Extra part A&B | kita belum usai 02

1.6K 109 9
                                    

Bagas mengembuskan napasnya dengan berat. Cowok itu memejamkan matanya sejenak. Tangannya yang bergetar hebat menyentuh nisan gadis kesayangannya. Cowok yang mengenakan kemeja hitam dengan tiga kancing bagian atas yang dibiarkan terbuka, menundukkan kepalanya begitu dalam. Bagas hancur semenjak gadis kesayangannya pergi.

Bahkan, cowok itu tidak mampu berkata apapun di depan tempat peristirahatan terakhir Lia. Bagas menatap kosong gundukan tanah dengan matanya yang terus mengalirkan cairan bening.

"Maaf." Bibirnya bergetar hebat. "Maaf kalau gue enggak menjadi malaikat pelindung lo. Maaf kalau gue udah jadi cowok yang berengsek sama lo." Bagas menghirup napasnya dalam-dalam. Sekadar menghilangkan rasa sesak di dadanya. Jantung miliknya berpacu dengan cepat kala bayang-bayang wajah Lia hadir lagi di pikirannya. Tangan kekarnya bergerak memegang kepalanya yang terasa nyeri. "Argh! Maafin gue karena udah gak percaya sama omongan lo yang pernah bilang kalau lo itu tunangan gue. Maafin gue karena pernah nyuruh lo pergi dari kehidupan gue!" Bagas berteriak sampai cowok itu tersedak. "Maaf," ucap cowok itu sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.

Seorang cowok jangkung berambut ikal menginjakkan kakinya di pemakaman umum---tempat peristirahatan Lia yang terakhir. Cowok itu menuntun tangan anak kecil berusia lima tahun. Anak itu sudah tidak sabar ingin menabur bunga ke makam Lia.

"Kak Raja!"

"Kenapa?" Alisnya saling bertaut.

Alvaro menarik tangan Raja. Kaki kecilnya melangkah memasuki setiap blok pemakaman. Mata bocah laki-laki itu membulat kala tiba di depan makam Lia. Di sana sudah ada cowok yang jatuh pingsan dengan tangan yang menyentuh gundukan tanah makam Lia. Bahkan, mata cowok itu sangat basah.

"Kak Raja! Ini Kak Bagas kenapa?" tanya Alvaro.

Saat hendak menjawab pertanyaan adiknya. Tiba-tiba handphone milik Bagas berbunyi. Kebetulan ponsel itu ditaruh di saku celananya. Dengan sangat hati-hati, Raja mengambil handphone Bagas. Rupanya ada panggilan masuk dari bundanya Bagas. Beruntung banget Raja bisa menebak password handphone Bagas.

"Bagas, kamu di mana?"

"Selamat siang tante, ini Raja--" Belum juga selesai berbicara tiba-tiba Kinan memotongnya.

"Raja? Tumben banget kamu sama Bagas."

"Sebenarnya ini cuma kebetulan, tante. Raja gak sengaja bertemu dengan Bagas di TPU, tapi dalam keadaan Bagas pingsan di depan makam Lia."

***
Samuel yang duduk di karpet dengan bersandar di dada bidang milik kakak angkatnya menoleh kala terdengar suara derap langkah seseorang yang menuruni tangga. Samuel berdiri dari duduknya, anak laki-laki itu berlari menghampiri bundanya yang baru saja selesai menuruni anak tangga. Dua tangan kecilnya dia rentangkan sehingga menghentikan langkah bundanya.

"Bunda mau ke mana?"

Kinan mengusap rambut Samuel. "Bunda ada urusan kerjaan sebentar. Kamu di sini sama Bang Raka, ya?" Kinan melirik Raka yang tengah menonton televisi.

"Bunda tenang aja. Pokoknya Samuel pasti aman kalau sama Raka," timpalnya dengan diakhiri senyuman.

Kinan tersenyum mendengarnya. Wanita itu kembali melanjutkan langkahnya. Kinan takut terjadi apa-apa dengan Bagas. Raka tahu kalau sebenarnya bunda angkatnya itu tidak ada kepentingan pekerjaan.

"Samuel mau ikut Bang Raka, gak?" tanya Raka yang masih duduk di depan televisi.

Samuel menggeleng. "Samuel kangen sama kakak cantik sama panutan Samuel." Samuel menghampiri Raka. Anak kecil itu duduk bersila di depan Raka. "Abang," panggil Samuel. Anak kecil itu mendongak. Mata miliknya menatap mata milik Raka. "Kakak cantik sama bang Zidan kangen sama Samuel, gak, ya?"

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang