18. Petaka

435 83 9
                                    


Kelas baru saja usai beberapa menit yang lalu. Tapi Taehyun masih betah duduk di kursinya melihat Beomgyu yang masih terlihat sibuk merapikan alat tulisnya kedalam tas. Melihat wajah kusut itu, Taehyun sedikit banyak merasa sangat bersalah. Sepanjang pelajaran Beomgyu selalu dibebankan oleh dirinya, dan sekarang bebannya harus bertambah. Dan lagi-lagi karena dirinya.

"Beomgyu" panggil Taehyun ragu.

Beomgyu bergumam pendek sebagai jawaban, masih sibuk dengan kegiatannya bahkan melirik sedikitpun tidak.

Ia sudah tahu apa yang akan Taehyun katakan.

"Bagaimana jika tugasnya kerjakan masing-masing?"

Benar kan, sesuai perkiraan Beomgyu. Ia tidak terkejut. Begitu wali kelas memberikan tugas kelompok sebelum mengakhiri pelajaran tadi, dan memasangkan Beomgyu dengan Taehyun, Beomgyu menyadari bahwa Taehyun seringkali menatap tidak enak padanya.

"Aku akan melakukannya sendiri"

"Dan ssaem akan menganggapku tidak bertanggungjawab dengan membiarkan kau mengerjakan sendiri?" sambar Beomgyu, menoleh dengan seringai diujung bibirnya. "Lagipula kau tidak akan mampu sendiri"

Taehyun diam. Ucapan Beomgyu benar. Tapi Taehyun pun merasa memiliki beban rasa bersalah yang lebih besar. Taehyun tahu Beomgyu selalu direpotkan olehnya.

Beomgyu melihat Taehyun yang menunduk, terlihat bingung. Ia sadar bahwa ucapannya mungkin keterlaluan. Beomgyu hanya benci saat Taehyun selalu merasa takut padanya. Beomgyu benci bagaimana seseorang terlihat begitu naif dan mudah dihancurkan.

Ia menutup resleting tasnya dan menepuk pundak Taehyun pelan. "Besok kita bicarakan lagi. Sekarang aku harus buru-buru pulang" dan mengakhirinya dengan seulas senyum samar.

Taehyun hanya menatap punggung Beomgyu yang mulai menjauh, mengernyit heran. Entah mengapa hari ini Beomgyu bersikap lebih hangat. Apa dia mulai mengasihaninya?

Tak mau ambil pusing, Taehyun lebih memilih untuk keluar, menunggu Soobin menjemput di pos satpam seperti biasa. Langkahnya sedikit berat, Taehyun kawatir jika ia harus bertemu dengan para pengganggu itu.

Namun syukurlah kekhawatirannya itu tidak terbukti. Sudah hampir setengah jam dia disini, tapi semua berjalan baik-baik saja. Tidak ada yang mengganggunya.

Kecuali Soobin yang belum juga menampakkan mobilnya. Lagi-lagi terlambat.

Taehyun mengayun-ayunkan kakinya, menatap lalu lalang para murid yang bergegas pulang. Iseng, menghitungnya satu-satu dalam hati. Kadang harus mengulang saat ada yang terlewat. Hingga akhirnya mereka habis sama sekali. Ia melirik lagi jam digitalnya. Oh, baru satu setengah jam. Taehyun masih bisa menunggu.

Perhatiannya kini teralihkan pada lapangan yang terlihat dari tempatnya duduk. Di sana masih ada beberapa anak yang sedang ekskul. Baiklah, sembari menunggu, Taehyun bisa menonton mereka dahulu.

Beberapa kali sudut bibirnya tertarik saat melihat anak-anak itu bercanda, saling berteriak. Terlihat akrab. Dari jarak sejauh ini pun Taehyun bisa merasakan kebebasan yang mereka nikmati. Tidak ingin munafik, Taehyun akui dia iri. Sangat iri.

Taehyun juga ingin menjalani kehidupan sekolahnya dengan menyenangkan. Berteman dengan banyak orang, masuk klub favoritnya, makan siang di kantin ramai-ramai, atau merencanakan liburan saat akhir pekan. Taehyun ingin itu semua. Tapi ia sadar diri bahwa ia tidak pantas.

Tidak ada yang mau berbagi waktu bersamanya.

Tidak ada yang mau berteman dengan anak yang bahkan mengingat wajah orang lain pun kesulitan.

Taehyun menggeleng, meratap tidak akan berakhir. Hidupnya memang menyedihkan, tapi dengan meratap tidak akan mengubah segalanya. Ia menguap, matanya berair. Anak-anak yang berlatih basket itu mulai bubar, bersamaan dengan penjaga sekolah yang menghampirinya.

"Sekolah akan segera ditutup, ini sudah mulai gelap. Sebaiknya kau pulang"

Taehyun tersadar, sudah berapa lama ia disini menunggu Soobin? Lagi, ia melirik jam tangannya. Sudah hampir pukul 7, itu artinya dia sudah mengunggu selama 4 jam. Langit juga sudah mulai menggelap walau matahari belum sepenuhnya tenggelam. Ini masih musim panas dan matahari muncul lebih lama.

Satpam yang menegur tadi melihat Taehyun kebingungan. Pasalnya ia pun paham bahwa Taehyun masih menunggu jemputan nya yang memang kerap terlambat. Tapi ini sudah terlalu larut dan tidak ada yang bisa ia lakukan.

"Sebentar lagi malam. Lebih baik pulang naik bus, atau kau bisa tunggu jemputan mu di halte"

Tapi Taehyun tidak hapal arah menuju haltenya. Arah jalan pulang pun ia tidak ingat. Lamunan Taehyun terdistraksi saat beberapa anak yang tadi bermain basket lewat dihadapannya. Sepertinya mereka akan menuju ke halte, maka Taehyun memutuskan untuk mengikuti mereka setelah berpamitan pada paman satpam.

Tak lama setelah Taehyun dan anak-anak itu tiba di halte, sebuah bus berhenti yang langsung membuat anak-anak itu berhamburan masuk. Taehyun masih diam, mematung hingga sopir bus melongokan wajahnya di jendela dan bertanya apakah ia ingin naik atau tidak.

Ia menggeleng dan bus itupun akhirnya pergi. Jangankan naik bus, memiliki kartu bus pun ia tidak. Soobin tidak pernah mengijinkannya naik kendaraan umum apapun sendirian. Jadi Taehyun melanjutkan penantiannya menunggu Soobin sambil memperhatikan mobil yang berlalu lalang di jalan raya.

Taehyun tidak bisa menghubungi Soobin. Ia tahu Soobin sibuk. Maka dari itu, Taehyun tidak ingin mengganggunya. Kecuali jika Soobin yang menelpon duluan, mengabari bahwa ia tidak bisa menjemput dan berakhir mengutus seseorang untuk menggantikannya menjemput Taehyun.

Hingga langit lebih gelap dari sebelumnya, selain karena matahari yang sudah sepenuhnya tenggelam, juga karena langit yang mendung diiringi tetesan kecil air hujan yang mulai tumpah.

"Hoi! Menyingkir dari sini!"

Taehyun terlonjak saat sebuah bentakan serak itu terdengar, bersamaan dengan bahunya yang dicengkeram kuat dari belakang.

Disana, seorang pria baya dengan mata memerah dan bau alkohol yang menyengat tampak menatap Taehyun tajam. Cengkraman di bahu Taehyun perlahan berubah menjadi remasan yang menyakitkan. Membuatnya meringis pelan.

"Aku mau tidur! Minggir sana!"

Oh astaga, kenapa harinya begitu sial? Bertemu orang mabuk? Bahkan saat Soobin mabuk pun Taehyun tidak pernah berani dekat-dekat. Tapi Taehyun harus menunggu Soobin. Bagaimana jika nanti Soobin mencarinya? Lagipula, Taehyun tidak tahu kemana ia harus pergi.

"Dengar tidak?!" pria itu berteriak lagi yang kali ini tangannya yang bebas menoyor kepala Taehyun.

Ia menarik Taehyun agar bangkit dari duduknya dan mendorongnya kasar.

"Aku bilang pergi ya pergi! Dasar anak muda tidak patuh pada orang tua!"

"Tapi paman, aku harus menunggu Hyung ku" cicit Taehyun pelan. Jujur saja ia takut.

"Aku tidak perduli! Pergi sana!!" tubuh Taehyun didorong kuat.

Taehyun tidak punya pilihan lain. Sepertinya dia memang harus pergi daripada berurusan dengan orang mabuk. Kata Soobin, orang mabuk itu berbahaya.

Kakinya terus melangkah tak tentu arah, hanya mengikuti alur trotoar yang entah dimana ujungnya. Beruntung hujan turun tidak deras, hanya berupa gerimis kecil. Tapi masalahnya bukan itu.

Taehyun menghentikan langkahnya saat jalan yang dilaluinya terasa semakin asing.

Sial, dia tersesat!

***

MOAAA SIAPA YANG GAK SABAR KOMBEK NYA TXT?
TRAILER NYA UDAH DI DROP TUH, JANGAN LUPA STREAMING OKEEEEEE💪💪💪💪

THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang