Hari ini, aku tidak mendapatkan kesempatan sedikit pun untuk bicara dengan Nanami-san. Tiap kali aku ingin memanggil namanya kesempatan itu selalu diambil oleh orang lain. Tiap kali aku ingin meraih ujung lengan bajunya, ia selalu secara tiba-tiba berjalan lebih cepat dariku. Rasanya seperti, keberadaanku di sampingnya mulai tidak dirasa. Tapi aku tidak boleh berpikiran negatif lagi! Ia mungkin memang sedang sibuk.Apa mungkin memang kantor sedang sibuk persiapan penerimaan karyawan baru?
Bisa jadi.
Di tengah perjalananku dari kafeteria setelah makan siang bersama Sadao-san itu, secara tiba-tiba aku berpapasan dengan Nanami-san. Ia memanggil namaku tegas dan mendekat dengan cepat. Itu membuat jantungku berdegup gugup. Ada apa ini? Ada apa ini?
"Sadao-san, saya pinjam dia sebentar ya," ujar Nanami menggenggam pergelangan tanganku. Sadao-san mengangguk santai.
Lalu Nanami segera membawaku pergi dari sana. Dengan langkah yang sangat cepat. Aku jadi nyaris tersandung karena Nanami saat ini sedang setengah berlari. "Tunggu, Nanami-san?"
Tapi Nanami tidak merespon panggilanku sama sekali. Ia sesekali menoleh ke sana kemari. Agaknya mencari tempat untuk kita berdua. Dan berakhirlah kami di ruang arsip yang tengah sepi dan gelap tanpa orang di jam istirahat siang itu. Ia membawaku ke bagian dalam ruang arsip. Cukup jauh dari pintu.
"Nanami-san"
"Apa kamu pikir aku selama ini sedang bercanda?"
"Apa—"
"Setelah aku mengungkapkan semua yang kurasa tentangmu kamu malamnya memilih dengan pria itu. Sial—apa aku terlihat bercanda selama ini?"
Nanami tidak menaikkan suaranya sama sekali. Tapi ia mengintimidasi hanya dengan tatapannya. Ia mengintimidasi hanya dengan cara bicaranya. Ia mengintimidasi hanya dengan posisi berdirinya.
Tapi entah kenapa sekarang aku jadi marah sekali.
"Ya. Kurasa kamu sedang bercanda, Nanami-san." Tapi bukan ini yang ingin kukatakan!
"Kau mengucapkan segala kata-kata itu padaku dan siangnya kau makan dengan perempuan lain! Lalu malamnya kau tidak menolak mixer dari Noboru-san! Bukannya yang bercanda di sini anda, ya?" Aku tidak mengerti kenapa aku melawan tanpa berpikir seperti sekarang ini. Aku tidak mengerti kenapa bibirku bergerak tanpa memedulikan apa yang kupikirkan sebenarnya.
"Kau pikir aku juga pion yang bisa kau mainkan sesuka hatimu?" Kini aku malah menarik salah satu sudut bibirku menyeringai. Kenapa aku bergerak tanpa berpikir sama sekali? Apa yang membuatku sanggup mengucapkan ini semua tanpa mengolah? Rasanya seperti anak kecil. Tapi aku tidak bisa menghentikan diriku sendiri.
Kumohon, berhentilah berbicara.
Ah, lihatlah wajahnya yang terkejut itu. Jujur saja, sebenarnya aku memang tidak mengerti. Ketika kita berangkat terlambat bersama di kantor, kurasa yang bahagia memang hanyalah aku. Seharian itu aku dan dia terasa sangat jauh.
Padahal selama satu hari itu berjalan, aku terus memikirkannya. Ia yang tidak bicara padaku sama sekali padahal waktuku di kantor tinggallah 1 bulan saja. Itu membuatku khawatir meski aku tidak menunjukkan ekspresi itu sama sekali. Dan aku merenunginya hingga waktu tidur datang.
Aku gelisah hingga memikirkan hal-hal yang buruk. Seperti; Kamu pasti marah kepadaku, bahkan mungkin kamu menghindariku, itu yang aku pikirkan.
Sangat memalukan bagiku. Habisnya, Nanami dan pekerja perempuan yang diajaknya makan siang bersama kemarin sangatlah nampak cocok bersama. Celah yang paginya kukira ada jadi menghilang begitu saja. Tidak ada sedikit pun celah bagiku untuk mencoba merebut hatimu lagi. Mereka benar-benar terlihat cocok bersama aku jadi tidak bisa mengalihkan pandanganku. Mereka benar-benar terlihat cocok bersama aku sampai tidak terlihat lagi di pandanganmu.
YaTuhan, aku benar-benar memalukan. Aku tidak bisa melakukan apa pun pada debaranjantungku selain menangis atasnya. Aku tidak bisa melakukan apa pun atas rasa sukaku yang mendalam terhadap Nanami-san selain menangis terhadapnya.
Sebenarnya apa yang aku lakukan selama ini?
Rencanaku adalah mengajaknya berbicara dan meminta kepastian mengenai perasaannya terhadapku. Tapi aku malu dengan sikapku sekarang. Memilih menangis setelah menimpali pertanyaan kekesalannya. Habisnya aku juga kesal. Aku selama ini merasa tidak melakukan apa-apa padahal aku ingin membuatnya jatuh cinta kepadaku.
Sebenarnya apa yang aku lakukan selama ini?
Aku merasa bodoh di hadapan Nanami-san.
Apalagi sekarang ini. Aku yakin dia tidak bisa merespon apa pun melihatku yang menangis tersedu di hadapannya tanpa aba-aba. Setelah marah-marah aku malah menangis tanpa sebab. Bagaimana kalau ia makin tidak menyukaiku habis ini?Bagaimana kalau rasa suka yang ia ungkapkan kemarin pagi dalam sekejap sirna akibat aku yang sibuk menangis seperti sekarang ini?
Aku kacau dalam mengontrol emosiku yang meluap. Ya Tuhan, padahal aku ingin membuatnya jatuh cinta. Tapi aku mengacaukan semuanya.
Namun, detik selanjutnya adalah Nanami-san yang mendekat dan memelukku erat. Ia hangat, betul-betul hangat. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang berdegup teratur. Total menenangkan walau ia tak mengucapkan apa-apa.
Afeksi-afeksi seperti ini yang selalu aku rindukan darinya.
"Nanami-san—" panggilku pelan. Tangan kananku meremat kemeja di bagian pinggangnya. Betapa baiknya Nanami-san untuk menjawabku dengan dehuman lembutnya.
Mungkin aneh bagiku untuk mengungkapkan ini semua sekarang. Namun aku sudah tidak tahan lagi. Lidahku akan semakin kelu kalau kata-kata ini tidak keluar.
"Setiap pagi aku memikirkanmu yang minum kopi di stasiun, setiap siang aku memikirkanmu yang duduk di kursi mejamu, setiap malam aku memikirkanmu yang tidak memilih pulang padahal jam lembur sudah dimulai," bisikku di dalam pelukannya. "Aku memerhatikanmu setiap saat, Nanami-san."
Aku akan mengingat semua kehangatan ini. Lembut kain kemejanya serta suara debaran jantungnya. Pun dekapan eratnya pula.
"Pusing bagiku memikirkan ini setiap hari Nanami-san. Kau itu laki-laki yang hebat. Aku benar-benar jatuh cinta kepadamu."
TBC
a/n : Gyes, kalian di sini ada yang suka Sanji juga nggak? HEHEH HEHEH
KALO ENGGAK NGEFEEL SORRY YAH HIKS T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
Ways of Falling in Love [Nanami Kento]
FanfictionMemang tidak pernah salah aku memilih untuk bekerja di kantor ini! Habisnya, gentleman yang menyelamatkanku dari terjatuh saat berjalan itu juga bekerja di sini! Meskipun ia hadir sebagai bos divisiku--tapi-- Bagaimana cara membuat seorang pria sepe...