"Harder, Baby! I'm coming, ouh! Aakkhh!"
Keterlaluan!
Ainsley langsung menghentikan langkah tepat ketika ia melewati sebuah pintu. Bukan tanpa alasan, tetapi karena suara yang berasal dari ruangan di balik pintu itu sungguh mengganggu.
"Dia membawa wanita bayaran? Lagi?" Ainsley berdecih.
Berkacak pinggang, Ainsley mulai menggedor pintu dengan keras. Tidak ada kata ampun untuk mengganggu sepasang manusia busuk yang nyaris mencapai puncak kenikmatan di balik pintu. Sungguh, Ainsley merasa jijik dengan kelakuan pria yang berstatus sebagai suaminya itu.
"Sialan! Bisakah kau diam!" teriak suara pria dari balik pintu disusul erangan kesal.
Alih-alih menurut, Ainsley mengeraskan gedorannya bahkan kini kakinya mulai ikut menendang pintu kayu itu dengan sangat keras hingga membuat suaranya menggema di seluruh penjuru ruangan. Beberapa asisten rumah tangga mengintip dari balik dinding, tetapi tak lama memilih kabur saja daripada harus terjebak dengan perang dunia tiga yang nyaris pecah.
"Wanita sialan! Kubilang berhenti, bodoh!"
Kali ini amarah pria itu disusul dengan suara kenop pintu yang diputar lalu terbuka dengan lebar hingga menampakkan sosok bertelanjang dada dengan hanya memakai boxer. Rambut pria itu tampak begitu berantakan, peluh juga tampak membasahi sekujur tubuh, membuat kulit eksotisnya makin berkilau memamerkan pesonanya.
Kedua alis tebal pria itu mengerucut tajam, menatap nyalang siap menerkam sosok wanita bertubuh mungil di depannya yang telah berani mengganggunya. Rahang kokohnya mengeras, giginya bergemerutuk menahan amarah yang siap meledak.
"Apa yang kau lakukan, wanita gila?" geram Austin dengan wajah merah padam.
Berbeda jauh dengan ekspresi penuh amarah Austin, Ainsley si gadis bertubuh mungil itu malah tampak begitu santai. Dilipatnya kedua tangan mungil itu di depan dada seraya memutar bola mata malas. Wanita itu berdecak, ingin rasanya mencabik-cabik wajah Austin agar tidak melihat ekspresi menyebalkannya.
"Kau menghabiskan ratusan juta untuk wanita murahan itu, sementara ada aku sebagai istrimu di rumah ini. Tidakkah ada kelainan di kepalamu?"
Wajah Austin semakin menggelap, wajahnya menunduk untuk menatap Ainsley lebih seksama. Pria itu maju langkah, menggertak Ainsley. Alih-alih gentar, Ainsley malah semakin mendongakkan wajah dengan mata melotot.
Tangan Austin terangkat, telunjuknya mendorong kening Ainsley dengan kedua mata berkilat tajam.
"Ini tentang prinsip, berapa pun yang kuhabiskan, tidak ada urusannya denganmu. Lagipula, aku juga tidak melarangmu untuk bersenang-senang dengan pria lain di luar sana, alih-alih menjadi wanita bodoh yang haus sentuhanku. Atau kau mau belajar dari jalang-jalangku? Paling tidak, kau bisa memasang silikon di payudaramu agar ada pria yang melirik."
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Austin hingga membuat wajahnya terbuang. Panas berdenyut, pria itu menggerakkan lidahnya ke sisi dalam pipi. Terdiam sejenak, Austin kembali menjatuhkan pandangan pada Ainsley. Betapa tak acuhnya ekspresi wanita itu membuat Austin makin kesal bukan main setelah apa yang wanita itu lakukan padanya.
"Dasar wanita gila!"
"Semoga kelaminmu membusuk!"
Ainsley pergi dengan langkah yang sengaja dihentak. Wanita itu naik ke lantai dua, sebelum masuk ke kamarnya, wanita itu meludah ke arah tangga seraya menatap sengit Austin, pria yang berstatus sebagai suaminya selama satu tahun.
"Jika kau sungguh ingin aku berhenti membawa jalang ke rumah ini, lebih baik kau beritahu kepadaku di mana kau menyembunyikan Arasya!"
"Dasar dungu! Sejak awal aku sudah bilang tidak tahu di mana jalangmu yang satu itu!"
Tak ingin membuang waktu lagi untuk menanggapi suami gilanya itu, Ainsley menutup pintu kamar dengan keras. Suara Austin masih terdengar dari luar, tetapi tidak terlalu jelas dan Ainsley memilih untuk tidak mempedulikannya.
Ainsley menghempaskan tubuh di atas ranjang, ia menikmati bagaimana bisa premium itu membuat tubuhnya memantul dengan lembut. Kedua matanya terpejam, diam untuk beberapa lama hingga ketika ia membuka kedua kelopak mata, pemandangan langit-langit putih dengan gambaran warna vintage itu menyapa.
Awalnya, Ainsley adalah cucu yang selalu dikesampingkan oleh kakeknya karena kedua orang tuanya yang berbeda dengan saudara yang lain, di mana yang lain berlomba-lomba untuk unjuk bisnis, sementara orang tua Ainsley memilih melakukan usaha tanpa ambisi dan berkecimpung di dunia politik tetapi selalu berada di bagian bawah sehingga tidak bisa dibanggakan. Prinsip hidup orang tuanya yang penting semua berkecukupan. Tidak terlalu berambisi untuk menjadi yang terbaik sampai mengejar harta warisan yang lain.
Prinsip kedua orang tuanya itu juga Ainsley pegang. Kakek dari pihak ayahnya memang terkenal sebagai pengusaha yang sangat liar dalam sepak terjang. Ainsley juga mulai berwirausaha sendiri dengan kemampuannya hingga sebuah keberuntungan jatuh di pihaknya, di mana perusahaan yang ia pegang langsung melejit sampai ke puncaknya hingga mengantarkan nama Ainsley Roxeena Esther menjadi daftar salah satu pengusaha muda terkaya di negeri itu.
Atas prestasinya itu lah baru sang kakek meliriknya. Bahkan, pria itu langsung memberinya tantangan. Awalnya, Ainsley menolak karena alasan ingin fokus mengembangkan usahanya saja. Namun, Ainsley mendapatkan penindasan yang luar biasa dari paman, bibi dan sepupunya yang lain hingga puncaknya Ainsley dan keluarganya nyaris mati karena kecelakaan yang direncanakan.
"Apa pun tantangan kakek, aku akan menerimanya," kata Ainsley tegas meski kala itu kain kasa masih melingkar di kepalanya.
Satu hal yang ia pikir saat itu, sudah terlanjur masuk ke dalam kubangan, akan sangat beresiko jika Ainsley hanya diam dan percaya kubangan itu tidak ada bahayanya. Bisa jadi, di kubangan yang tenang ada buaya yang sedang mengintai. Maka dari itu, mendekat dan berteman dengan sumber bahaya terbesar adalah jalan satu-satunya yang bisa Ainsley lakukan untuk melindungi keluarganya.
"Menikahlah dengan Austin Howard Grey untuk menyatukan kekayaan kalian. Jika kau berhasil menikah dengannya, Kakek akan memberikan 30% saham Esther Group padamu."
Tentu saja 30% bukan nilai yang sedikit. Itu artinya sang kakek ingin menyerahkan kepemilikan Esther Group padanya. Artinya, warisan terbesar keluarga Esther akan menjadi miliknya.
Merasa gundah, pernikahan bukan hal yang main-main. Namun, jika ia tidak melakukan ini, keluarganya akan dipandang sebelah mata dan akan selalu diganggu. Ia harus kuat untuk melindungi orang-orang yang ia sayangi. Tidak akan Ainsley biarkan orang-orang jahat itu menyentuh keluarganya barang seujung kuku pun.
"Baik, Kakek. Aku akan melakukannya. Kuharap Anda menepati kata-kata Anda."
Setelah menikah, lalu apa?
Rupanya Austin tidak lebih seperti pria kaya raya yang suka berfoya-foya. Terutama masalah wanita. Sungguh, Ainsley dibuat geram setiap ia menginjakkan kaki di rumah megah ini karena suara desahan Austin bersama jalang-jalang sialannya itu sangat mengganggu.
Sebenarnya, Ainsley jarang pulang ke rumah ini. Hanya saja, sepertinya sang kakek mulai curiga jika pernikahannya dengan Austin sedang tidak baik-baik saja. Terlebih, sudah satu tahun pernikahan mereka, tetapi tidak kunjung memiliki momongan. Jangankan momongan, memandang Ainsley pun enggan.
Mau tahu alasan Austin sangat membenci Ainsley?
Haha, itu karena Ainsley membuang jalang kesayangan Austin hingga membuat pria itu tidak bisa menemukannya.
Ya, semua masalah selalu berkaitan dengan jalang.
***
Selesai ditulis pada 05 Desember 2022
With Love,
Luluk Layalie
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Play Dirty Scandal
Romance"Kau menghabiskan ratusan juta untuk wanita murahan itu, sementara ada aku sebagai istrimu ada di rumah ini. Tidakkah ada kelainan di kepalamu?" "Ini tentang prinsip, berapa pun yang kuhabiskan, tidak ada urusannya denganmu. Lagipula, aku juga tidak...