PART 12

4 0 0
                                    

Memandanginya membuat Riana seperti tidak mengedipkan matanya, mungkin sangkin terpukaunya kepada Arbi? Pandangannya pudar ketika terdengar bel masuk untuk memulai jam pelajaran berikutnya. Riana segera berjalan menuju kelas sebelum Arbi melihatnya. Sesampainya di kelas ternyata Vania sudah duduk di kursinya.

"Darimana Lo na? Katanya mau ke kelas"

"Emmm.. gue.. ke ka.. mar mandi, ya ke kamar mandi" ucapanya terbata-bata dan tersenyum kaku

"Biasa aja kali ngomongnya, nggak usah grogi" memanyunkan bibirnya

Lagi dan lagi Riana hanya tersenyum kepada Vania, ia tidak ingin Vania tahu bahwa dirinya dari perpus. Jika tahu, pasti diledek karena memang tumben Riana ke perpus, lagipula tadi ia ke perpus entah melakukan apa bahkan dia tidak masuk ke perpus.

Di sepanjang jam pelajaran berlangsung, disaat guru menjelaskan, Riana tidak fokus, entah apa yang ia pikirkan, ia sesekali menunduk. Kemudian, Vania yang melihat Riana seperti tidak fokus, menyenggolkan bahunya kepada Riana dan memelototkan matanya juga.

∆∆∆

Waktunya untuk pulang, Zaky yang sudah keluar duluan dari kelasnya menunggu Vania keluar dari kelas.

"Vania yuk pulang" ajak Zaky

"Eh Yana gue pulang duluan ya, bye" melambaikan tangannya kepada Riana.

Riana kemudian berjalan ke lobi sekolah untuk menunggu jemputan Pak Udin, di belakang Riana ada Arbi yang sedang berjalan dan kemudian berhenti sejenak ketika melihat Riana. Ingin rasanya Arbi menghampiri Riana, ia mulai berjalan mencoba menghampiri Riana yang berada jauh di di depannya. Arbi terlambat, Tiyo lebih cepat duluan untuk menghampiri Riana. Arbi kembali menghentikan langkahnya ketika melihat Tiyo lebih cepat darinya.

"Yana, bisa ngomong sebentar nggak?"

"Apa? Ngomong sekarang aja, gue bentar lagi mau dijemput" Riana tidak memperhatikan Tiyo yang berada di sampingnya

"Ya nggak bisa disini dong"

"Ya udah berarti nggak usah" ucapnya dengan cetus

Pak Udin telah sampai di sekolah, Riana langsung berjalan menuju mobil, kemudian masuk ke dalam mobil, ia tidak memperdulikan Tiyo yang masih ingin berbicara dengannya.

∆∆∆

Malam hari pada pukul 20.00 atau 8 malam, Riana sedang duduk di ruang Tv, Rini menghampiri Riana yang sedang sendiri disana.

"Kamu nggak belajar? Bentar lagi ujian loh"

"Emm.. bingung mau belajar apaan, materinya banyak banget"

"Kok bingung? Ya berarti kamu harus belajar semuanya dong"

"Males ah teh, besok ajalah"

"Tunda-tunda aja terus"

"Eh Teh Rini udah punya calon?" Tanya Riana yang mencoba mengalihkan pembicaraan

"Calon apa? Calon presiden?" Ucap Rini sambil terkekeh

"Iihh, tadi pagi Teh Rini dijemput sama cowok kan?" Riana memicingkan matanya kepada Rini

"Kata siapa?"

"Kata ibu lah"

"Hemm.. doain aja semoga dia berjodoh sama teteh" tersenyum dan pipinya sedikit merona

"Aamiin. Terus kapan teh?"

"Kapan-kapan" Rini tertawa

Obrolan itu terus berlanjut dengan asik, candaan, senyuman dan tertawaan mulai kembali hadir menghiasi rumah yang cukup mewah itu.

"Terima kasih Ya Allah engkau mulai hadirkan senyuman yang berseri kepada adik hamba" ucap Rini dalam hati sembari tersenyum melihat Riana yang sedang tertawa karena candaan, Riana kemudian menatap kakaknya dengan senyuman juga. Kakak beradik ini tampak bahagia, Rini memeluk adiknya dengan hangat, Kemudian menepuk-nepuk halus punggung Riana. Dibalik pelukannya Riana dan Rini tersenyum. Keduanya melepaskan pelukan tersebut,

"Udah malem tidur yuk, besok masih ada banyak aktivitas yang harus dilakukan" ucap Rini tersenyum. Riana mengangguk dan juga tersenyum kepada kakaknya. Keduanya beranjak dari duduknya dan kemudian berjalan menuju kamar mereka masing-masing. 

Lebih Baik (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang