37. Sponsor

1K 90 4
                                    

Sratttt!

Suara darah yang menyembur akibat leher ditebas membuat udara malam ini terasa sangat pekat. Anyir. Dan lembab.

"Ukhhhh!" pria yang baru saja dihabisi itu jatuh ke atas lantai. Dia menggelepar sessaat lalu tewas setelahnya.

Pemandangan yang terhampar di depan sana terlihat sangat mengerikan. Mayat-mayat saling bertindihan bahkan beberapa terlihat amat mengenaskan.

Gudang tempat penyimpanan narkoba ini mendadak berubah jadi lautan darah yang menggenang.

Dan di tengah-tengah itu semua, Edzsel berdiri dengan tenangnya. Seolah dia sedang ada di hamparan ilalang yang menyejukkan.

Seorang pria bertopeng datang memasuki tempat itu. Dia berjalan mendekat ke arah Edzsel lalu menyodorkan sebuah kotak yang berisi cincin berlambang burung elang.

"Dengan ini, misi Anda sudah selesai. Silahkan terima cincin ini, Tuan."

Edzsel tidak banyak bicara. Dia langsung mengambil benda itu lalu memakainya.

"Sudah, kan?" ujar Edzsel acuh. Dia lelah dengan semua ini dan ingin segera kembali pada Renggana.

"Ya. Selamat atas resminya Anda menjadi salah satu pemimpin organisasi. Kalau begitu saya pamit undur diri."

Edzsel tidak menjawab. Dia memilih untuk segera pergi dari tempat itu dan tak menolak lagi.

Tugasnya hanyalah membersihkan gudang narkoba itu saja. Urusan pembersihan bukti dan TKP akan menjadi tugas bawahannya.

"Vinka."

"Ya, Tuan?"  Vinka menjawab melalui alat komunikasi yang ditempelkan pada telinga Edzsel.

"Istriku sedang apa sekarang?" Edzsel bertanya sambil terus bergerak. Dia berlari di sepanjang hutan sambil berusaha menghindari musuh sebanyak mungkin.

"Nona sedang belajar."

"Siapkan kamar mandi. Aku akan sampai di sana dua jam lagi."

"Baik, Tuan."

Edzsel sudah sampai di perbatasan hutan dan jalan raya. Dia cukup puas karena berhasil menghindar dari semua musuh yang dikirimkan oleh pimpinan organisasi lainnya.

Mereka berniat menghabisi Edzsel sebelum anak itu naik tahta. Tapi sayangnya, semua itu sudah terlambat. Edzsel sudah resmi berstatus sebagai pemimpin organisasi yang sejajar dengan Jewish, Shura, Feliks dan Avhanas.

"Tuan." Vinka bertanya ketika Edzsel sudah duduk manis di belakang setir mobilnya.

"Apa?" Edzsel masih terdengar acuh. Dia sibuk membersihkan wajahnya menggunakan lap basah.

"Tuan Jewish tadi datang dan berbincang dengan Nyonya Renggana."

Edzsel berhenti bergerak. Dia tidak jadi melanjutkan acara bersih-bersih. Pancaran matanya mendadak berubah dingin. Tidak ada sinar di sana. Pemuda itu meratakan ekspresinya lalu ke luar lagi dari mobil.

"Tuan?"

"Aku ralat ucapanku. Aku akan sampai di rumah tiga jam lagi."

"Apa ada masalah, Tuan?"

"Tidak. Aku hanya--- ingin meluapkan kekesalanku saja."

Edzsel mematikan panggilan itu secara sepihak. Dia kemudian kembali masuk ke dalam hutan dan menerjang semua musuh yang ada di hadapannya.

Satu-satunya alasan Edzsel menghindari mereka adalah karena pemuda itu ingin segera bertemu dengan istrinya.

Tapi setelah mendengar berita menyebalkan barusan, emosi Edzsel memuncak seketika. Dia tidak mungkin pulang dan menemui Renggana dalam kondisi tidak stabil begitu.

Don't Escape: Look At Me, Your Devil AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang