apa-apaan ini?

1.9K 32 0
                                    


Langit memasukan motornya kedalam bagasi rumah. Kemudia ia melihat semua anggota keluarga nya tengah berkumpul di ruang keluarga.

Langit melaluinya begitu saja. Karena langit sudah sangat mengantuk dan badanya terasa lengket.

Tapi suara bariton yang tegas menghentikan langkahnya.

"Habis dari mana kamu?" Tanya jovan.

"Markas dad."

"Gak liat disini ada orang tua?." Tanya rena.

"Langit liat bun. Tapi langit bau, badan langit lengket dan langit ngantuk."

"Setidaknya hargai dan hormati orang yang lebih tua langit." Rena menasihati putranya.

"Iya bun langit salah maaf."

"Sekarang abang mandi yang wangi terus turun kesini lagi. Ada yang mau bunda omongin."

Langit hanya mengangguk.

***
Langit telah selesai dengan ritual mandinya. Kini ia tengah menuruni anak tangga untuk menuju ruangan yang dimaksud bundanya.

"Sini duduk bang." Ucap Rena.
Langit hnya menurut.

"Kenapa dad, bun? Langit ada salah ya?" Tanya bingung langit.

Rena menggeleng seraya tersenyum tulus kearah putranya.

"Sekarang abang umur berapa?" Tanya rena.

"17 maybe."

"Nah udah tua kan?"

"Ya Allah bunda. Langit masih muda ya! Orang belom lulus SMA udah dikatain tua."

"Maksudnya bunda sama daddy udah tua." Balas Jovan.

"Ya kan wajar manusia tambah tua gak ada yng tambah muda dad."

"Sebelum itu daddy sama bunda pengen cucu buat warisin harta daddy dan bunda." Ucap jovan.

"Cucu? Dadd. Langit masih sekolah. Jangan becanda deh."

"Kamu lupa ya bang sekolah itu milik daddy?" Ucap rena.

Oh iya langit hmpir melupakan nya.

"Daddy bisa dengan mudah mengatur itu kalo tentang sekolah." Ucap jovan.

"Langit gak punya calon dad, bun. Langit gak mau punya pacar atau istri langit trauma."

" Kalo calon bunda sama daddy udah siapin. Apa?! Trauma? Heh bang kamunya aja yng salah pilih."

"Yaudah deh males berdebat sama orang yng berumur. Sekarang bunda sama daddy to the point aja deh langit males ngomong."

"Bunda sama daddy bakal jodohi  kamu sama anak sahabat daddy." Ucap Rena dengan wajah serius.

Langit melotot. Apa dijodohkan? Hei ini bukan zaman purba pikir langit.

"Bun. Ini bukan jaman siti nurbaya bun."

"Ya emang bukan. Tapi keputusan daddy sama bunda udah bulat bang. Mau gak mau kamu harus mau dan siap!."

Langit menghela nafas berat. Jika bundanya sudah angkat bicara maka langit akan menuruti semua perkataan bundanya.

"Besok pertemuan pertama kamu sama calon istri kamu bang. Jangan kabur awas!."

"Iya."

***

Perjodohan gila BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang