6. Under His Kiss

619 125 19
                                    

Hinata diam menunduk setelah huru-hara selesai. Tidak ingin banyak bicara dan memilih duduk di jembatan buatan halaman rumah Sakura. Astaga ... Kenapa bisa momennya selalu tidak tepat, sih? Maksudnya ... Bertemu Sasuke di saat yang seperti ini.

Entah kemana Sasuke modern berada. Tapi yang pasti, Hinata benar-benar membutuhkan pria dingin itu untuk keluar. Namun yang dia temukan justru Sasuke yang ada di tahun 1870. Pria kolot yang terus mengatakan statusnya tanpa bisa Hinata pahami.

Baiklah, Hinata tidak bodoh. Semasa sekolah, jelas sekali dia pernah belajar tentang apa itu daimyo dan mengapa hal itu bisa ada. Lalu dia juga belajar apa arti status itu ketika mereka memasuki era pertama restorasi Meiji.

Ayolah ... Banyak hal untuk bisa ia pilih sebagai waktu untuk kembali ke masa lalu. Jika boleh memilih, Hinata tentu akan memilih tahun 1960 di mana tahun itu Jepang tengah memulihkan diri paska perang dunia ke dua. Masa yang masih sangat menyenangkan karena setidaknya dia memiliki sedikit teknologi dan ada Elvis Presley untuk mengisi hari. Walau dia harus membeli vinyl untuk menikmati musiknya.

"Kau di sini rupanya."

Sapaan itu membuat Hinata menoleh. Sasuke, dengan wajah datarmya, duduk di sampingnya tanpa beban. Baiklah, Hinata harus meralat. Dia tidak perlu mencari Sasuke versi modern jika bersi tahun 1870 nya saja sudah sama dingin dan menyebalkannya. Satu saja cukup. Dia tidak memerlukan banyak Sasuke. Bisa gila dia kalau dia harus membuat pria seperti ini mencintainya. Kemungkinannya mendekati 0% untuk hal itu bisa terjadi.

"Kupikir anda sudah pulang ke penginalan atau semacamnya," sindir Hinata sinis.

"Pria pilihan geisha di sini diperbolehkan menginap di tempat ini. Bahkan aku bisa menginap di kamarmu kalau benar-benar kemalaman."

"Aku tidak tahu ada peraturan itu! Kau mengada-ada?!"

"Aku mendengarnya dari Shikamaru. Kalau tidak salah dia berkencan dengan Geisha di sini yang bernama Temari. Benar begitu, kan?"

Hinata menghela napas. Bagus juga. Sasuke memilih nama yang tidak mungkin berbohong karena pria itu lebih suka tidur daripada diberikan sepaket hal merepotkan di tangannya.

"Apa tujuanmu sebenarnya di sini?" tanya Hinata.

Hening.

Sasuke menghela napas sebelum mengeluarkan kantung berbahan sutra berwarna ungu dengan sulaman berbentuk burung pipit berwarna emas dari sakunya. Pria itu ulurkan kantung tersebut pada Hinata sehingga wanita itu membukanya. Ada pita berwarna ungu yang memiliki bercak darah di sana. Sesuai dengan penggambaran yang Sakura berikan.

Sungguh, Hinata pikir wanita bernama Sakura itu bukan manusia. Dia tahu banyak hal dan itu menjengkelkan.

"Beberapa waktu yang lalu, aku melakukan kunjungan dinas ke Kyoto. Saat itu awal adanya perintah kaisar untuk menutup secara permanen sistem ke-shogun-an. Banyak hal berubah dan ada beberapa orang yang menyerang daimyo sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap sistem pemerintahan yang lama. Saat itu, sebuah panah melukai dadaku sebelah kiri. Seorang wanita menolongku dan membawaku ke gubuk di hutan. Merawatku selama beberapa hari. Dia memakai pita miliknya itu untuk mengompres lukaku dengan obat-obatan herbal yang ia tumbuk."

"Kau sudah menemukannya?"

Sasuke menggelengkan kepala. "Aku kembali agak terlambat karena sudah 2 tahun sejak kejadian itu berlangsung. Aku baru bisa melakukan perjalanan kemari setelah kabar kepulangan ayahku dari Tokyo sudah kuterima."

"Kau ingat wajahnya?"

"Aku hanya mengingat dia yang mengenakan pakaian ungu. Jenis pakaan yang hanya dipakai oleh bangsawan. Dan aroma tubuhnya adalah lavender."

The House Of ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang