1. {Autopsi}

9 3 2
                                    

Autopsi berjalan lumayan lama, selama 2 jam. Dimulai pukul 09.30 pagi dan baru selesai pada pukul 11.30 siang. Sungguh perjuangan bagi tim. Malamnya, hasil autopsi itu pun keluar.

"Ppppp" ucap Rian yang baru kembali setelah mengambil laporan hasil autopsi. "Minimal salam, lah, An" sahut Roy. "Hehe, sori, Assalamualaikum" ucap Rian mengoreksi salamnya. "Waalaikumsalam" jawab Rey.

"Laporan hasilnya udah diambil, Rian?" Tanya Aini. "Udah, dong, kak" jawab Rian.

Ayu dan Rey seketika merebut laporan hasil autopsi itu. "Oy!" Protes Rian. "Gak habis pikir gw sama pasangan satu ini:)" komentar Diana. "Biarin lah," jawab Aini atas komentar Diana.

Keesokan harinya, mereka kembali ke TKP. Mula - mula, mereka tidak menemukan apapun disana, seperti pada saat penyelidikan pertama. Namun, saat mereka hampir menyerah untuk penyelidikan ke 2, tiba - tiba, Ayu menemukan sesuatu tepat dimana jenazah Ai ditemukan.

"Umh, kak Aini," kata Ayu meminta perhatian Aini.

"Iya, kenapa, Ayu?" Tanya Aini memberikan perhatian yang diminta Ayu.

"Apa bekas tetesan air di antara bekas tetesan darah Ai disini adalah karena keteledoran petugas? Atau memang udah ada sejak kejadian?" Tanya Ayu.

"Eh? Kayaknya emang disitu sejak kejadian, deh, soalnya aku kan ngawasin petugas petugas yang ditugasin buat penyelidikan ini," jawab Aini.

"Bentar, bentar, kok ini kayak nyambung sama intuisiku, ya?" Kali ini Roy yang buka suara.

Tiba - tiba, ada seorang pemuda dengan seragam petugas penyidik datang menghampiri mereka. Rupanya, dia adalah bawahan Aini. Namanya adalah Davindra Putra Yovianto, biasa dipanggil Vian atau Davin.

"Bu Aini,-" "Panggil aku kak jika tidak ada petugas lain dari kantor, Vian" baru saja Vian buka suara, Aini sudah memotongnya.

"Maaf, kak. Tapi kalian ngapain malem - malem ke sini?" Tanya Vian.

"Kak Vian, kak Aini, beks tetesan air ini, dihampiri semut...." Kata Ayu menginterupsi.

"Ayu, cepat foto saja itu dan kita balik ke kantor! Firasatku tak enak di sini," perintah Aini pada Ayu.

Setelah itu, mereka kembali ke kantor dan membicarakan semuanya. Namun sebelum ke kantor, mereka tentunya 'njajan' dulu di sekitar jalanan antara monumen Palagan dan kantor. Mereka memilih mie ayam yang kebetulan sedang sepi saat itu, jadi kalau mau membicarakan kasus itu sedikit selagi makan aman - aman saja.

Setelah makan, mereka kembali ke kantor dan membicarakan semua yang terjadi di TKP dalam penyelidikan mereka.

"Kak Aini, apa firasat kakak di TKP tadi?" Tanya Vian memulai pembicaraan mereka.

"Aku merasakan seperti ada yang mengawasi kita di sana. Bukan apa - apa, hanya saja jika kita terus disana, pasti ada hal buruk yang akan terjadi." Jawab Aini dengan panjang lebar.

Senyap sejenak. Hingga akhirnya Vian membuka suara. "Maaf, tapi kayaknya kita gak bisa lembur buat hari ini. Jadi hari ini sampai sini dulu." Kata Vian.

"Vian, jangan nginep di kantor lagi" sabda Aini yang seketika teringat sesuatu.

"Terus aku tidur dimana??? Apa besok aku harus bolak balik dari Salatiga kesini??? Kalo pulang kan aku harus bolak balik karena aku masih harus ngurus ibu ku disana" jawab Vian atas sabda Aini.

"Pilih di rumahku yang sepi atau di rumahnya Roy bareng Dian sama detektif swasta itu?" Tanya Aini memberi pilihan.

"Tergantung yang mana yang lebih deket sama kantor dan TKP," Jawab Vian.

"Kalo yang lebih deket sama kantor dan TKP rumahnya Roy." Jawab Aini.

Dan akhirnya Vian tinggal bersama para detektif swasta itu.

To Be Continued

Akhirnyaaaa dibalik es itu bisa dilanjutkan dengan otak ngelag Mamien. Habisnya si Palen kutanya ada ide buat lanjutannya didenger sama di read doang:[ keknya ngambek deh karena kutumbalin buat ini:[ yah keknya cukup segitu aja curhatan Mamien, thanks yang udah sudi baca, papay, lopyu all<3

Total kata : 677

Dibalik Es Itu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang