Nasi Goreng

388 30 3
                                    

Setelah berpikir panjang selama semalaman,  akhirnya Fika meminta izin pada Aditia untuk berkunjung ke rumah Ranaya. Walau bagaimanapun sudah selayaknya ia untuk menjalin silahturahmi ke adik madunya itu.

Aditia akan mengantar Fika untuk mengunjungi Ranaya. Mereka berangkat sangat pagi karena setelah ini Aditia harus berangkat ke kantor. Aditia juga sudah mengabari Ranaya bahwa akan datang bersama Fika.

Setibanya di rumah Ranaya, mereka langsung di ajak untuk sarapan pagi.
Bibi Ratih dengan sigap menata menu di atas meja makan.

"Silakan tuan, ini nyonya sendiri yang memasak" bibi ratih menjelaskan.

"Maaf, Bang Aditia tidak makan nasi goreng" Fika katakan saat melihat menu yang disiap adalah nasi goreng.

Karena setelah kepergian Sintia, Aditia marah pada Fika kalau membuat menu nasi goreng. Aditia tidak suka kalau Fika meniru apa yang ada pada Sintia.

"Fika!" suara Aditia meninggi seperti memberi kode agar Fika diam Saja.

"Kalau tidak suka, ada nasih putih di rice cooker biar saya ambil" Ranaya berkata.

"Ayo makan, tidak perlu repot Ranaya. Terimakasih sudah susah payah untuk membuat sarapan ini. Ranaya masih kurang sehat kenapa tidak meminta bik Ratih saja yang masak" Aditia mengucapkan kata untuk menjaga perasaan Ranaya yang sudah berusaha membuat sarapan meski kondisinya yang terbatas.

"Kak Fika datang bersama abang, bagaimana mungkin saya tidak menyiapkan sendiri meski sekedarnya. Maaf ya kalau kurang enak dan menunya tidak sesuai harapan" Ranaya merasa ragu takut makanannya tidak enak.

"Ini sekali Ranaya" Fika langsung menyela setela menyuapkan nasi goreng dari piringnya.

"Oh ya, terimakasih kak Fika. Ini ada ayam suir, itu ada daging dadu, telor ceplok semua dicicip ya kak. Saya tidak tahu kesukaan kak Fika dan Bang Aditia, jadi saya siapkan saja semua." Antusisa Ranaya saat melihat Fika menyukai nasi goreng buatannya.

Raditia, sarapan dalam diam melihat kedua istrinya sibuk menjelas ini itu tentang menu yang terhidang di meja. Setelah sarapan selesai Aditia berangkat kelantor karena jam sudah menunjukkan pukul 06.55.

Aditia menyalami kedua istrinya dan mencium kening istrinya secara bergantian. Aditia berusaha seadilnya memperlakukan mereka dengan sikap yang sama.

Hingga detik ini Aditia sendiri masih bingung bagaimana selanjutnya ia bersikap pada Ranaya. Tentu saja ia tahu Ranaya juga terpaksa menikah dengannya karena kondisinya.

Aditia mulai mencari informasi tentang dokter yang bisa menangani kelumpuhan akibat kecelakaan. Setidaknya setelah Ranaya sembuh, Ranaya bebas menentukan jalan hidupnya.

Seorang Aditia tidak boleh egois, tidak bisa memaksakan untuk memiliki banyak wanita. Karena hal itu akan menyakiti satu sama lain sama halnya dengan Sintia yang harus jadi korban ambisinya.

Tidak berbohong pada dirinya, Aditia mulai nyaman dengan kehadiran Ranaya, timbul rasa dihatinya untuk menjaga dan melindungi. Namun hal ini tentu tidak bisa dibiarkan, rasa ini harus segera dibunuh agar tidak menjalar dan menutup keberadaan Fika yang satu menjadi istrinya sahnya juga.

Meski hubungannya dengan Fika tidak dalam taraf yang baik setelah kejadian kehilangan Sintia, Fika juga tetap istrinya meski tempat di hati Aditia hanya sedikit untuk Fika.

Aditia selalu berpikir, semua salah Fika. Fika seakan menipu dirinya tentang kehamilannya. Fika juga memupus harapannya untuk memiliki keturunan. Fika juga memonopoli dirinya sampai mengabaikan Sintia.

