Bab 33

22 3 3
                                    

Cassandra memandang cucunya lamat-lamat. Penyesalan menyerangnya secara bertubi-tubi, menggelayuti hati hingga menyesakkan dada. Kai masih mengampuninya meskipun yang telah ia lakukan begitu menyakiti hati pria itu. Dari pandangan mata Kai, tidak sedikitpun ada kebencian terpancar. Justru Cassandra merasakan kasih sayang yang lebih daripada sebelumnya. Kai memberikan serbuan cinta yang mampu menghunjam jantung hingga runtuh lah semua tembok keegoisan yang kokoh membentengi hati wanita tua itu.

Cassandra tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah cucunya itu berikan. Ia akan membiarkan Kai memilih apa pun yang dia inginkan sekarang. Tak akan ada lagi keputusan sepihak yang dapat menyakiti pria tampan itu. Kini saatnya Kai menerima kebahagiaan yang akan ia bagikan.

"Nah, buka mulut Granny. Jeruk ini rasanya manis." Kai menyodorkan sebiji buah berwarna oranye itu. Cassandra menerimanya dan mengunyah dengan pelan.

Entah kenapa pandangannya memburam. Bulir bening bergumul membuat iris hijau itu berkaca-kaca. Cassandra sangat bersyukur memiliki Kai dalam hidupnya. Ia benar-benar merasa sangat bersalah telah memberikan banyak penderitaan kepada cucunya ini.

"Kau sudah makan? Sejak tadi kau menemani Granny di sini," tanya Cassandra yang membuat Kai mendongak.

"Aku akan makan nanti," jawab Kai yang kembali tertunduk melanjutkan aktivitasnya mengupas jeruk. Cassandra mengambil alih buah itu membuat Kai kembali mendongak.

"Kau harus makan dulu. Granny bisa membukanya sendiri," ucap Cassandra.

"Baiklah."

Kai bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju pintu. Pria itu keluar meninggalkan Cassandra yang menatap punggung lebarnya dalam senyum kecil yang tampak di bibirnya. Cassandra sudah menyiapkan hatinya jika suatu saat nanti Kai memilih bersama orang yang menjadi pasangan daripada dirinya. Ia yakin meskipun cucunya ini berada di mana pun, tak akan pernah Kai melupakannya.

Cassandra hanya perlu menyiapkan keberanian untuk bertemu dengan orang yang menjadi kebahagiaan cucunya itu. Bagaimanapun, ia juga banyak menyakiti wanita itu. Jika Kia tidak akan memaafkannya nanti, ia akan menerima dengan lapang dada. Ia memang layak mendapatkan itu.

***
Kai melangkah menuju IGD. Sejak sampai di gedung ini, ia langsung menuju ke ruang rawat Cassandra. Kai sangat ingin melihat wajah cantik perawat itu. Kerinduan pada wanitanya ini tak terbendung lagi. Senyuman terus terkembang di bibir penuhnya.

Pesona itu mengundang banyak pasang mata menatap Kai. Bisik-bisik terdengar di telinga pria itu. Namun, pria itu tidak mengindahkannya. Debaran jantungnya menggebu-gebu tak kala melihat sosok yang sangat ingin dijumpai berada di tak jauh dari jangkauan. Wanita itu sedang mengobati seorang pasien. Dengan tangan terlipat di dada, Kai terus memperhatikan Kia yang fokus dengan pekerjaannya.

Dalam hatinya ia sangat mencintai wanita ini. Dialah yang sudah menjadi pelipur lara saat hatinya rapuh. Sandaran ternyaman dan tempatnya untuk pulang. Jika ia harus kehilangan wanita itu, ia lebih baik lenyap dari bumi ini. Kematian adalah jalan satu-satunya yang akan menjadi pilihan.

Pandangan keduanya bertemu saat Kia selesai dan berbalik. Kia tersenyum simpul lalu berjalan menghampiri Kai. Saling berpandangan mengalirkan cinta dan kerinduan lewat tatapan. Tak ada yang bicara di antara keduanya. Hanya saling menatap dengan senyum yang terus terukir di bibir masing-masing.

Kai meraih jemari Kia. Menariknya lembut menuju salah satu kursi menuju ruang rawat. Kai merapikan anak rambut yang keluar dari topi perawat Kia kemudian menyampirkan ke telinga.

"Bagaimana keadaan nenekmu sekarang?" tanya Kia membuka percakapan.

"Granny baik," jawab Kai singkat. Tatapan penuh cinta terpancar di wajah tampan pria itu.

My Auntumn (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang