Follow dulu sebelum membaca, kalo udah klik bintang nya dong ♡
⚠⚧️️⚠️
Halley membuka matanya. Baru satu hari sejak ia menginjakkan kakinya di rumah besar milik keluarga Ray. Meski tak ada Ray di sampingnya, ia akan berusaha untuk tetap bersikap rasional. Ray juga sudah menitipkan barang yang paling penting kepadanya. Kunci. Meski Halley tak tau itu kunci apa dan untuk membuka pintu yang mana, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menyimpan dan menjaganya dengan aman. Kalau sampai hilang, mungkin kepalanya juga akan ikut hilang.
Halley beranjak dari kasur dan berjalan gontai menuju ke kamar mandi. Jaraknya sangat jauh dan Halley merasa lelah hanya untuk ke kamar mandi saja. Ia merasa iri karena kamar yang lain memiliki toilet sendiri di dalamnya, tidak dengan kamar yang ditinggali oleh dirinya dan juga Albert.
"Hei!" sapa Albert yang juga sepertinya ingin ke kamar mandi.
Halley hanya mengangguk. Ia masih fokus jalan ke depan sembari sesekali melirik ke sekitarnya. Halley mengamati seluk beluk rumah ini dan sedikit tersungging senyuman yang aneh di bibirnya.
"Halley. Kau kenapa?" tanya Albert bingung, dan juga sedikit takut. Raut wajah Halley tak seperti biasanya.
"Tidak. Aku hanya sedang meng-observasi rumah ini." Gaya bicaranya pun berubah. Sedikit lebih tegas dan mendominan. Biasanya Halley pasti berperangai lembut dan ceroboh dan kalau di depan Ray pasti akan sangat manja. Wajah polosnya selalu jadi mood booster bagi semua orang. Tapi, apa-apaan sekarang? Kenapa Halley terlihat sangat berbeda? Aneh.
"Observasi?" kernyit Albert.
"Kau tak perlu tau." Halley tersenyum sembari memegang pundak Albert. Membuat Albert merasa terintimidasi dan menciut. Ia seperti berhadapan dengan tembok besar yang kokoh.
"Halley. Kau menakutkan!"
****
Bryan dan Lawrence berjalan menuju ke ruang makan. Mereka kini menjadi sangat akrab bahkan dengan orang-orang dari kamar lain. Yap! Kamar di sini sangat banyak dan semuanya terisi dengan orang-orang yang kedepannya akan menjadi senjata paling mematikan dalam hal membunuh. Mereka adalah makhluk uji coba yang sedang diasuh dan dikembangkan oleh seseorang yang katanya 'atasan' si Lawrence.
Bryan yang sudah hampir terbiasa tinggal di sini dan ikut pelatihan yang mereka lakukan, kini serasa seperti menjadi atasan. Semuanya takluk pada Bryan dan juga Lawrence. Aura mengintimidasi menguar dari mereka.
"Kau sudah seperti preman saja," ejek Lawrence sembari menyundul lengan Bryan.
Bryan hanya terkekeh kemudian mulai melahap makanannya. "Aku... sedikit rindu dengan saudaraku."
"Si Ray? Memangnya kalian sedekat apa sih? Bikin aku cemburu saja." Lawrence sedikit merapatkan tubuhnya pada Bryan.
"Sangat dekat. Bahkan lebih dekat daripada biji pistolmu!" Bryan terkekeh.
Lawrence mendengus dan kembali memberi jarak pada Bryan. Ia memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya sembari menyeruput air putih di gelas yang ukurannya sangat kecil. "Sebentar lagi, kau akan bertemu dengan saudaramu itu. Camkan ucapanku!" Lawrence bangkit dan berjalan pergi.
"Kau mau kemana?" tanya Bryan sedikit berteriak.
"Kembali latihan. Aku sudah kenyang! Kau lanjutkan saja makannya bersama para pengikut gilamu itu." Lawrence sepertinya ngambek.
"Dasar gila! Kau baru makan sesuap." Gumam Bryan dan melirik ke arah orang-orang yang menghormati Bryan. Tiba-tiba Bryan merasa tertekan. "Ah, Sialan! Kenapa pula kalian begini padaku? Aku tak seberpengaruh itu. Tak perlu menjilatku. Dasar kalian para penjilat!" Bryan mengusap wajahnya kasar.

KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHOPATH || BL18+⚠
Mystery / Thriller[SELAMAT DATANG DI DUNIA RAY] Berawal dari kebosanan hidup yang terus bersiklus. Ray Regan, seorang pembunuh yang masih amatiran namun sudah berhasil mencetak rekor sebagai pembunuh paling banyak hanya dalam tiga tahun saja. Setiap ada waktu, dia me...