"Ey... Apa kau seorang pedofil Farel?" goda salah seorang siswa SMA pada temannya yang selalu melihat ke arah gedung SMP yang bersampingan dengan sekolah mereka.
Pria itu akan terus memperhatikan gedung samping dan selalu menatap ke arah gerbang dari lantai empat kelasnya saat jam pulang anak SMP.
"Aku bukan seorang pedofil," bantahnya membuat temannya terkekeh tak percaya.
......"Di Indonesia panas kan? Kenapa pulang ke Indonesia padahal belum menyelesaikan sekolahmu" kata seorang pria pada pemuda yang berjarak empat tahun lebih muda darinya itu.
Pemuda itu tak langsung menanggapinya dan justru meminum teh hangat di hadapannya. Membuat pria itu harus menunggu beberapa saat sebelum mendapat jawaban dari Sepupunya.
"Aku hanya ingin. Lagipula sepanas apapun Indonesia, nyatanya inilah tempat lahirku dan keluargaku tinggal," jawabnya dengan santai membuat pria itu tersenyum tak percaya dengan kata-kata yang diucapkannya.
"Ansel, kau sudah berjanji akan menyelesaikan SMA mu hanya dalam waktu dua tahun," peringat pria itu diangguki oleh Ansel.
"Tentu saja aku tak melupakannya, lagipula aku sudah kelas sebelas saat ini. Tinggal satu tahun lagi bukan? Ayolah Kak Farel, tak usah memperingatiku. Semua orang juga tahu bahwa aku adalah orang yang cerdas," ucapnya begitu percaya diri membuat Farel menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan melihat kesombongan Sepupunya itu.
"Cepat selesaikan pendidikanmu agar Finn tak kesepian," kata Farel seketika membuat raut wajah Ansel berubah.
"Aku takut--" Ansel menjeda ucapannya lalu meneguk kasar ludahnya.
"Jujur aku menghindarinya karena tak ingin melihat dirinya saat kesakitan. Aku takut_ takut kembali kehilangan. Rasanya menyesakkan melihatnya kesakitan, itulah kenapa aku memilih pergi menjauh," lanjutnya menundukkan kepalanya dengan tangan saling bertautan dan sedikit bergetar.
......Finn menggeleng pelan saat tiba-tiba Nev masuk ke rumahnya dan berjalan ke belakang untuk mencari makanan.
"Apakah di rumahmu tak ada makanan?" tanya Finn membuat Nev yang tengah mengambil lauk menoleh.
"Ada, tapi anehnya makan di tempatmu lebih nikmat daripada di rumahku sendiri," jawabnya lalu menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
Finn terkekeh pelan lalu ikut mendudukkan dirinya di samping Nev bersama obat-obatan dan air minum yang dibawanya.
Nev menghentikan suapannya saat melihat Finn meminum setiap butiran obat dengan santainya, seolah sudah terbiasa dengan itu semua. Sedangkan dirinya ketika sakit saja sangat sulit untuk meminum obat pahit yang hanya berjumblah kurang lebih tiga butir.
"Obat? Lagi? Kau tak bosan Finn?" tanya Nev pada Finn yang telah menyelesaikan minumnya.
"Bosanpun tak ada pilihan lain," jawab Finn tersenyum membuat Nev bergidik.
"Bagaimana kau masih bisa tersenyum disaat seperti ini," heran Nev menatap horor Finn yang justru melebarkan senyumnya.
"Aku harus banyak mengumpulkan pahala sebelum pergi. Bukankah senyum itu pahala?"
"Sudah berhenti! Kau membuatku merinding. Berhentilah bicara, nafsu makanku jadi hilang karenamu," kesal Nev menuangkan minum pada gelasnya lalu meneguk habis air tersebut.
Ucapan tak sesuai kenyataan, itulah Nev. Baru saja ia mengatakan jika nafsu makannya hilang, tapi setelah menghabiskan minumnya Nev justru kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya dan bersiap menghabiskannya.
"Finn," panggil Nev setelah menyelesaikan makannya.
Finn menoleh "Kenapa?" tanyanya pada Nev agar melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAYUNG PENGGANTI [HIATUS]
Novela Juvenil"Aku masih membutuhkanmu sebagai payungku agar aku tak kehujanan. Jika payung itu rusak, maka aku akan kembali basah" Finn tersenyum tipis lalu mengangguk pelan sebelum berucap. "Maka carilah payung pengganti," katanya digelengi tak setuju oleh Thif...