crowded.

66 10 0
                                    

Hari minggu adalah hari yang ditunggu banyak orang. Normalnya hari ini dihabiskan untuk melepaskan penat. Ada yang pergi untuk berjalan-jalan, mengunjungi teman dan saudara, atau bahkan hanya bersantai di rumah bersama keluarga tercinta.

Begitu juga dengan pasangan satu ini. Taeyong dan Ten nampak sangat senang saat berjalan bersama. Nampaknya mereka telah merencanakan date yang telah lama ditunggu, setelah di hari-hari biasanya disibukkan dengan kesibukan masing-masing yang menyita banyak waktu. Bukankah itu setimpal dengan menghabiskan hari ini bersama orang terkasih?

Tempat yang mereka tuju adalah sebuah taman hiburan. Umumnya tempat ini sangat ramai dikunjungi, apalagi ketika hari libur. Meskipun begitu, tidak mematahkan semangat dua sejoli tersebut untuk tetap pergi. Alasannya sederhana, karena mereka jarang memiliki waktu luang. Taeyong adalah seorang dokter bedah yang cukup sibuk walau di hari libur besar sekali pun. Hari ini pun dia dapat pergi berkat rekan kerjanya yang menggantikannya. Sedangkan Ten, adalah seorang guru les piano di sebuah lembaga musik yang cukup terkenal. Maka kesempatan ini tidak boleh dilewatkan sama sekali oleh mereka berdua.

"Sayang, terima kasih sudah meluangkan waktu libur buat pergi sama aku" ujar Ten sambil berjalan. Sekilas diliriknya kekasihnya yang terkekeh pelan sambil mengelus surai rambutnya.

"Kenapa berterima kasih hm? Sama pacar sendiri kan" Taeyong tersenyum sambil memperhatikan kekasihnya yang lebih pendek.

"Habisnya.. biasanya kan kak Taeyong jarang sekali bisa dapat waktu buat libur.. sekalinya bisa, malahan pergi sama aku" Ten sedikit membuat raut wajah menyesal setelah menyelesaikan ucapannya.

Taeyong hanya menggelengkan kepalanya, dicubitnya pipi kekasihnya dengan gemas. "Malahan bagus dong, ada waktu luang memang bagusnya pacaran!"

Ten tersenyum kecil lalu mengangguk. Memang sulit berdebat dengan kekasihnya yang bucin itu.

Sesampainya di sana, mereka memutuskan untuk melihat-lihat dahulu. Karena memang baru saja buka, pengunjungnya tentu saja sangat ramai dan heboh. Tidak hanya keluarga dengan anak-anak yang datang, tetapi juga para remaja dan sekumpulan orang dewasa yang berpasang-pasangan. Beberapa wahana permainan nampak memiliki antrian yang cukup panjang, hingga mengular keluar tempat antri. Ten mengernyitkan dahinya saat melihat antrian panjang tersebut. Taeyong merangkul pundak Ten sambil melihat sekeliling.

"Kak... ramai banget.." ujar Ten pelan. "Mau beli minum dulu? Kayaknya juga ini semua antrinya masih pada lama" jawab Taeyong sambil menggelengkan kepala melihat kepadatan di depan mereka. "Eum, ayo deh. Malas banget mengantri sepanjang itu" sahut Ten.

Taeyong dan Ten pun mencari kedai yang menjual minuman. Tetapi belum jauh mereka melangkah, tiba-tiba saja segerombolan kerumunan datang ke arah mereka. Kerumunan itu merupakan parade pawai dari taman hiburan, bercampur dengan para penonton pawai yang riuh ramai ingin mengabadikan momen tersebut.

Dengan panik Ten berusaha berada di dekat Taeyong. Bukan tanpa alasan, dia takut akan terpisah oleh kekasihnya. Taeyong yang sigap segera menggandeng tangan mungil Ten. Memegang erat tangan halus itu seolah tidak akan melepaskannya. Ten berjalan mengikuti Taeyong dari belakang, sambil sesekali mengeluh saat beberapa orang menabrak tubuhnya. Taeyong menoleh ke belakang untuk memastikan Ten aman, dan Ten hanya tersenyum kikuk melihat wajah khawatir kekasihnya yang lebih tua tersebut. "Nggakpapa" ucap Ten tanpa suara.

Ternyata butuh waktu cukup lama. Dengan susah payah, akhirnya mereka bisa keluar dari kerumunan setelah 10 menit berlalu. Ten nampak sedikit pucat, keringat terlihat membasahi pelipisnya. Taeyong yang masih menggandeng tangan kanan Ten, menyeka keringat itu dengan tangan kirinya.

"Kak! Nggak apa-apa ih" Ten refleks kaget saat Taeyong menyeka keringatnya. "Kamu pucat banget sayang, ayo kita cepet beli minum. Takut ya tadi?" tanya Taeyong dengan khawatir. "Sedikit sih, rasanya sesak aja gitu.." ucap Ten pelan. "Harusnya kita cari tempat yang lebih kondusif aja" ujar Taeyong. "Kak Taeyong jangan gitu.. Kan aku yang maksa buat kesini" jawab Ten cepat. Dia tidak ingin Taeyong merasa bersalah.

Taeyong tersenyum seraya mengelus pipi Ten. "Beneran nggak apa-apa? Masih kuat jalan kan? Ayo kita kesitu beli air mineral, untungnya nggak antri." Ten mengangguk sambil tersenyum. "Iya ayo kesana"

Mereka pun melangkahkan kaki, melanjutkan jalan-jalannya. Walaupun sudah terbebas dari kerumunan, tetapi mereka masih bergandengan tangan. Tanpa ada satu pun yang ingin melepaskannya. Hmm, entahlah. Mungkin mereka merasa nyaman dengan terus begitu, bukan?

sweetest interludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang