“Cinta saya padamu, tidak main-main. Sekali kamu saya dapatkan, tidak akan pernah saya lepas.”
—Safaraz Althair Biantara🌷🌷🌷
Althair hanya bisa tersenyum pedih begitu tidak mendapatkan respons dari Aluna. Setetes air mata pun jatuh membasahi pipi Althair.
Althair menghela napas seraya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Sudah lima menit, ya? Cepat sekali,” gumamnya.
“Hanya itu yang bisa saya katakan, bukan saya yang ada di foto itu. Terkait orang yang mengirimkannya, akan saya cari tahu segera.” Althair bangkit, memandang sendu punggung istrinya. Tangan Althair tergerak mengusap kepala Aluna lembut membuat Aluna menggigit bibirnya menahan tangis.
“Saya cinta sama kamu, maaf sudah membuat kamu sedih. Saya sadar kalau saya ini masih banyak kurangnya, saya juga manusia biasa yang nggak luput dari salah. Apabila perkataan ataupun tindakan saya menyakiti kamu, langsung kamu katakan supaya bisa saya perbaiki. Jangan hanya kamu diam saja dan tidak mempercayai saya. Rasanya sakit sekali, istri saya lebih mempercayai orang lain ketimbang saya suaminya sendiri. Hati saya juga sama sakitnya kayak kamu, terlebih atas apa yang sudah menimpa kita sekarang, kehilangan seorang anak. Maaf belum bisa menjadi ayah yang baik untuk anak kita. Maaf, saya enggak becus jadi suami untuk kamu. Saya minta maaf, saya benar-benar minta maaf sama kamu.”
“Jangan pernah meragukan perasaan saya lagi, Aluna. Cinta saya padamu, tidak main-main. Sekali kamu saya dapatkan, tidak akan pernah saya lepas. Kamu harus selalu ingat itu.” Althair menyeka sudut matanya yang berair, perasaannya saat ini tidak bisa dijelaskan. Sakit, kecewa, juga sedih dia rasakan. “Kamu jangan berpikir saya marah, saya sama sekali tidak marah sama kamu. Saya marah pada diri saya sendiri yang sudah membuat kamu menangis. Sekali lagi maafkan saya. Saya mencintaimu, Aluna. Beristirahatlah, saya akan menjagamu dari luar. Jika butuh apa-apa, jangan sungkan memanggil saya.”
Masih tidak ada respons dari Aluna selain diam, Althair dengan pasrah berniat melangkahkan kakinya keluar. Namun, Aluna menahan tangannya membuat langkah Althair terhenti dan sontak berbalik badan. Dapat dilihat Aluna menatapnya dengan wajah sembap juga hidung yang memerah, air matanya pun membasahi kedua pipinya. “J-jangan pergi, maafin aku ...” lirih Aluna kemudian terisak, Althair dengan cepat membawa tubuh istrinya ke dalam pelukan dan memberikan kecupan di pucuk kepalanya.
Althair cukup terkejut begitu Aluna balas memeluknya, dia pikir Aluna akan marah dan mengusirnya kembali. Tidak disangka wanita itu justru mencegahnya pergi dan menggumamkan kata maaf.
“Jangan pergi, jangan tinggalin aku,” lirih Aluna membuat Althair tersenyum.
“Saya di sini, tidak ke mana-mana.”
“Maafin aku, aku percaya kamu, kamu jangan pergi. Aku yakin kamu enggak lakuin itu, pasti ada orang lain yang sengaja memfitnah kamu. Aku minta maaf.” Aluna kembali menangis, kali ini tangisnya lebih kencang, Althair sampai dibuat panik karenanya.
“Sssttt, tenang, ya? Saya tidak ke mana-mana, terima kasih karena kamu sudah percaya saya. Berhenti menangis, ya? Saya sudah memaafkan kamu, saya juga meminta maaf,” ujar Althair berusaha membujuk Aluna agar berhenti menangis.
Aluna meredakan tangisnya, mendongak menatap Althair dengan matanya yang berkaca-kaca. “Kamu enggak perlu minta maaf, aku yang egois enggak mau dengar penjelasan kamu dan langsung main ambil kesimpulan gitu aja. Aku minta maaf, Atha,” lirih Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHALUNA
RomantizmStory 1 Hanya tentang dua insan yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan. _____________________________________ Alunara Zevanya terpaksa menuruti permintaan orang tuanya yang ingin menjodohkan dia dengan anak sahabat mereka. Namun, siapa sangka jik...