2. Become an Enemy

293 18 2
                                    

   Anak laki-laki itu berjalan melintas di koridor sekolahnya. Penampilanya rapih namun bajunya mulai sedikit menguning dipadu dengan celana biru sebatas lututnya yang sudah pudar warnanya. Wajar aja dua tahun laki-laki berparas manis ini bersekolah di tempat begengsi yang isinya kebanyakan orang kelas atas. Menjadi siswa berprestasi memberinya kesempatan untuk merasakan pendidikan dengan kualitas yang lebih baik di banding oranglain. Bukan orang lain tepatnya orang menangah kebawah kayak dia.

"Beomie!" Siswa berparas cantik itu celingak celinguk mencari sumber suara cempreng yang akrab sekali di kupingnya.

"Pagi brother" Sapa simanis pada dua orang siswa laki-laki lain yang kemudian ikut jalan meriringan dengan dirinya.

"Kantong mata lo item amat, lembur lagi?" Tanya Jongin siswa yang pakai behel di gigi.

"Iya, lumayan bisa buat ongkos besok"

"Kan ada abang lo, lo istirahat yang cukup inget kita udah kelas sebelas sekarang" Ucap siswa dengan mata sipitnya juga kulit seputih susu.

"Iya.. Iya.." Jawab Beomgyu cuek simanis yang dibicarakan sejak awal.

Nama panjangnya Jung Beomgyu anak bungsu dari keluarga Jung. Hidup hanya bersama sang kaka karena kedua orangtuanya sudah meningal sejak dia duduk di bangku sekolah menagah pertama. Dia tinggal bareng saudara laki-lakinya yang punya hubungan cukup baik tapi mereka gak terlalu dekat bisa dibilang gak akrab. Umur mereka yang terpaut jauh membentuk sedikit jarak buat mereka masing-masing. Bahkan diapun gak ngerti kakanya kerja dimana atau apa profesinya yang jelas dari kebiasaannya kayak orang kantoran. Entahlah pokonya uang dari sang kaka itu cuman cukup buat makan sama bayar hutang sang ayah dan rumah yang mereka kontrakin sekarang. Uang ongkos dan jajan atau buat beli keperluan sekolah itu Beomgyu cari sendiri.

Beruntung Beomgyu bisa masuk sekolah ternama dengan beasiswa dan dengan keterpaksaan dia membagi waktu untuk kerja sebagai guru private atau kalau hari libur dia kerja di tempat cuci mobil. Dulu mungkin dia cuman ambil kerja di tempat cuci mobil pas libur tapi kebutuhan untuk menyokong sekolah di kota besar kayak gini contoh harus beli internet, uang untuk praktek listrik dan air dia yang bayar. Jadilah dua beraniin diri untuk jadi guru less private sekolah dasar. Walaupun dia harus hidup dengan tangungan dia orang yang beruntung karena dikelilingin orang baik. Contohnya pemilik pencucian mobil yang dulunya itu bawahan ayahnya belum lagi dua sahabat yang selalu kasih suport jongin juga murid beasiswa di bidang olahraga sedangkan chenle ibunya berjualan du kantin sekolah jadi Beomgyu selalu dapet makanan yang memenuhi nutrisi.

🤍🖤🤍🖤🤍🖤🤍🖤🤍🖤🤍🖤🤍

Setiap waktu istirahat mereka pasti selalu bertiga. Sekarang Beomgyu bersama dua sahabatnya itu lagi nagrtri buat beli minum, katanya lele mau minum jus biar mood belajar lagi nanti. Suana kantin rame membentuk antrian panjang di setiap stan makanan karena udah jam makan siang. Kadang di saat kayak gini ada tiga serangkai yang akan maju langsung memotong antrian.

Buk

Bahu Beomgyu bersegolan dengan seorang siswa yang berjalan diringin dua siswa lain. Tanpa ada kata maaf siswa itu terus berjalan menyerobot masuk melewati antrian panjang dan langsung memesan makanan. Jelas Beomgyu dan temenya cuman bisa melihat jengkel kelakuan si anak  pemilik sekolah ini dan dua kawanya. Sampai mereka berjalan kembali melewati Beomgyu dan berhenti tepat di samping Jongin.

"Lo Jongin. Gue tunggu pulang sekolah di gudang" Bisik seorang siswa yang menabrak pundak Beomgyu tadi di telinga Jongin kemudian menaruh kartu joket merah di kantong seragamnya.

THAT'S THE WAY I LOVE YOU! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang