Happy reading 🖤
Hari ini pertengkaran kembali terjadi. Tidak ada sapaan hangat di pagi hari. Apalagi hal-hal romantis. Nanda yang lelah selalu mengalah terus ditekan oleh paksaan Lian dan keras kepalanya Jordan.
“Nan, marahan lagi sama abang-abang Lo?” tebak Kay tepat sasaran. Pasalnya ia perhatikan dari tadi Nanda terus melamun. Berangkat sekolah sendiri. Biasanya Lian atau Jordan mengantar Nanda sampai depan kelas. Hasil pengamatan Kay beberapa hari belakangan.
“Kapan aku sama mereka nggak marahan? Sehari akur besoknya musuhan.” Nanda melipat tangannya di atas meja. Menumpukan dagunya sembari memejamkan mata.
“Lo udah nyiapin hadiah?” tiba-tiba Kay mengubah topik obrolan.
Tidak mengerti maksud pertanyaan Kay, Nanda memutar tubuh ke belakang menatap Kay dengan dahi berkerut. “Hadiah apa?” tanya Nanda tidak mengerti.
Mendapat pertanyaan balik dari Nanda sontak Kay menepuk dahinya pelan. Sudah ia duga pasti temannya itu tidak tahu hari ini hari apa. “Abang tiri Lo ‘kan ultah.” Jelas Kay gemas.
Bukannya paham, Nanda justru semakin tidak mengerti. “Kak Lian sama kak Jordan?”
“Iyalah emang Abang Lo yang mana lagi selain mereka?” Kay sudah tidak bisa lagi menahan diri. Matanya melotot seolah akan keluar.
“Nggak ada.” Jawab Nanda mengerjap polos. “Hari ini?”
“Tahun depan! Ya hari ini dong Nanda sayang!” gemas Kay mencubit pelan pipi temannya.
“Terus gimana dong? Aku harus ngasih hadiah apa ke mereka?” Nanda jadi bingung sendiri. Walaupun sudah menjadi saudara tapi dirinya tidak tahu apa pun tentang Lian dan Jordan. Apa yang mereka sukai, yang mereka nggak suka, atau barang yang mereka butuh kan.
“Gue nggak tau, coba Lo inget-inget mereka suka apa atau pengen sesuatu gitu?” Kay mencoba membantu Nanda.
Sebuah jawaban muncul di otak mungil Kay. Ia tersenyum misterius pada Nanda. “Gue kayaknya tau hadiah buat kakak Lo.”
Nanda menjadi tidak sabaran mendengar saran Kay. “Apa?”
“Satu-satunya hadiah yang paling pas ya diri Lo, Lian sama Jordan suka Lo, pengen banget dapetin Lo sampe berubah kayak orang gila.” Alis Kay bergerak naik turun menggoda Nanda.
“Ngaco, nggak mungkin aku ngasih hadiah diri aku sendiri.” Sebal! Nanda memilih mengabaikan Kay. Mending ia pikirkan sendiri daripada meminta saran temannya yang tidak berguna sama sekali. Bukannya menjadi solusi malah dirinya yang dieksekusi.
🖤🖤🖤
Kantin cukup riuh hari ini. Atau memang setiap hari. Kali ini Nanda memutuskan pergi ke kantin setelah kalah berdebat dari keempat temannya. Ia kurang suka keramaian, Nanda lebih memilih membawa bekal atau camilan dari rumah saja. Tidak mengantre, melelahkan, ataupun harus menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISON [END]
Fiksi Remaja[END] Terjebak seperti dalam penjara? Begitu dingin dan juga mengekang. Posesif dan juga menggairahkan. Romantis dan juga cemburu. Sakit tapi candu. Nanda dengan kedua kakak tirinya. Sanggupkah Nanda menahan rasa sakit yang 'mereka' berikan? Nanda h...