IVAN terbangun karena merasakan kram yang menyengat lengan kirinya. Matanya masih terasa berat, namun ia paksakan dirinya untuk beranjak. Perlahan, ia mengangkat kepala Mala yang tertidur pulas dengan menjadikan lengannya sebagai bantalan empuk, dan kemudian menyelimutinya kembali agar Mala tetap nyaman.
Setengah tiga pagi, Ivan meremas lehernya yang pegal. Mengumpulkan nyawa agar matanya lekas tak mengantuk. Tertidur di sofa bersama Mala adalah hal yang tidak ia rencanakan sebelumnya. Ivan ingat, selarut apapun nanti ia harus pulang ke rumahnya. Sebab, hari senin sudah menunggu untuk disambut dengan segala kesibukan dan keribetannya menuju malam penting pengukuhannya sebagai CEO Ryder Group.
Seperti yang kebanyakan orang lakukan pertama kali saat bangun tidur, Ivan mencari-cari di mana letak ponselnya. Niatnya, ia hendak mengecek jadwal pekerjaannya hari ini. Siapa tahu ada agenda dadakan dari Adam, atau intruksi penting dari Papanya. Namun, sekeras apapun Ivan mencari saat itu, ternyata ponselnya tak kunjung ia temukan.
Di meja makan, di dapur, di kamar Mala, bahkan kamar mandi pun tak luput dari pencariannya. Dan pada saat itu terlintaslah di pikiran Ivan, jika ponselnya pasti tertinggal di mobil. Di basement tempatnya memarkirkan mobil.
Meninggalkan Mala yang masih tertidur pulas, Ivan menyalakan mesin mobilnya sembari mengecek tumpukan notifikasi pada ponselnya yang sontak membuatnya tercengang.
Dua belas panggilan tak terjawab. Ada beberapa chat masuk, dari Adam yang mencari keberadaannya. Namun bukan itu yang membuatnya terusik, sebab isi pesan asistennya itu tak jauh-jauh dari deretan jadwal meeting yang sudah menunggunya hari itu. Satu chat yang membuat Ivan sejenak tergugu, chat dari seseorang yang sebelumnya tak pernah mengiriminya pesan sama sekali. Jangankan pesan, berbicara secara langsung saja bisa dihitung dengan jari.
Dan berbekal pesan yang barusan ia baca, tak lama kemudian Ivan tancap gas. Suara ban yang berdecit akibat beradu dengan permukaan lantai basement begitu terdengar nyaring. Tanpa pikir panjang, saat itu juga ia melesat cepat menuju rumah kekasihnya dengan penuh perasaan cemas tak terkira.
Sandy
Denis di rumah sakit, angkat teleponnya!
Lo di mana?
WOY ANGKAT TELEPON GUE!!!!
Lo ngapain dia sih?
Brengsek, sialan! Nggak usah dateng lo sekalian!!!
----------
Denis tak mampu tidur dengan tenang malam itu. Bukan karena sisa-sisa nyeri di ulu hatinya yang sempat membuatnya ambruk beberapa saat lalu. Melainkan terkukung rasa penyesalan karena ia tidak dapat mengontrol perkataannya pada Nathan.
Jika pria baik itu berkata ada yang tidak beres dengan jalan pikirannya, Denis pikir mungkin Nathan ada benarnya. Segala hal yang ia alami belakangan ini, berhasil membuat nalarnya tak bekerja dengan baik. Denis merasa sudah berada di titik ia tak bisa membedakan makna dari perlakuan Ivan terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape [✓]
Romance🏆 Spotlight Romance Of January 2024 - WattpadRomanceID Jonathan sedang berlari dari derita patah hati yang selalu mengekorinya kemanapun pergi. Semangat hidupnya tidak sebesar hari kemarin, sebelum gadis yang begitu ia cintai memilih pria lain. Pr...