“Cinta saya sudah habis hanya untuk kamu, bagaimana bisa saya melirik perempuan lain?”
—Safaraz Althair Biantara🌷🌷🌷
Kehilangan adalah hal paling menyakitkan yang kapan saja bisa dirasakan oleh orang-orang. Seperti pasangan muda itu yang tengah merasakannya. Entah skenario apa yang sedang dirancang oleh Sang Pencipta, kepada mereka yang kehilangan seseorang yang bahkan belum pernah mereka lihat. Seseorang yang begitu mereka harapkan kehadiran dan rupanya.
Althair berjalan lesu menuju brankar di mana Aluna tengah terbaring lemah dengan selang infus di tangan kirinya. Menundukkan tubuh, Althair mencium dahi Aluna cukup lama disertai air mata yang tiba-tiba mengalir. Seraya menjauhkan wajah dari Aluna, Althair mengusap pipinya yang basah dan mendudukkan diri di kursi samping brankar Aluna. Althair mengecup berkali-kali punggung tangan Aluna yang bebas dari infus, menatap sendu Aluna yang masih setia memejamkan mata.
“Maaf,” bisik Althair.
Althair menempelkan punggung tangan Aluna yang sedang dia genggam pada dahinya, menundukkan kepala dan terisak sedih. “Maaf, maaf, dan maaf. Maaf, saya belum bisa menjaga kamu dan calon anak kita. Maafkan saya, Aluna,” lirih Althair. Dia menahan sesak pada dadanya setiap kali mengingat perkataan dokter yang mengatakan bahwa janin dalam kandungan Aluna tidak bisa diselamatkan.
Althair terpukul dan selalu menyalahkan dirinya sendiri. Tapi, dia kembali ingat bahwa apa yang sekarang terjadi sudah ketentuan dari-Nya yang tidak bisa diganggu gugat. Mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas, dia harusnya menerimanya meskipun terasa berat. Sebab sesuatu yang sudah ditakdirkan terjadi belum tentu buruk, mungkin Allah sudah menyiapkan skenario lebih baik yang tidak akan pernah dia duga.
Lenguhan pelan terdengar dari Aluna yang mencoba membuka matanya. Althair segera menghapus air matanya, mendekat pada Aluna dan mengusap penuh kelembutan pucuk kepalanya. “Alhamdulillah, kamu sudah sadar sayang,” bisik Althair pelan seraya mengecup pucuk kepala Aluna.
Aluna menatap Althair sayu, pandangannya masih terasa buram. Begitu wajah Althair terlihat jelas dalam pandangannya, Aluna langsung memalingkan muka. Rasanya sesak mengingat foto di mana Althair berpelukan dengan perempuan lain.
“Pergi,” usir Aluna setelah lama terdiam membuat tubuh Althair menegang kaku.
“Aluna?”
Aluna menyentak tangan Althair yang memegang bahunya, wanita itu menoleh pada Althair dengan tatapan tajam juga mata berkaca-kaca. “Aku bilang pergi! Aku nggak mau lihat muka kamu!”
Althair terhenyak, dia tidak mengerti mengapa Aluna mengusirnya. “Aluna, ada apa? Kenapa kamu tidak mau melihat saya? Kamu marah sama saya?” tanya Althair lembut.
“Kamu pikir aja sendiri?! Kamu udah mengkhianati aku tapi kamu bertingkah seakan enggak terjadi apa-apa! Kamu jahat tahu nggak?!”
Sepertinya Althair mengerti sekarang, pasti Aluna telah salah paham pada dirinya atas foto yang dilihatnya. Althair menarik napas panjang, berusaha menggapai tangan Aluna namun Aluna menghindar dengan cepat. “Jangan sentuh aku! Aku bilang kamu pergi sekarang!”
“Aluna, kamu telah salah paham. Saya akan menjelaskan semuanya sama kamu, tolong dengar penjelasan saya terlebih dahulu, ya?” Althair berusaha membujuk Aluna agar percaya padanya. Bagaimanapun Althair harus meyakinkan Aluna bahwa dia tidak pernah berkhianat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHALUNA
RomanceStory 1 Hanya tentang dua insan yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan. _____________________________________ Alunara Zevanya terpaksa menuruti permintaan orang tuanya yang ingin menjodohkan dia dengan anak sahabat mereka. Namun, siapa sangka jik...