Dia Elang Alastair
♥︎
⇄ ◁◁ 𝚰𝚰 ▷▷ ↻
⁰⁰'²⁵ ━━●━━───── ⁰²'⁰⁸
Elang Alastair. Nama yang mungkin terdengar aneh, seperti menyebut burung yang terbang tinggi di angkasa. Namun, nama itu sangat tepat untuk menggambarkan sosoknya. Dengan wajah yang tampan dan terukir sempurna-rahang yang tajam, hidung mancung, dan senyum yang hanya muncul ketika ia merasa perlu. Elang adalah gambaran dari segala hal yang diimpikan banyak orang. Rambut hitamnya jatuh acak, tetapi justru menambah pesona misterius yang dimilikinya.Keluarga kaya membuatnya tidak hanya disegani, tetapi juga dianggap istimewa. Elang adalah murid terpintar di sekolah swasta terbaik di kota, namun popularitasnya tidak hanya berasal dari kecerdasannya tapi juga kekayaan milik orang tuanya. Ia adalah biang kerok di sekolah, terlibat dalam berbagai masalah, sering kali ketahuan merokok di toilet, tidak peduli dengan aturan yang ada.
Ayahnya, donatur terbesar sekolah, membuatnya merasa kebal terhadap konsekuensi. "Donatur boleh ngatur," begitu kata pepatah yang selalu terdengar di telinganya, dan Elang menjalani hidupnya dengan cara itu.
Tidak ada yang berani menantang Elang. Sikap dinginnya yang cuek menambah daya tariknya, sementara ketajaman tatapan matanya, yang seolah dapat menembus jiwa, membuat siapapun merasa tidak nyaman.
Gadis-gadis di sekolahnya menggila melihat Elang. Mereka terpesona oleh pesonanya yang luar biasa, bersaing untuk mendapatkan perhatian yang tak pernah ia berikan. Surat-surat cinta rahasia bertebaran, penuh harapan yang tak terbalas, sering kali berakhir terbuang di tong sampah. Makanan bekal yang disiapkan dengan penuh kasih, juga sering kali terabaikan, tanpa Elang pernah menyentuhnya. Namun, entah mengapa, harapan mereka tak pernah padam. Setiap kali, mereka akan mencoba lagi, seolah menanti momen ketika Elang akan tersenyum untuk mereka.
Elang adalah sosok yang sulit dijangkau, sebuah teka-teki yang terus mengundang rasa penasaran. Di balik penampilannya yang sempurna, tersimpan sebuah dunia yang dingin dan sunyi. Ia menginginkan kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri tanpa terikat pada harapan orang lain, tetapi di saat yang sama, ia menjadi pusat dari segalanya-kecemburuan, kekaguman, dan rasa ingin tahu yang mendalam.
Dalam pandangan banyak orang, Elang bukan hanya sekadar nama; ia adalah lambang dari segala sesuatu yang diimpikan dan ditakuti, sebuah representasi dari cinta yang mungkin takkan pernah terwujud.
Di sebuah sudut belakang sekolah, Elang berdiri dengan teman-temannya, bersandar di dinding sambil mengeluarkan rokok.
"Nyebat ga?" tanyanya santai.
"Ga ada duit," sahut salah satu temannya lesu.
Elang menyeringai, "Dari gue."
"Gas," kata mereka serempak, mengambil tawaran Elang tanpa ragu. Tapi momen santai itu terganggu ketika mereka mendengar suara benda jatuh di dekat gerbang belakang sekolah. Kepala mereka menoleh serempak.
"Apaan tuh?" Elang mengerutkan dahi, penasaran.
Di depan matanya, seorang gadis dengan seragam olahraga yang aneh-jelas bukan seragam sekolah mereka-sedang berusaha memanjat gerbang. Saat dia turun, gadis itu tampak terengah-engah. Sebelum Elang sempat bertanya, gadis itu mendekat dan tiba-tiba menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Ssst! Jangan ngomong! Gue bisa ketahuan!" bisiknya cemas, kakinya berjinjit karena perbedaan tinggi mereka.
Elang menatap gadis itu dengan pandangan bingung sekaligus terhibur. "Eh, lo siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dumbass Love
Teen FictionCinta itu bodoh! Kamu hanya terjerat halusinasi yang aneh dan tidak berguna