Anywhere But Home

1 0 0
                                    

Di sebuah desa terpencil yang jauh dari sebuah kota bernama kota Pundung, seorang anak perempuan tunggal kulit sawo matang bernama Eva yang berusia 7 tahun bekerja keras untuk menafkahi keluarga. Ekonomi keluarganya yang menengah ke bawah memaksakan dia untuk jual gorengan di trotoar jalan raya kota sendirian setiap hari dengan membawa gerobak hijau yang dibuat oleh ayahnya.

Eva menjual berbagai macam gorengan, mulai dari bala-bala, cireng, tempe, molen, dan lain-lain. Gorengan yang dia buat termasuk murah, namun dia mengambil untung sedikit agar menarik pembeli banyak. Setiap kali dia keluar desa untuk jualan, dia memakai baju dan celana yang jelek dinodai tanah karena tidak memiliki baju atau celana lain yang layak dipakai. Setiap pagi, dia mendorong gerobak dari desa menuju kota. Dia akan pulang jika sudah sore. Sebelum berangkat, dia selalu meminta doa orang tua agar jualannya laris dan selamat di perjalanan.

"Gorengan gorengan, 2000 dapet 5, 5000 dapet 12,"

"Hayu aa, teteh, gorengannya... Murah meriah,"

"Gorengan enak murah!"

Ucap Eva setiap hari sambil berjalan di trotoar jalan raya mendorong gerobak.

Eva berjualan sendiri karena orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sebenarnya, orang tua Eva tidak pernah menyuruh dia untuk berjualan, dia berinisiatif jualan hanya karena dia ingin memiliki uang tabungan sendiri. Tabungan ini agar dia tidak memakai uang orang tua untuk membeli barang-barang yang dia butuhkan.

Penghasilan Eva tidakbanyak, bahkan kadang-kadang dia malah rugi berjualan. Meskipun begitu, diaselalu semangat dan tidak pantang menyerah untuk jual gorengan setiap hari. Diaselalu berjualan dekat SD karena banyak anak SD yang membeli gorengan setelahpulang sekolah. Selain itu, orang tua yang menjemput anak mereka pun ikutmembeli gorengannya. Setelah selesai berjualan, dia biasanya pergi ke warunglangganan untuk membeli bahan-bahan gorengan jika ketersediannya kurang. Jikatidak, dia langsung pulang ke desa. Hasil jualan dia sebagian kecil untukditabung, sebagian besar untuk kebutuhan sehari-hari dan bahan-bahan gorengan.Dia menyimpan uang ke dalam celengan kayu yang dibuat oleh ayahnya.

Meskipun Eva berusia 7 tahun dan berasal dari desa, dia bertingkah seperti orang berumur 18 tahun. Dia bisa bepergian sendiri, mengurus diri sendiri dan orang tuanya, berperilaku sopan dan santun, dan sebagainya. Orang-orang sekitar terkejut mengetahui anak kecil berjualan gorengan di trotoar jalan raya sendirian.

"Kenapa berjualan, dek? Udah jualan, sendiri lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa berjualan, dek? Udah jualan, sendiri lagi. Gimana sih orang tuamu?"

"Wah kasihan banget masih kecil udah jualan,"

"Kamu harusnya sekolah, ngapain jualan gorengan?!"

Itulah yang ditanyakan dan dikatakan oleh orang sekitar ketika menemui Eva sedang berjualan. Setiap hari, setidaknya ada satu orang yang berkata seperti itu. Meskipun begitu. dia selalu menjawab dengan sopan dan ramah.

"Saya berjualan karena saya miskin, Kak. Penghasilan keluarga saya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Saya inisiatif berjualan untuk membantu ekonomi keluarga saya. Terima kasih sudah mengkhawatirkan saya, tetapi saya tidak perlu dikhawatirkan," jawab Eva.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last Image From EvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang