Entah sudah berapa kian kali kuputar ulang 'Le cygne' karya Camille Saint-Saëns dalam sepekan belakangan ini. Luar biasa. Bahkan nama asing komposernya aku hafal. Kuberi tahu saja, musik klasik tidak pernah menjadi salah satu dari sekian banyak genre kegemaranku. Namun seenggan apa pun aku mengakuinya, segala perubahan drastis diri ini berhasil timbul berkat kehadiran seorang gadis. Dan, ya. Ialah perempuan yang belum lama mendiami rumah besar bergaya Eropa klasik tepat di sebelah rumahku.
Sudah cukup lama rumah itu terbengkalai, tak ditempati dan tak terurus (sebelum sang gadis datang, tentu). Itulah mengapa tak jarang pula para penghuni kompleks menyebutnya Kastil de Brissac. Berreferensi dari sebuah istana berhantu di Lembah Noire, Prancis.
Entahlah. Mungkin para ibu-ibu kompleks segabut itu. Padahal mendengar pengalaman paranormal terkait rumah itu saja tidak pernah. Intinya, hingga sang gadis dapat membuktikan bahwa ia memanglah sesosok arwah bergentayangan, aku tidak akan memperkenankan sebutan para ibu-ibu overkreatif kompleks.
Kurasa tak ada satu pun aspek kehidupannya yang tidak klasik— menilai dari satu pekan ke belakang. Bersabarlah, kau akan tahu siapa yang kubicarakan.
Dengan surai hitam legam nan lebat yang selalu terselip anggun di belakang telinga, serta tatapan tajam yang berkarakteristik serupa dengan netra kucing, ia menyadari kehadiranku dan tersenyum ramah sebelum berlalu mengendarai Porsche Taycan hitam miliknya. Manis sekali. Ia gadis berada yang tidak arogan.
Jangan salah paham dulu, sialan. Aku bukan penguntit. Hanya saja kendaraan kami kerap berpapasan saat ingin berangkat ke sekolah. Namun tidak hari ini sebab ini akhir pekan. Ia pun tak sedang diantar oleh seorang supir seperti saat ia berangkat ke sekolah.
Sangat disayangkan sekali seragam sekolah kami berbeda. Beverly Academy dan Clifton Campus, kedua sekolah yang akan saling bersaing hingga maut menggunjing. Itu pun jika mereka bernyawa. Sayangnya sekolah tidak bisa mati, yang berarti sampai selama-lamanya mereka ditakdirkan untuk berselisih.
Sudahlah. Aku sampai lupa mau melakukan apa. Melamun di depan gerbang rumah dan tersesat di dalam lautan pikiran. Jika aku saja bingung, apalagi Pak Banu yang sedang terduduk heran di pos satpam rumah, mengawasiku.
—
STARRING
—(IMPORTANT)
Greetings, Readers! 👋🏻
Aku ada pesan penting untuk kalian yang sudah tertarik membaca karena tag(s) AU ini. Aku sengaja nggak memberi tanda nama ke para pemeran laki-laki dengan alasan nggak bisa memutuskan untuk melayarkan kapal yang mana. 😞 Maaf guys aku nggak kuat memilih satu ship karena cintaku untuk TaeNnie dan JenKook sama besarnya. ☺️ Maka dari itu, I will leave it up to my readers' own imagination! Karena karakter-karakter yang disorot disini juga hanya mereka bertiga, aku persilakan kalian untuk memilih sendiri siapakah di antara Jungkook dan Taehyung yang menjadi karakter utama laki-lakinya. In your own version, of course (cerita ini juga akan lebih didominasi dengan narasi). Sekian dari Author untuk chapter ini. Terima kasih untuk setiap pasang mata yang sudah membaca debut karya Author Jenddu! Apresiasi Readers dalam bentuk votes akan amat-sangat dihargai, loh. Lebih interaktif juga lebih baik! Para author kan juga butuh motivasi untuk semangat melanjutkan karya tulisan mereka. 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanubari | TaeNnieKook
Fanfiction"Hanya cinta yang dapat membawa penyelesaian sempurna bagi keberadaan individual, sebab hanya cinta yang dapat memiliki dan menyatukan mereka dengan apa yang terdapat dalam sanubari mereka yang terdalam." - Pierre Teilhard de Chardin