"Kamu tuh cari pekerjaan lain Mas. Kamu gak lihat beras udah habis? Gak cukup dengan Nala yang berhenti kuliah, kamu juga mau buat kita mati kelaparan hah?!"
"CUKUP! AKU PULANG MAU ISTIRAHAT, BUKAN DENGERIN OCEHAN KAMU!"
"Istirahat apaan? Kamu kerja aja nggak. Setelah diphk kamu cuman main sana-sini sama tetangga pengangguran lainnya"
Nisha menghela napas lelah. Lagi, dirinya harus mendengarkan Ayah dan Ibunya yang terus bertengkar selama kurang lebih sebulan ini sejak Ayahnya diphk dan tak mencari pekerjaan lain. Topik yang sama untuk bahan bertengkaran. Masalah ekonomi, dan itu membuat Nisha muak mendengarnya.
Namun Nisha juga tak bisa melakukan apapun selain diam. Bahkan keterdiamannya pun tak dipedulikan oleh orang tuanya. Mereka bahkan sering tak memberikan uang saku padanya, tapi beruntungnya Nisha memiliki sahabat kelewat baik yang selalu membelikannya makanan meski ia merasa sedikit malu untuk menerima bantuannya.
"Berantem lagi Dek?"
Nisha menoleh manatap wanita yang entah sejak kapan sudah berada di kamarnya. Wanita itu menaruh tasnya lalu menghela napas panjang sebelum mendudukkan dirinya di samping Nisha.
"Mbak udah pulang kerja?" tanya Nisha pada Nala yang memang memilih bekerja sebagai karyawan di minimarket sekitar tempat tinggal mereka setelah dirinya memutuskan berhenti kuliah agar tidak membebani orang tua.
Nala berpikir jika dirinya tak boleh egois dengan menuntut orang tua agar membiayai hidupnya yang mengekos dan juga uang kuliahnya. Nala sempat bekerja sambil kuliah, tapi yang ia dapatkan justru sakit dan nilainya hancur. Dia tak bisa membagi pikirannya untuk pekerjaan dan kuliah yang memang terasa berat baginya, jadi ia memutuskan berhenti kuliah dan memilih bekerja untuk sedikit membantu keluarga. Mana mungkin dirinya tetap egois kuliah disaat keluarganya saja kesulitan untuk makan.
"Keluar yuk, beli soto di warung depan. Belum makan'kan? Nanti beli dibungkus aja sekalian beli lontong terus makan di rumah bareng Mama," ajak Nala menatap Adiknya.
Nisha mengangguk pelan lalu berdiri dan merapihkan tatanan rambutnya. "Mbak ada uang?" tanya Nisha menatap Nala yang tersenyum tipis.
"Ada, udah ayok gak usah mikirin uangnya. Mbak yang bayarin nanti," kata Nala meraih pergelangan tangan Nisha dan mengajaknya keluar.
Di luar, mereka bisa melihat Ibu mereka tengah menangis. Sedangkan Ayah mereka sudah dipastikan kembali keluar rumah dan main ke tempat tetangga yang juga pengangguran.
"Ma aku beli soto dulu ya"
Ibunya yang baru menyadari keberadaan anak-anaknya langsung menghapus air matanya lalu menatap kedua putrinya dengan senyuman tipis.
"Iya, bentar Mama ambil uang"
"Nggak usah," larang Nala saat Ibunya sudah berdiri dan bersiap mengambil dompet.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAYUNG PENGGANTI [HIATUS]
Ficção Adolescente"Aku masih membutuhkanmu sebagai payungku agar aku tak kehujanan. Jika payung itu rusak, maka aku akan kembali basah" Finn tersenyum tipis lalu mengangguk pelan sebelum berucap. "Maka carilah payung pengganti," katanya digelengi tak setuju oleh Thif...