Chapter 2

1 0 0
                                    

Pagi di hari kamis, jalan lintas ramai. Yemima dan saudara saudara nya siap pergi kesekolah. Eits tidak lupa untuk terlambat. Lapangan disekolah dasar itu penuh dengan anak anak kecil yang memiliki tinggi sekitar 130-155 cm dengan atasan batik dan bawahan kain berwarna merah. Terdengar suara dari speaker yang memenuhi sepetak sekolah itu. Yemima dan adiknya yang terlambat langsung meletakkan tas mereka disisi sisi lapangan dan langsung masuk barisan paling belakang mengambil posisi untuk bersenam.

Setelah siap senam anak anak dari dua sekolah itu masuk ke kelasnya masing masing yang berbentuk lorong persegi panjang dan disatukan oleh dewan guru yang berada di tengah atas sekolah itu. yap sekolah itu adalah 2 sekolah berbeda tapi dalam satu petak tanah yang sama. Seringkali anak sd itu saling berkelahi dan saling membanggakan sekolah nya masing masing. Letak perpus, kantin dan kamar mandi yang berbeda membuat pemikiran anak anak yang menuntut ilmu di dalamnya bahwa mereka berbeda dan selalu ada persaingan. Karakter dari kedua sekolah ini pun berbeda. Di sisi kanan guru guru nya dan kepala sekolahnya adalah beragama kristen dan bersuku batak yang seringkali terdengar bahwa guru guru itu garang dan ditakuti anak murid nya.
Disisi kiri tentunya berlawanan guru nya mayoritas islam dan berkelamin wanita. Walau pun berjilbab tapi suku nya tentu saja batak tak kalah killer nya guru di sisi kiri terkenal garang dan disiplin yang kuat kepada anak muridnya. Salah satu nya bu Delima, beliau sangat disiplin mengajar murid nya. Dia akan menayakan perkalian pembagian pengurangan hingga pertambahan dan akan memberikan hukuman jika anak muridnya tidak dapat menjawabnya. Contohnya Wulan anak kelas 5 yang disuruh maju kedepan untuk menjawab soal perkalian kebawah.

Wulan hanya berdiri sambil memegang kapur di tangannya. Untuk waktu yang sangat lama Wulan hanya menulis sembarang angka dan menghapus nya. Bu delima hilang kesabaran dan menanyakan 5 - 3 kepada Wulan. "delapan" ucap wulan dengan nada lembut. "Apa?!, lima di kurang 3 delapan!?!" tanya bu delima ulang. "iya bu". Bu Delima mendekati Wulan dan mendorong kepala anak itu sampai ke papan tulis. Anak lain dikelas itu terkejut semua oleh suara dan aksi yang ada di depan kelas. Air mata Wulan menetes turun ke pipinya. Bu Delima memarahi nya karena kesalahan anak kecil itu. Dan menyuruhnya untuk menghitung kembali pertanyaan nya yang belum dapat jawaban benar itu. Semua siswa takut dan menghitung pertanyaan yang diberi bu Delima. Tapi itu adalah pertanyaan mudah dan membuat anak yang menghitungnya dengan seksama merasa geli karena 5 dikurang 3 adalah 2 bukan 8. Bagi anak anak dikelas itu tangis Wulan adalah candaan bagi mereka karena dia menangis karena soal yang mudah.

tingg...ting..tingg..

Bunyi lonceng besi lonjong yang dipukul dengan besi tumpul lain menandakan jam pulang sekolah.
Dinda hafizoh teman sekelas Yemima mengeluarkan sepeda ungu nya untuk membawa nya pulang. Yemima melihat dan menghampirinya.
"Wah sepeda baru?", Sapa Yemima
"hehe" senyum Dinda manis. "Mau naik dong!" Ucap Yemima semangat tapi dia sendiri belum mahir memakai sepeda. "Boleh, pulang sama aku aja", ujar Dinda. "Ayo!!". Yemima naik dan duduk didepan sedangkan Dinda duduk di kursi penumpang. Yemima belum mahir dan belum pernah membonceng orang lain saat naik sepeda tapi dia bisa membawa Dinda dan menguasai sepeda tanpa terjatuh.

Mengayuh dengan lancar di jalan rata gang sekolahnya Yemima dan Dinda bercakap cakap sambil tertawa kecil dan setelah hampir sampai didepan gang, tangan yemima tidak mampu menopang setir sepeda dan kehilangan keseimbangan yang mengakibatkan yemima dan dinda masuk kedalam paret besar. Kedua anak sd itu tertawa dan malu. Mereka melanjutkan perjalanan sampai kerumah dengan keadaan kotor. Hari itu adalah hari yang tidak dapat dijelaskan bagaimana dan hanya dapat di simpan dalam kenangan yang akan mengingatkan tubuh secara otomatis untuk berhati hati dalam berkendara. Sepeda anak cewe warna ungu itu adalah kendaraan pertama yang membuat yemima jatuh dan mengalami pengalaman yang buruk sekaligus pengalaman yang mengesankan.

teng...teng....tenggg

Lonceng masuk kelas berbunyi.

Semua anak anak duduk di bangku mereka sambil menunggu wali kelas mereka datang dan mengajar sesuai jam mata pelajaran. Guru masuk dan memberitahukan bahwa akan ada tugas berkelompok dan semua murid di suruh agar membuat kelompok lalu menyusun meja dan kursi mereka berbentuk persegi melingkar.
Yemima berkelompok dengan arya si ranking 2 kelas itu, Alvin juga cepat cepat mengambil kursi nya agar duduk di samping arya sahabat nya itu. Mereka di minta untuk mengamati lingkungan sekolah dan membuat cerita pendek dengan animasi pemandangan sekolah. Mereka satu satu keluar dari kelas dan mulai mengelilingi sekolah mulai dari kantin sampai gerbang sekolah.

Mereka berjalan berkelompok kelompok dan mulai mengelilingi sekolah. Mereka mulai membahas tema apa yang akan mereka ambil untuk cerita pendek mereka sambil menyelingi nya dengan candaan candaan.

Waktu nya masuk ke kelas setelah selasai mengamati dan menyusun tema cerita mereka.

teng....teng..teng...

Yemima dan teman teman nya menuju kantin sekolah dasar yang kecil dan ramai di kelilingi anak anak yang berusia 6 - 12 tahun. kue sayur, nasi uduk, berbagai es dengan aneka rasa, tahu goreng, dan ciki ciki 500 perak sudah siap untuk di makan itu pun langsung diserbu anak anak sd tersebut. Banyak anak anak yang mengantri dan juga banyak anak yang tidak sabaran yang langsung menerobos ke dalam kantin.

part of ymetheuticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang