ini cukup menyulut emosi dan aku cukup kaget dia akan semenyebalkan ini. Biasanya mungkin memang begitu, tapi yang ini lebih-lebih lagi. Dia membuatku merasa jijik sudah pernah berpacaran dengannya.

"Maaf. Aku hanya tidak bisa membiarkan dia terus berbuat curang."

"Terus berbuat curang?" Aku mendengkus keras saking kesalnya. "Kau dicurangi berapa kali, Jeff? Kalian bahkan baru sekali bersaing. Apa tidak bisa dicabut saja laporanmu?"

Jari-jarinya yang panjang mengetuk-ngetuk meja dengan irama yang menyebalkan. Meski aku sudah membawa-bawa nasib karyawan Ander-Ads, tetapi dia sama sekali tidak tampak peduli tentang itu.

"Aku punya cara untuk mengumpulkan bukti. Aku tidak bisa mempertaruhkan nama perusahaanku kalau mencabut laporan, mereka akan menjatuhi sangsi dan menganggap aku hanya bermain-main. Khusus untukmu, aku akan menerimamu kembali bekerja kalau kau memang membutuhkannya."

Egois sekali pria ini. Dia tidak pernah mengkhawatirkan hal lain selain kepentingannya sendiri. Sama halnya ketika dia memecatku padahal kinerjaku cukup baik. Dia khawatir keberadaanku akan menjadi ancaman, meski kenyataannya aku mengurusi hal lain di luar pekerjaanku. Namun, kalau bukan karena perjodohannya, aku tidak akan mengenal Alby. Setidaknya, aku punya sesuatu untuk disyukuri setelah berpisah dengannya.

"Aku lebih suka menjadi freelancer daripada kembali ke tempatmu."

"Asal kau tahu, aku masih sangat peduli padamu. Apa pun yang kau butuhkan, kau hanya perlu menghubungiku."

Dia pikir itu akan mengubah pemikiranku tentangnya?

"Kuharap kita tidak bertemu lagi, Jeff. Aku tidak peduli dengan alasan sebagai teman atau apa pun--aku bahkan tidak sudi memikirkan hubungan lain yang bisa terbentuk di antara kita. Dengan kau tidak lagi bersama Claudia, tidak ada lagi alasan untuk kita saling bertemu."

Heart to Break [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang