THE FIRST'S POV
Hari ini aku akan belajar mata pelajaran Matematika Peminatan di taman belakang sekolah. Aku duduk di bangku taman yang dekat dengan pohon sambil memandang buku catatan dan latihanku. Dua buku itu sama sekali belum ku buka sedari tadi. Niatku untuk membaca dan mempelajarinya serasa hilang begitu saja. Untungnya, siswa-siswi tidak begitu banyak di area ini, aku bebas untuk mencerna pikiranku yang menumpuk sekarang.
Ku pandangi dedaunan yang rontok dari tangkai pohon dan jatuh ke tanah. Daun nya berwarna kuning. Aku menghela nafas sambil memejamkan mata. Sejak dua hari lalu, aku serasa tak tenang. Kata-kata Kiki seakan mengundang amarahku?
Ku pikir dia hanya punya rasa suka pada Amu, tapi pertemuanku dengan Frei pagi ini membuatku berpikir dua kali. Kata-kata Kiki kemarin sedikit... ambigu. Aku tak pernah dengar Kiki bersikap itu sebelumnya— ya sebelum kenal Amu dan kejadian itu. Didukung dengan bukti-bukti yang barusan ku dapat, seharusnya aku lebih serius lagi mengawasi Kiki. Ini masalah serius.
Aku tak mau curiga kepada adik tengahku itu sih, tapi rasa-rasa ini menyebalkan karena sikapnya yang merujuk kearah sana. Aku harus selidiki lebih dal—
"Oi."
Hah?
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Tak ada siapa-siapa tuh. Aku mengendikkan bahu. Sepersekian detik tiba-tiba ada yang melempar buah mangga kecil terkena kepala bagian sampingku.
"Siap— ah kamu."
Aku melihat Sho yang duduk diatas pohon sambil menggelantungkan kaki kirinya dan kaki kanannya di tekuk. Seperti biasa, pakaiannya tertutup.
"Ngapain disitu?" tanyaku, kembali menghadap kedepan.
"Pengen aja. Lo sendiri?"
"Lo-la-lo, ck kebiasaan."
Tiba-tiba ada suara jatuh dan Sho duduk disampingku. Dengan cepat Buku Matematikaku berada ditangan Sho, dia membuka lembaran catatanku. Aku baru saja ingin merebut kembali buku ku, tapi dia lebih gesit.
"Sho, balikin."
Sho masih diam memandang dan membaca materi kelas dua belas. Aku yakin dia sudah memahaminya karena sering belajar. Tapi dia tak fokus pada materi-materi yang baru saja di buka, lantas dia mencari materi apa?
Sho masih membuka-buka halaman buku itu dengan wajah datar. Aku tahu apa yang dilakukannya. Langsung ku ambil balik buku itu dari tangannya.
"Nggak sopan."
"Sama, Toro juga sering ke pikiran."
"Hah?"
Aku menoleh kesamping, melihat Sho yang memejamkan matanya dan menyender dikedua tangannya layaknya karakter anime jepang. Aku memerhatikannya sambil menunggu ia melanjutkan kata-katanya. Karena kelamaan aku bertanya.
"Maksudnya?"
"Adik lo tuh suka bikin Amu nggak nyaman." jawabnya singkat. Tak lama matanya terbuka dan menghadapku.
"Ngelihat catetan lo, gua jadi nggak mau ninggalin si cimit sendirian." ujar Sho. Aku makin diam. Pikiranku terus memutar, mengingat kejadian dulu yang pernah dialami Amu dua tahun lalu. Bagaimana aku bisa melihat Amu yang—
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECT [WEE!!! X READER]
FanfictionPeranku dipertaruhkan bagaimana aku bisa selalu menjaga kedamaian mereka. originally by © Amoeba Uwu © writerarl