☕︎☕︎☕︎
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya polisi datang dengan membawa beberapa anggotanya. Jeno langsung menyuruh polisi itu masuk untuk menyergap perampok.
"MARK!" teriak Jeno lalu berlari menghampiri Mark yang tersungkur ke lantai.
Polisi itu membantu membawa Mark dan beberapa perampok. Mark segera dilarikan ke rumah sakit sedangkan para perampok itu sudah di urus oleh polisi dan ditangani.
Di dalam mobil Jeno terus mengusap usap tangan Mark dan memegang pundak Mark yang terkena tembakan itu, sedangkan Mark sendiri malah tersenyum sembari menggenggam tangan Jeno dengan sangat erat.
"Bodoh! Keadaan genting seperti ini, kau masih saja tersenyum seperti itu!" kesal Jeno sembari memukul paha Mark hingga membuat sang empu sedikit meringis kesakitan.
"Jeno khawatir pada Mark?" tanya Mark dengan tatapan polosnya itu lagi.
"Berisik! Kau diam saja," ketus Jeno.
Tangan Mark mulai dingin, wajah dia juga sudah semakin memucat. Jeno semakin panik, hingga pada akhirnya sampai rumah sakit pun Mark langsung dilarikan ke ruang operasi.
Bahkan hingga sampai di depan ruang operasi pun Mark masih tidak mau melepaskan genggaman tangan yang di berikan oleh Jeno. Dokter dan juga suster sempat bingung akan hal itu, tapi Jeno berusaha melepaskan genggaman Mark agar dia cepat cepat bisa di tangani oleh dokter.
Jujur saja, Jeno sangat khawatir sekali pada kondisi Mark yang menurutnya parah itu. Pundak Mark tertembak, wajah Mark juga babak belur akibat pukulan perampok tadi. Jika saja Jeno pandai bela diri, dia pasti sudah menolong Mark tadi.
"Aku harus memberikan kabar ini pada papa, bunda dan juga ayah.." lirih Jeno sembari meraih ponsel nya yang berada di saku celananya itu.
...
Sudah hampir 2 jam Jeno menunggu Mark selesai operasi, bersama papa Donghae juga tentunya.. Papa Donghae terlihat lebih lebih khawatir ketimbang Jeno. Menantu kesayangannya harus merasakan hal seperti ini..
"Bagaimana kronologi nya, Jeno??" tanya papa Donghae pada Jeno yang terlihat sedang terdiam duduk sembari memandang ruang operasi.
"Nanti akan ku ceritakan pa, jika ayah dan bunda sudah datang.." jawab Jeno.
Papa Donghae mengusap usap wajahnya frustasi, baru beberapa hari lalu Jeno dan Mark menikah.. Mereka berdua sudah diberikan ujian seperti ini, ini ujian cukup berat.. Jeno juga terlihat belum begitu perduli pada kondisi Mark.
Beberapa menit setelah itu, kedua orang tua Mark datang dengan tergesa gesa. Mereka langsung menghampiri Jeno, membuat Jeno berdiri lalu ikut menghampiri mereka yang sedang berjalan ke arah Jeno.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada Mark, Jeno??" tanya Bunda Yeni pada Jeno membuat Jeno meneguk salivanya kasar lalu berusaha menjelaskan semuanya pada kedua orang tua Mark dan juga papa nya.
"Astaga.. Kenapa bisa jadi seperti ini?.. Ini salahku, aku membelikan kalian rumah di tempat yang sangat sepi sekali dengan penduduk," sesal ayah So Hyun sembari meremas rambut nya sendiri.
"Maafkan aku, ayah.. Aku tidak bisa menjaga Mark dengan baik.." ujar Jeno sembari memegang pundak ayah So Hyun karena merasa sedikit bersalah.
"Tidak apa Jeno, ini bukan kesalahanmu sepenuhnya, ini juga kesalahan ayah karena membelikan kalian rumah di tempat yang sepi akan penduduk. Ayah akan mengurus kepindahan rumah kalian, kalian berdua tenang saja ya," tutur Ayah So Hyun sembari mengelus puncak kepala Jeno dengan lembut.
Jeno menatap ayah So Hyun dengan tatapan liriknya itu, bisa bisanya ayah So Hyun sangat menyayangi menantunya, sedangkan sang menantu sangat membenci anaknya itu.. Jeno benar benar merasa bersalah akan hal ini. Tapi ego nya begitu kuat hingga dia belum menyadari semua kesalahannya, dia hanya merasa bersalah karena tidak memperlakukan Mark dengan baik. Bukan berarti Jeno mau menerima Mark begitu saja, dia masih tidak Terima dengan si idiot itu.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya dokter keluar bersama dengan beberapa perawat. Jeno dan yang lain pun berdiri lalu segera menghampiri dokter tersebut dan berniat bertanya, bagaimana operasi Mark tadi.. Apakah berjalan lancar? Atau..
"Dokter, bagaimana jalannya operasi anak saya?" tanya Bunda Yeji pada dokter tersebut.
"Pasien telah mengeluarkan banyak darah, apalagi pasien terkena tembak. Sepertinya tembakan itu sudah hampir 1 jam di diamkan, jadi.. Pasien kekurangan banyak darah. Perawat kami tengah mencari da rah yang Bergolongan AB, karena di rumah sakit ini belum kembali mengambil darah yang bergolongan AB tersebut," jelas dokter tersebut.
"D-dok, golongan darah saya O. Bukankah orang yang bergolongan darah O bisa mendonorkan darahnya kepada golongan darah apapun?" sahut Jeno.
Semuanya pun menoleh ke arah Jeno, papa Donghae menghampiri Jeno lalu membisikkan sesuatu pada Jeno. "Bukankah Jeno phobia akan jarum suntik sejak kecil?" tanya papa Donghae.
"Tidak apa, pa. Aku harus menyelamatkan Mark, daripada menunggu lama? aku tidak ingin terjadi apa apa padanya," ujar Jeno sembari memegang lengan sang papa agar sang papa percaya bahwa semuanya akan berjalan baik baik saja.
Papa Donghae menganggukkan kepalanya lalu kembali membalikkan tubuhnya menghadap So Hyun, Yeji dan juga dokter tersebut.
"Tidak apa, bunda, ayah. Pakai saja darahku, demi Mark. Aku akan melawan phobia ku.." lirih Jeno lalu berusaha tersenyum untuk menghilangkan ketegangan.
"Yasudah, mari ikuti saya," ajak dokter tersebut pada Jeno. Jeno pun mengikuti dokter itu hingga tiba di sebuah ruangan yang memang di khususkan untuk mengambil darah.
Jeno cukup tegang saat sesi pengambilan darah untuk Mark. Namun perawat menenangkan Jeno agar dia tidak terlalu tegang, dan Jeno pun berusaha merilekskan pikirannya.
Setelah semuanya selesai, dokter dan perawat itu pun segera masuk kembali ke dalam ruangan dimana Mark berada. Jeno ingin, agar darahnya bisa berguna bagi Mark. Semoga semua akan baik baik saja dan Mark akan selamat karena darah yang Jeno berikan padanya.
Ada sekitar 30 menit Jeno dan keluarganya menunggu, dokter tidak kunjung keluar juga saat sudah 30 menit berlalu. Jeno cukup tegang, ia takut jika darahnya tidak berguna bagi Mark.
Namun tidak lama setelah itu, pintu ruangan terbuka dan menampilkan dokter sampai beberapa perawat membawa kabar baik, Jeno dan keluarganya bisa bernafas lega saat dokter mengatakan bahwa 'semuanya sudah baik baik saja, hanya tinggal menunggu Mark siuman saja,'
"Terimakasih, Jeno. Aku sangat berterimakasih padamu.. Sayang.. Peluk bunda, kemarilah!" bund Yeji merentangkan tangannya agar Jeno memeluknya. Bunda Yeji tahu, Jeno pasti belum pernah merasakan pelukan seorang ibu.
Jeno pun langsung memeluk bunda Yeji lalu menangis sejadi jadinya, "tidak perlu berterimakasih pada Jeno, bunda.. Ini sudah kewajiban Jeno untuk menolong suami Jeno sendiri. Jeno yang harus berterimakasih kepada bunda.. Bunda mempercayai Jeno, padahal ini kesalahan Jeno yang lalai dalam menjaga Mark.." lirih Jeno.
"Hey, tidak, ini bukan kesalahan Jeno. Memang perampok itu saja yang tidak tahu untung. Sudah di beri harta masih saja ingin merenggut nyawa seseorang," kesal bunda Yeji.
Jeno terkekeh pelan lalu kembali mengeratkan pelukannya dengan begitu nyaman.
Dibalik itu, papa Donghae tersenyum melihat anaknya yang begitu nyaman memeluk bunda mertuanya itu.
20.01.23
TBC
Halo Halo! Maaf ya kemarin itu kepencet:) nih aku update. Semoga kalian suka!JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMENNYA!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] My Idiot Husband | MarkNo 1/2
FanfictionDemi apapun, tolong maafkan ketidaksempurnaan Mark yang membuat semua orang susah. !!! JUST FIKSI !!! [ MARK LEE X JENO LEE ] ⚠BXB, YAOI, BL, MARKNO! ⚠tidak di sarankan untuk homophobic ⚠ MARK DOM, JENO SUB. ⚠ FRONTAL ⚠ Angst sedikit. ✅semi bak...