***
Fika sengaja tidak langsung pulang dari Rumah Ranaya, ia mengobrol bersama adik madunya itu.

"Maaf kejadian di meja makan tadi" Fika membuka obrolan

"Maaf untuk apa" tanya Ranaya

"Ya tadi, saya bilang bang Aditia tidak suka nasi goreng padahal dia suka" jelas Fika

" Tidak masalah, kak Fika pasti punya alasan". Ranaya mengucapkan kata penuh pengertian.

"Ya, semenjak kepergian Sintia. Bang Aditia tidak mau saya masakan nasi goreng. Karena itu menu kesukaan Sintia, istri kesayangannya." Fika terlihat kecewa mengucapkan kata itu.

"Ya, tidak masalah. Itu juga masa lalu semoga kita bisa menerima keadaan ini. Saya sangat merasa bersalah sama kak Fika, rumah tangga kak Fika semakin pelik dengan hadirnya saya dalam hidup kalian." Ranaya terus merasa bersalah.

"Tidak ada yang perlu dipersalahkan, saya pernah diposisimu. Dulu saya hanya berusaha membantu Aditia untuk melupakan Sintia saya pikir dia serius akan hal itu. Tapi nyatanya hatinya telah sepenuhnya diisi oleh Sintia bahkan hingga detik ini" Fika mencoba menegarkan diri karena hatinya mulai mencelos mengingat posisinya yang selalu dipersalahkan oleh Aditia dan semua orang yang mengetahui hubungan mereka.

"Kak Fika,!" Ranaya bingung ingin berkata apa, melihat kondisi Fika dan Bang Aditia lalu hadirnya dirinya sedang Fika saja punya sedikit posisi dihati Bang Aditia lalu bagaimana dia yang tiba- tiba muncul.

"Ya Ranaya, saya ini istrinya tapi punya kesalahan terbesar yang belum  bisa termaafkan. Kepergian Sintia menjadi kesalahan saya terlebih sintia saat itu sedang mengandung. Tentu saja itu impian Bang Aditia, lalu pupus begitu saja ketika saya yang hampir di tabrak oleh mobil tapi Sintia dengan sigap mendorong tubuhku hingga tubuhnya Sendiri yang tertabrak" Fika mulai menyeka airmatanya, yang mulai mengalir mengingat kejadian kecelakaan yang menewaskan Sintia.

"Kak Fika, yang tabah ya" Ranaya mendekati Fika hingga duduk mereka sejajar lalu mengelus punggung Fika.

"Ya Ranaya, dari itu aku takut akan karma datang." Fika meras nelangsa.

***

Siang hari Fika pamit untuk pulang. Memasuki rumah dengan langkah gontai, menuju kamar lalu beristirahat  di kamarnya. Merebahkan diri di kasur, menatap lekat ke arah langit- langit kamar yang bercat biru.

Fika mencoba menenggelamkan jiwanya dalam rasa mengalah, bersabar, dan tabah. Jelas sekali bahwa hari ini Aditia bersikap telah berbeda.

Mungkinkah karma akan segera datang, kehadiran Ranaya akan benar- benar mengubah posisinya. Dulu Aditia berambisi untuk memiliki anak darinya, dan Fika berambisi untuk memiliki Aditia seorang diri.

Semua berubah, tidak pernah lagi terdengar keinginan Aditia untuk memiliki anak. Ambisinya selsesai setelah kisahnya dengan Sintia usai, tapi cintanya masih membuai. Sedang Fika sukses hanya menjadi lakon antagonis yang melengkapi kisah mereka.

Aditia bahkan bersikap jauh berbeda, sering meledak- ledak marah, memojokkan setiap masalah seakan Fika yang menjadi awal kesalahan. Bahkan saat ini sangat terlihat hanya Fika yang harus mengikuti aturan dari Aditia tapi tidak dengan Ranaya.

Lama Fika melayang dalam pikirannya, mungkinkah semua berubah menjadi lebih baik bila hadirnya anak diantara mereka.

Muncul semangat dalam pikirannya untuk kembali melakukan program kehamilan. Fika berharap semua akan ada kabar baik dalam rumah tangganya.

Fika bangun dari kasur, mengambil kalender yang berada di atas nakas,  lalu mengecek kalender untuk mengetahui kapan masa suburnya.

Fika memberi lingkaran pada tanggal yang menurut perhitungannya merupakan masa subur.

#Terimakasih banget reader yang masih setia menunggu update cerita saya yang sungguh tidak konsisten. Berharap juga bisa merampungkan cerita ini di tahun ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta,Wanita Tak SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang