🌷25: Perempuan dan Perasaannya

15.5K 1.4K 55
                                    

“Hati perempuan itu mudah terluka, rapuh, dan juga lemah. Kalau saya memarahi kamu atau bahkan sampai membentak kamu, sama saja saya menorehkan luka di hati kamu. Orang tua kamu sudah bersusah payah banting tulang demi membahagiakan kamu, masa saya segampang itu menyakiti hati putri mereka?”
—Safaraz Althair Biantara

🌷🌷🌷

Aluna tampak menunggu Althair dengan perasaan khawatir juga kesal. Dia sudah bosan menunggu Althair yang tidak kunjung datang, katanya hanya ingin membeli minum, tapi sampai sekarang belum kembali juga.

Aluna menoleh pada Aruna dan Hawa yang sedang kejar-kejaran di sekitar taman. Dia mendekati kedua bocah itu. “Aruna, Hawa.”

Aruna dan Hawa langsung mendekat pada Aluna. “Kenapa Kakak cantik?”

“Kita cari Abang yuk, udah pergi dari tadi tapi belum balik-balik. Kakak khawatir,” ujar Aluna sedikit cemas.

Aruna dan Hawa langsung memegang tangan Aluna. Aruna di sebelah kanan dan Hawa di sebelah kiri. Dua bocah perempuan itu mendongak pada Aluna. “Ayo Kak, kita cali Abang!”

Aluna tersenyum tipis, menggandeng tangan Aruna dan Hawa lantas mereka pergi menuju kantin untuk mencari Althair. Sesampainya di sana, Aluna langsung menemukan Althair. Dalam radius tiga meter dari jarak Althair berdiri, Aluna melihat Althair tengah berbincang dengan seorang dokter perempuan membuat Aluna seketika dilanda cemburu.

Aluna melototkan mata melihat perempuan itu mencekal lengan Althair walaupun tidak secara langsung. Aluna merendahkan tubuhnya, merangkul Aruna dan Hawa lantas membisikkan sesuatu. “Kalian paham, kan?” tanya Aluna yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Aruna dah Hawa.

Aruna dan Hawa berjalan menuju Althair seraya bergandengan tangan. Aluna tertawa kecil melihatnya, sementara Althair masih terdiam mendengar ungkapan Liora. Dia tidak mengatakan apa pun, hanya diam menyimak.

“Aku suka kamu Althair, kenapa kamu diam aja?”

Baru aja Althair akan membalas, teriakan cempreng dari dua gadis kecil berhasil membuat Althair membalikkan badan.

“Abi!”

Althair menatap shock Aruna dan Hawa yang berada di kantin, terlebih lagi kenapa mereka memanggilnya dengan sebutan ‘Abi’. Namun, saat pandangan matanya tertuju pada seorang perempuan yang berdiri tidak jauh dari sana, Althair menarik sudut bibirnya untuk tersenyum.

“Abi!”

Althair berjongkok di depan Aruna dan Hawa, memegang bahu bocah itu. Baiklah, dia akan mengikuti permainan sang istri. “Ke sini sama siapa, hm?”

“Buna!” balas Aruna seraya tangannya menunjuk Aluna yang tengah melangkah ke arah mereka.

Liora dari tadi hanya memperhatikan, jadi pria yang disukainya sudah menikah? Memiliki istri, dan bahkan sudah dikaruniai dua orang anak? Seketika, hatinya merasakan sakit yang tidak bisa dijelaskan.

“Abi ngoblol sama siapa?” tanya Hawa.

“Cuma teman.”

Liora kembali merasa sakit di ulu hatinya. Dia hanya dianggap teman? Hah, masih untung Althair tidak menjawab ‘tidak tahu, hanya orang asing’ mungkin itu akan terdengar lebih menyakitkan.

“Jangan dekat-dekat pelempuan lain, nanti buna cembulu telus malah! Awa juga bakal malah! Iya, kan, Alu?” Hawa menoleh pada Aruna.

Aruna mengangguk. “Iya, Alu juga bakal malah!”

Althair terkekeh, mengecup singkat pipi Aruna dan Hawa merasa gemas.

“Sayang,” panggil Aluna sedikit keras. Sengaja ingin memanas-manasi perempuan itu.

ALTHALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang