"Kurang banyak saos sama sambelnya." ucap Reza melihat Kayra yang sibuk memasukkan sambal dan saos ke dalam mangkok bakso. "Ntar sakit perut ngomel-ngomel," cibir Reza.
BRAK
Kayra menaruh botol saos dengan kencang, "berisik banget sih lo?" Kayra menyahut dengan ketus.
"Terserah gue, kok lo repot?" sindir Reza dengan santainya memasukan satu bakso ke dalam mulutnya.
"Lo yang duluan ngomenin gue!" ucap Karya tidak santai.
Reza menatap Kayra tajam, "lo–"
"Mas, Mba. Bisa tenang dikit?"
Kedua remaja itu kompak menoleh pada pria dewasa yang menegur keduanya, mereka meringis tidak enak. Bukan hanya pria itu yang terganggu, melainkan hampir satu stand bakso menatap ke arah mereka.
"Maaf ya, Pak."
Kayra kembali menatap Reza tajam. "Lo sih! Banyak bacot!" ucap Kayra sambil berbisik.
Reza melotot tidak terima, padahal mereka yang berisik, tapi kenapa hanya dia yang di salahkan? Ah cewek! "Lo sadar diri dong!" tukas Reza kesal.
"Sadar diri gimana lagi gue? Gue sadar diri kalau gue cakep!"
"Dih–"
"Mas, Mba. Tenang sedikit ya?"
Lagi, mereka mendapatkan teguran dari pria itu. Kedua meringis pelan, sungguh sekarang mereka malu karena banyak pasang mata yang menatapnya.
Kayra melotot dan menendang kaki Reza dengan kesal. "Lo sih!" desisnya dengan mengecilkan suaranya.
Di dalam hati Reza ada rasa ingin mengepruk, menempelengin, menjampi-jampi kepala Kayra, tapi itu tidak mungkin karena nantinya yang ada dia di putusin mendadak? Dan itu tidak akan terjadi.
Membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk kedua insan itu memakan bakso dan menurunkan makanan, kemudian mereka pergi dari sana setelah Reza membayar. Lagi juga Reza yang mengajaknya keluar malam-malam gini, untungnya Olive sedang bermain di rumah Nenek Jehan. Kayra belum tau mereka akan kemana, dia hanya menurut Reza akan kemana, asal tidak ke kandang buaya karena dia sudah punya, namanya Tuan muda Reza Reagantara.
Tidak ada dua puluh menit, Reza memberhentikan motornya di parkiran pasar malam. Kedua mata Kayra berbinar tidak percaya kalau Reza akan membawanya ke tempat ini, dia tidak tau kalau ada pasar malam di daerah sini, harusnya tadi dia paksa Olive untuk ikut dengannya.
Reza meletakan helmnya, dia berdecak karena tidak ada tanda-tanda Kayra akan melepaskan helm di kepalanya. Kedua tangannya melepaskan kaitan helm, dia melepaskan helm yang tersemat di kepala Kayra dan menaruhnya di jok. Reza menyentil dahi Kayra yang di hadiahi protesan dari cewek itu. "Apaan sih lo!"
Reza memutar bola matanya malas, tanpa berniat menjawab cowok itu langsung merangkul pundak Kayra, membawa cewek itu untuk membeli tiket masuk.
Tau apa yang menjadi tujuan utama setelah keduanya masuk? Kayra menyeret cowok itu ke stand cireng yang beruntungnya tidak terlalu ramai, jadi dia tidak capek-capek untuk berdiri mengantri lama. "10 ya Bang." ucap Kayra tersenyum.
"Oke, neng."
"Gue gak?" tanya Reza.
Kayra menoleh pada cowok di sebelahnya. "Berdua aja, biar romantis!" jawab Kayra tersenyum menggoda.
Reza menatap wajah Kayra jengah, yang elit dikit kek! Masa romantisannya makan cireng? "Terserah lo." tukas Reza.
Kayra mengambil cirengnya dengan senang, seusai itu dia pergi dari sana meninggalkan Reza yang tengah membayar cirengnya. Kayra memilih duduk di kursi yang tampak kosong, dia mulai menikmati cirengnya. Kayra mengode Reza membuka mulut agar ia bisa menyuapi cowok yang sekarang duduk di sebelahnya.
"Enak 'kan?" Reza mengangguk sambil mengunyah, menyetujui ucapan Kayra.
