7

937 174 13
                                    

Pagi hari yang cerah,

Tangan panjang zean terulur meraba benda pipih yang semalam dia taruh di atas meja.

Kesadarannya masih setengah-setengah, matanya masih sepat belum mau terbuka, badannya masih lelah, bibirnya sesekali menguap tapi dia memaksa bangun.

Jam 7.00,

Zee menaruh ponselnya lagi lalu beranjak ke arah balkon.

Melihat matahari yang cerah, hoammhhh, dia ingin mengumpulkan nyawanya dulu di tempat ini.

Lama,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama,

Ponsel zee bergetar dari dalam membuatnya berbalik.

Aran's calling..

"hallo.."

"bro, siap-siap, gue jemput sama aldo abis ini"

"kemana?"

"ada lah, lo ikut aja"

"gue ga bisa"

"kenapa? Lo ada urusan apa minggu-minggu gini?"

"bukan urusan lo"

"anj-"

Tutt

Zee mematikan ponselnya begitu saja lalu beranjak ke kamar mandi dan turun ke bawah.

Dia mengenakan pakaian santainya.

Mengecek ponselnya sekali lagi, zee bergegas masuk ke dalam mobil dan menjalankan kendaraannya setelah gerbang terbuka.

Hari ini dia harus menjemput papahnya.

Di bandara,

"zee!"

"papah"

"sudah dari tadi?"

"belum"

Zee melirik agak tak suka pada wanita yang berdiri persis di belakang papahnya.

Perempuan itu sangat cantik! Terlebih lagi dia terlihat muda pasti belum berkeluarga.

Apa papahnya tidak akan menyukainya?!

"hey, ayo!" panggil cio menyadarkan anaknya yang masih menatap kosong pada sepasang mata di depannya.

Perempuan itu sepertinya salah tingkah.

"papah yang bawa mobilnya!" ucap zee tiba-tiba melemparkan kuncinya pada papahnya sambil menyabet satu koper kecil yang tadi pria itu bawa.

Cio hanya memandang tak percaya.

"ayo" katanya pada sekertarisnya.

Sampai di rumah setelah perjalanan panjang karna harus mengantar satu orang dulu,

Mobil hitam dengan empat pintu itu berhenti di depan rumah yang pagarnya sudah terbuka.

Ternyata ada beberapa mobil disana.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang