Paginya.
Chaeyoung terbangun.
Dan Jimin masih ada disampingnya.
Duduk dengan membaca buku.
"Kamu udah bangun?" Chaeyoung yang lebih dulu menyapa.
Jimin nutup bukunya dan noleh, "Kalo masih ngantuk tidur aja. Masih jam 7" kata Jimin dengan mengusap pipi Chaeyoung.
Chaeyoung menggeleng dan ikut duduk disebelah Jimin. Bersandar pada sandaran tempat tidur.
Jimin meraih jemari Chaeyoung. Menggenggamnya.
Mengecupnya lama.
"Kak"
Chaeyoung hanya berdeham.
"Aku minta maaf. Kemaren-"
"Jim, ini masih pagi. Bisa ngga kita ngga usah bahas apapun dulu. Aku capek" kata Chaeyoung memotong perkataan Jimin.
Jimin diam. Menatap Chaeyoung yang juga menatapnya.
Kata 'capek' dari Chaeyoung bukan cuma sekedar angin lalu. Udah keliatan dari wajah juga mata Chaeyoung.
Kalau cewek itu lagi dititik lelah yang sebenarnya.
"Karena capek itu. Aku ngga mau terus bikin kakak capek" kata Jimin.
Chaeyoung meremat genggaman tangan keduanya.
"Jim, aku mohon"
"Kak kamu bahagia sama hubungan kita?"
Chaeyoung terdiam. Dia takut mau kemana arah pembicaraan.
Jimin tertawa pelan.
"Kamu selama ini nanggung beban berat. Dari orangtua kamu, masalah pendidikan kamu, dan sekarang dari aku? Kak, aku ngga berguna buat kamu"
Chaeyoung menggeleng, "Ngomong apasih kamu? Kamu itu-"
"Apa? Apa selama kita pacaran, aku pernah jadi tempat pulang kamu? Apa aku bisa bantu pas orangtua kamu ngasih tekanan ke kamu? Apa aku bisa banggain kamu melebihi temen-temen kamu, kak?"
"Aku ngga lebih dari sekedar anak SMA"
"Dan kamu bener. Aku cuma anak kecil"
Chaeyoung menggeleng dengan tegas, "Jim jangan kaya gini. Kita ngga perlu permasalahin ini"
"Kita harus. Gimana aku bisa diem aja ketika kamu selalu kesusahan sendiri, kamu tekanan batin dan mental. Tapi yang aku lakuin cuma nambah beban kamu?"
Mata Chaeyoung memanas. Dia udah nyerah.
Ngga tau mau gimana.
Jimin keras kepala dan egois.
Itu faktanya.
Chaeyoung menatap genggaman tangannya. Chaeyoung semakin mengeratkannya karena Jimin bergerak melepas.
"Kak, kasih aku waktu. Biar aku memperbaiki diri" kata Jimin.
Chaeyoung menggeleng, "Ngga ada yang perlu kamu perbaiki"
Jimin melepas genggaman keduanya. Beralih menarik Chaeyoung untuk masuk ke dalam pelukannya.
"Aku belum pantas buat kamu" lirih Jimin.
"Engga. Siapa yang bilang? Kamu lebih dari pantas" balas Chaeyoung.
"Kak, aku mohon. Aku bakal balik ke kamu lagi"
"Aku cuma butuh waktu dan ruang sendiri. Dan pas semuanya udah siap, aku bakal langsung lari ke kamu" Jimin terus membujuk.
Chaeyoung terdiam.
"Jadi ayo putus"
Dan sontak Chaeyoung langsung ngedorong Jimin. Ngebuat pelukan keduanya terlepas.
Air mata Chaeyoung ternyata udah jatuh dari tadi.
Cewek itu natap Jimin kemudian ketawa pelan. Tangannya meremat rambutnya, bibirnya bergetar, mata terus mengeluarkan air mata.
Chaeyoung hancur untuk kesekian kalinya.
"Kamu bahkan dengan gampangnya minta putus padahal kita belum ada 4 bulan? Dengan alasan memperbaiki diri?" kata Chaeyoung.
Jimin menggigit bibir bawahnya. Cowok itu juga menahan tangisnya.
Bukan. Bukan berarti Jimin dengan gampang minta putus.
Bukan berarti Jimin ngga sedih liat Chaeyoung kaya gini.
Cinta Jimin untuk Chaeyoung itu emang nyata. Udah ada dan tertanam dihati Jimin.
Hanya saja, Jimin ngerasa butuh memiliki dunia dan seisinya agar dia pantas bersanding sama permata indah kaya Park Chaeyoung.
Jimin cuma anak SMA, dari keluarga sederhana.
Ngga ada apapun yang bisa dibanggain.
Bahkan selama pacaran, Jimin ngerasa bahwa Chaeyoung yang ngerawat dia dengan baik.
Jimin hanya menerima tapi tidak memberi.
Jimin tersiksa pada posisinya yang sekarang. Dia pengin manjain Chaeyoung, dia pengin jadi rumah untuk Chaeyoung, dia pengin jadi segala yang dibutuhkan Chaeyoung.
Tapi,
Jimin belum mampu.
"Kamu egois" lirih Chaeyoung.
Jimin kembali sadar dari pikirannya sendiri.
"Kamu bener-bener egois" ulang Chaeyoung.
Jimin mencoba ngeraih tangan Chaeyoung tapi ditepisnya.
Chaeyoung bangkit dengan kasar.
"Kak" Jimin ikut bangkit.
Chaeyoung ngambil tas-nya. Mau pergi tapi tangannya di tahan.
"Aku anterin" kata Jimin.
Rahang Chaeyoung mengeras, "Nganterin? Setelah omong kosong kamu tadi dan kamu mau nganterin aku?" Suara Chaeyoung meninggi.
Bodoamat kalau ibu Jimin dengar.
"Brengsek. Lepas" Chaeyoung menghempas tangannya.
"Kak-"
Chaeyoung membuka pintu dengan kasar,
"Aku ngga berharap apapun lagi. Memperbaiki diri? Balik lagi? Aku ngga butuh"
"Aku lebih berharap kita ngga ketemu lagi, Park Jimin"
Dan itulah terakhir kali Jimin ngeliat Chaeyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Love
Fanfiction"Jim, kamu ganteng tapi egois" - Park Chaeyoung. "I'm not into you, kak" - Park Jimin.