Bab 7

162 37 16
                                    

Barsel merasa frustasi atas pernikahannya yang baru seumur jagung. Ia tak tahan lagi dengan perlakuan Clara yang terus-menerus mengabaikan dirinya.

Sebagai seorang pria, Barsel memiliki sesuatu yang harus ia salurkan tetapi Clara sampai detik ini, lebih tepatnya sampai pernikahan mereka menginjak usia satu bulan tepat hari ini, dia belum mau melayaninya sebagai seorang suami.

"Apa kamu mencariku?"

Barsel masih terdiam, ia masih mencerna apa yang ia lakukan di tempat ini, berdiri tepat di depan rumah Sena. Wanita yang mengaku tengah mengandung anaknya.

Awalnya Barsel tak peduli tapi sekitar dua Minggu lalu, ia mulai memikirkan tentang Sena dan berusaha mencari tahu tentang Sena. Dewi Fortuna seakan tengah berpihak padanya. Ia mendapatkan informasi lengkap tentang Sena dari tempat hiburan malam yang sering ia kunjungi.

"Masuklah!"

Sena jujur saja merasa terkejut mendapati Barsel berada di depan rumahnya tapi keterkejutan itu berubah menjadi rasa senang. Ia yakin, Barsel mulai memikirkan tentang dirinya dan itu pertanda ia berhasil menyelesaikan tugas yang Bara berikan untuknya.

Bayangan upah puluhan juta dolar seakan sudah menari-nari di otaknya. Sena tak sabar menantikan momen itu tiba. Jadi ia harus bekerja semaksimal mungkin supaya tidak ada celah untuk gagal.

Barsel melangkah melewati Sena begitu saja. Ia sudah tak tau harus apa dan mengapa ia berada di sini. Ia juga tak mau memikirkan sejenak tentang Clara yang membuat egonya sebagai seorang pria terluka.

"Kamu sepertinya butuh sesuatu yang bisa membuat otot-ototmu rileks."

Niat hati Sena ingin menggoda Barsel namun kenyataannya ia justru dikejutkan oleh Barsel. Pria itu menangkup wajahnya dan mencium dirinya secara kasar tanpa aba-aba.

Sena tak hanya diam, ia tak mau kehilangan momen seperti ini. Ia membalas ciuman Barsel tak kalah kasarnya. Menyulut kobaran api, membara, dan menyesatkan bagi mereka.

Sena luar biasa. Kata-kata itu muncul begitu saja di benak Barse saat ciuman mereka terlepas.

"Sekarang juga!" batin Barsel, menyerukan kebutuhannya yang harus cepat-cepat dipenuhi.

Barsel ingin menikmati kulit Sena yang mulus menempel di kulitnya. Ia juga ingin menyentuh seluruh keindahan milik Sena.

Barsel menarik rok mini yang dikenakan oleh Sena. Ia tak mau banyak berpikir, kenapa Sena masih mengenakan rok mini, sempit seperti itu. Padahal jika perhitungannya benar, saat ini Sena tengah hamil sekitar tiga atau empat bulan.

"Sabarlah, Sayang."

Sena mengangkat kakinya dan melingkarkan ke sekeliling pinggang Barsel.

"Persetan dengan semuanya!"

Barsel sangat menginginkan semua ini terjadi. Ia sudah lama tidak melakukannya dengan siapapun, lebih tepatnya sejak ia berniat untuk menikah dengan Clara. Ia ingin setia pada satu wanita tetapi Clara telah melukainya.

Tak ingin membuang-buang waktu lagi, Barsel membopong tubuh langsing Sena menuju sofa ruang tamu milik wanita itu.

"Please," kata Sena, suaranya pun terdengar parau. Meski ia tahu ini adalah salah satu siasat untuk menjerat Barsel lebih dalam lagi. Namun, ia tidak bisa memungkiri bahwa ia juga menginginkannya. Menginginkan kegiatan gila ini.

Tangan Sena bergerak menuju dada bidang Barsel dan menarik kaos yang pria itu kenakan hingga wajah mereka berdekatan. Kesempatan itu tidak Sena sia-siakan, ia langsung menyambar bibir Barsel menuntut dan menguasai.

"Terlanjur," ucap Barsel terengah-engah saat tautan bibir mereka terlepas.

Barsel membuka resleting blues yang Sena kenakan lalu melemparkan bluse itu asal saat ia sudah berhasil melepaskannya.

Sejenak Barsel menatap Sena yang kini hanya memakai pakain dalam saja. Sungguh indah menurutnya, membuat sisi lain tubuhnya yang primitif terus meronta liar ingin segera dituntaskan.

Barsel ingin melakukan lebih jauh lagi tapi sekelebat ingatan tentang janjinya pada Clara membuat Barsel ragu.

Sena yang melihat perubahan raut wajah Barsel yang terlihat ragu, tak ingin tinggal diam. Ia menukar posisi menjadi di atas pria itu dan melepaskan semua yang tersisa di tubuhnya hingga polos tanpa sehelai benang pun.

Sena juga memaksa Barsel untuk melakukan hal yang sama dan berhasil. Pria itu duduk kemudian melepaskan kaos yang dia kenakan lalu melepaskan celana dan menendangnya kesamping.

Keraguan yang sempat melintas di pikiran Barsel kini telah lenyap tak bersisa. Bahkan ia kini tak segan-segan menarik Sena dan memposisikan wanita itu menjadi di bawahnya lalu menyerangnya tanpa ampun.

Mereka berdua menggila, membuat ruang tamu itu gaduh oleh desahan serta suara dari penyatuan mereka yang liar serta panas.






😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨
Panas belum ya. Klo belum panas coba baca di dekat kompor ya guys 🤣

Bara's Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang