Hayo siapa yang belum vote? Vote dulu ya! jangan lupa kasih vote buat bab ini juga!
.
.
.
Arya yang mabuk dan haus akan hiburan kala itu sebenarnya hanya mampir untuk minum dan mengobrol dengan Andre temannya. Arya sama sekali tak berminat mencicipi wanita yang ada di rumah bordil itu. Arya cukup pemilih dan peduli kesehatannya terutama kesehatan reproduksinya. Ia tak tau berapa banyak pria yang sudah meniduri wanita-wanita genit yang berseliweran di hadapannya.
Setidaknya ketidak tarikannya pada para wanita yang ada disana sirna begitu ia melihat seorang gadis polos yang kebingungan dalam kebinalan para pengunjung rumah bordil itu. Seorang gadis cantik yang tampak ketakutan dalam pakaian sexy itu, seorang gadis yang tak siap dengan konsekuensi bila datang ke tempat ini.
Teriakan orang-orang yang riuh bersaut-sautan ingin membelinya dengan harga yang murah dan di bawah rata-rata membuat Arya miris mendengarnya. Terlebih ketika angka penjualan terhenti di angka 21 juta.
300 juta jelas bukan angka yang sedikit, tapi bagi Arya yang memiliki segalanya. Uang 300 juta baginya tidak lebih seperti kembalian dari warung. Bahkan membawa uang tunai sebanyak itu juga bukan hal istimewa baginya.
"Jadi aku beli budak sex?" tanya Arya setengah mabuk memastikannya kembali pada asistennya yang sudah membayar dan membawa beberapa surat-surat bukti pembayaran juga akta kelahiran Lia sebagai penjaminnya.
"Kurang lebih begitu Tuan," jawab asistennya dengan jelas.
Arya tersenyum lalu hanya diam dan menggenggam tangan Lia hingga ia sampai di rumahnya. Lia begitu ketakutan. Tangannya begitu dingin dan berkeringat. Bahkan Arya belum melakukan apapun padanya selain menggenggam tangannya ia sudah begitu ketakutan.
"Apa panas? Udaranya terlalu panas?" tanya Arya sambil mendekatkan wajahnya ke arah Lia.
Bukan karena Arya cabul, tapi ia tak dapat melihat wajah budak yang baru ia beli itu dengan jelas. Matanya begitu kabur menahan pusing dan efek memabukkan dari entah jenis minuman apa yang ia minum tadi.
Arya tersenyum lembut lalu menghembuskan nafasnya di tangan Lia. "Kamu cantik, wajahmu bikin aku inget Bundaku," ucap Arya lembut lalu mengecup bibir Lia dan menaikkan suhu pendingin di mobilnya.
Air mata Lia mengalir begitu saja. Ia begitu ketakutan sekarang. Daripada memikirkan bagaimana bila nanti ayahnya tau atau bagaimana bila masyarakat di desanya tau atas apa yang menimpanya sekarang. Jujur Lia lebih takut pada Arya dan apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.
300 juta bukan uang yang sedikit tidak mungkin ia hanya datang sebagai pelamar pekerjaan biasa. Tidak mungkin juga ia datang dengan pakaian yang sesexy ini dan hanya akan di suruh bersih-bersih atau mengurus kebun. Apa lagi ia di bawa ke tempat yang begitu jauh ini saat malam hari.
"Why you cry Darling? Did you scared?" tanya Arya sambil menatap Lia setelah melihatnya menangis dalam diam.
Lia tertunduk ketakutan. Ia ingin menangis lebih keras dan menjerit minta tolong atau kabur dari mobil yang melaju kencang ini. Tapi Arya yang duduk di sampingnya terlihat begitu mengawasinya.
Begitu mustahil lepas dari orang kaya gila yang membelinya saat ini. Jalanan kota yang begitu asing baginya terlihat indah dan menyeramkan di saat bersamaan. Tadi ia meminta untuk pergi jalan-jalan ke kota. Tapi bukan seperti ini yang ia mau.
"What you scare of? Is that me? You scare of me?" tanya Arya lagi lalu merangkul Lia agar mendekat dengannya.
Lia pasrah dan tampak begitu ketakutan. Air matanya tak bisa berhenti mengalir. Ia sangat ketakutan melihat Arya yang sempat mencuri perhatiannya di rumah bordi tadi.
"Daddy just wanna make you feel oke," bisik Arya lalu mengecup pipi Lia dengan lembut. Perlahan ciuman itu turun hingga kelehernya, tak puas hanya mengecupnya Arya menjulurkan lidahnya lalu mulai menjilati leher dan daun telinga Lia.
Lia mengerutkan bahunya sambil mendorong dada Arya pelan. "J-jangan," lirih Lia ketakutan dengan begitu pelan.
Arya diam menatap Lia dengan kesal, sedih, marah dan kecewa yang berpadu jadi satu. Arya mundur lalu duduk tanpa mengganggu Lia lagi. Lia sempat bernafas lega, tapi tak selang lama mobil berhenti setelah memasuki hutan pohon jati dan masuk ke sebuah rumah besar, megah bak istana.
"Bahkan wanita murahan sepertimu yang datang untuk melacurpun menolakku?" gumam Arya lalu menyeret Lia keluar dari dalam mobilnya.
Lia berusaha meronta dan lari dari cengkraman Arya tapi ia di hadang dengan banyaknya petugas keamanan yang menghadang langkahnya. Bahkan lari dari Arya juga bukan pilihan terbaiknya saat ini. Hanya pasrah dan menerima apa yang ada adalah jalan terbaik yang ia punya sekarang. Meskipun tetap bersama Arya juga tidak membuatnya merasa lebih aman.
Arya menarik tangannya secara paksa menaiki tangga yang ada. Langkah Lia begitu tertatih-tatih tapi ia tetap berusaha mengimbangi langkah besar pria mabuk yang sudah membelinya itu. Air matanya perlahan surut dengan sendirinya.
Lia terlalu takut, panik dan waspada hingga menangis sudah tak bisa menjadi solusi lagi. Meminta belas kasihan apa lagi. Tapi meskipun begitu ia bisa melihat betapa megah dan indahnya tempat Arya membawanya.
Lantai marmer yang halus dan terlihat bersih bahkan nyaris tak ada sela perpotongan antar satu marmer dengan marmer lainnya, taman depan yang di hiasi bunga mawar, melati, dan bunga-bunga lainnya. Suasana hujan yang sejuk dan dingin berhembus seiring dengan semerbak bunga yang ada di sekitarnya.
Tempat seindah ini rasanya mustahil bila di sebut sebagai tempat penyiksaan atau neraka. Ini surga yang di sembunyikan, bagai di culik ke negeri dongeng. Tapi sayang faktanya Lia kesana bukan sebagai putri atau tamu jangankan seperti itu, menjadi pembantu atau tukang kebun yang masih punya sedikit martabatpun tidak.
Ia datang sebagai budak. Budak sex lebih tepatnya. Budak sex yang di lelang dari rumah bordil pinggiran lalu entah keberuntungan atau kesialan ia di beli dengan harga selangit oleh konglomerat yang menyeretnya masuk kedalam sebuah kamar ini.
Kamar besar dan megah. Kamar bernuansa warna putih, emas, dan merah hati. Begitu indah, tapi sayang kamar itulah yang akan jadi saksi bisu kebrutalan yang akan ia alami setelah ini dan entah kapan akan berhenti.
.
.
.
Jangan lupa kasih vote + komen biar semangat up!
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Girl ✔
RomanceLia (18) seorang gadis cantik dengan sikap yang lembut dan penyayang diam-diam dijual oleh kakaknya ke rumah bordil. Arya (30) langsung membelinya tanpa pikir panjang, melihat gadis polos yang kebingungan membuat hasratnya menggelora. Arya memperla...