"Abis ini?" tanya Reza. Cowok itu membuka mulutnya meminta Kayra memasukan satu cireng ke dalam mulutnya.
Kayra kembali menyuapi cireng ke dalam mulut Reza. "Pengen mancing ikan deh gue."
****
"Capek!" keluh Kayra tapi senyuman yang menghiasi wajahnya tidak pudar, dia sangat senang. Kedua matanya menatap boneka sedang yang Reza bawa, es krim, teh manis, cilok. Kayra meringis melihat itu, belum lagi ia membawa permen kapas. "Kok gue matre banget ya?"
Reza tertawa kecil, "baru sadar lo? Tapi untung lo morotin cowok yang pas, untungnya gue anak tunggal kaya raya!"
Kayra menatap Reza malas, tadinya ia merasa bersalah karena Reza sudah membelikan apa yang ia mau, tapi perkataan Reza yang sombong membuat Kayra tidak jadi merasa bersalah. "Iya si paling anak tunggal kaya raya. Na Jaemin, Choi Yeonjun juga anak tunggal kaya raya kalau gue bisa gue udah jadi istrinya kali!"
Reza menyentil dahi Kayra, "halu lo! Bangun lo cuma remahan peyek, dia berlian di atas berlian!" cibir Reza.
"Kalau gue remahan peyek, lo apa dong?"
"Ya gue sebelas-sebelas sama si Na Jemin sama Choi Yunjun lah!" jawab Reza seraya menyugarkan rambutnya.
Kayra memasang wajah julid, "dih najis!" cibir Kayra.
Karya memilih mengambil bungkusan-bungkusan makanan dan minuman yang ada di sebelahnya–yang tadi Reza menaruhnya di sana, dia berjalan mendekati tempat sampah. Awalnya baik-baik saja, namun saat dia ingin kembali ke kursi yang mendapati Reza malah dia terjatuh ke lubang.
"Lo ngapain?" tanya Reza tertawa terbahak-bahak.
Kayra meringis, "REZA!" pekik Kayra yang membuat beberapa orang melihat aneh ke arahnya, tapi Kayra menghiraukan itu. Kakinya terasa sakit, dia keseleo. "Sakit Rez!"
Reza menaruh boneka beruang itu di kursi, dia beranjak dari duduknya melangkah mendekati Kayra yang menahan sakit. Kayra terpekik karena tiba-tiba menggendongnya, Kayra mengeratkan kedua tangannya yang melingkar di leher Reza.
"Makanya hati-hati! Ceroboh!"
Kayra tidak menjawab. Reza kembali berjalan ke kursi untuk mengambil boneka Kayra, untungnya Kayra peka kalau Reza kesusahan karena kedua tangannya menahan tubuhnya, jadi dia yang mengambil boneka beruangnya.
****
"Akh!"
"Pelan!" tekan Kayra mencengkram lengan berotot Reza dengan kuat yang membuat cowok itu ikut meringis karena kuku-kuku Kayra menancap ke kulitnya. Sebenarnya Reza ingin membanting tubuh Kayra tapi dia masih punya hati karena keadaan Kayra saat ini.
"Bu, ya ampun pelan-pelan, sakit banget!" Kayra menggigit pundak Reza menyalurkan rasa sakit kakinya yang keseleo dan di urut oleh wanita paruh baya sang pemilik warung. Wanita itu berbaik hati untuk mengurut pergelangan kaki Kayra.
"Udah neng, saya pergi ya?" Kayra mengangguk sambil menyedot ingusnya
"Makasih ya, Bu." ucap Reza yang di angguki wanita paruh baya itu.
Setelah kepergian Ibu itu, Reza mengusap air mata dan ingus Kayra. "Udah enak?" Kayra mengangguk, dia mengeluarkan ingusnya di Hoodie Reza.
"Hoodie gue ingus lo semua!" celetuk Reza.
Reza dan Kayra langsung meninggalkan pasar malam. Kayra melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan angka 10, dia memikirkan Olive yang masih di rumah Nenek atau anak kecil itu memilih pulang dan di rumah sendiri?
Dua puluh menit, kedua insan itu sudah sampai di depan rumah Kayra. Reza menuntun Kayra berjalan masuk.
"Mau gue anterin ke kamar?"
Kayra menggeplak pundak Reza, suara ringisan dari bibir cowok di sebelahnya mampu membuat Kayra terdiam dan menatap cowok itu. "Kenapa?"
"Engga. Udah kan? Gue langsung pulang."
****
11 Desember 2022