[10] Tepi Pantai

24 3 0
                                    

Cinta itu seperti mawar
Setiap mahkota indahnya
hanya ilusi sementara
Durinya adalah kenyataan
kejam yang abadi

*******

Normal Pov

Seorang pria sedang berjalan menuju pasar untuk menjual barang dagangannya seperti biasanya.

Dia melangkahkan kakinya menelusuri jalan ditepi pantai dengan bantuan senter yang terpasang dikepalanya karena kedua tangannya penuh dengan barang dagangannya.

Angin pantai yang dingin bertiup dengan kencang dan matahari yang belum muncul membuat kebanyakan orang memilih memakai pakaian tebal.

Matanya sesekali memperhatikan kearah laut untuk melihat apakah ada kapal pedagang lain yang berlabuh hari ini.

Tapi bukannya melihat kapal, dia melihat sebuah benda hitam yang berada di pinggir pantai. Ombak berkali-kali menyentuhnya namun tidak bisa menarik benda itu.

Pria itu penasaran dan memutuskan untuk mengeceknya meninggalkan dagangannya disamping jalan lalu mendekati benda hitam itu.

Tenyata itu seorang manusia, pria itu panik berpikir bahawa orang didepannya mabuk dan pingsan tepat disana.

Dia membalikkan tubuh itu, sedetik kemudian dia berteriak keras sambil berlari menjauh dari sana.

"MAYAT! ADA MAYAT! TOLONG!!!" teriakannya menarik perhatian semua orang.

*******

Kia berjalan memasuki rumah ketika Nia sedang duduk disofa sambil mengerjakan tugas dilaptopnya. "Aku pulang" ucap Kia melepaskan tas dan kaos kakinya ke sembarang tempat lalu duduk tepat disebelah Nia.

Nia menggeleng melihat kebiasaan adiknya yang tidak pernah berubah meskipun diomeli berkali-kali

"Gimana sekolahmu?" tanya Nia menutup laptopnya dan memberikan seluruh atensinya pada Kia.

Meski belum berbicara apapun Nia bisa melihat betapa lelahnya Kia dari wajahnya

"Biasa saja, tapi karena aku mau lulus. Aku harus membantu pelatihan anggota klub jurnalistik sekolah, itu melelahkan."

"Well, kurasa gak ada orang lain yang dipercayai gurumu selain dirimu." Ledek Nia yang dibalas tatapan jengah dari Kia.

Nia tertawa puas melihat ekspresi Kia itu "Tapi, ada yang aneh terjadi." Lanjut Kia serius.

Nia menghentikan tawanya "Aneh? Maksudmu kau terpilih lagi jadi perwakilan sekolah buat lomba."

Kia memukul bahu Nia kesal tapi kekuatan Kia sama sekali tidak terasa bagi Nia yang merupakan penggiat olahraga

"Oke, jadi apa yang terjadi?" tanya Nia setelah berhasil mengontrol dirinya agar tidak kembali menggoda Kia.

"Kakak ingat mimpi yang kuceritakan tadi pagi?" Kia menatap Nia lurus.

"Yang kau bilang, kau mimpi temanmu terluka dan tidak ada perban diruang perawatan. Karena itu, kau bawa perban dan kapas dari rumah 'kan tadi pagi?"

"Kakak juga ada dalam mimpi itu, ingat?" koreksi Kia.

"Iya, iya. Aku hanya jadi cameo yang berdiri dan melihatmu dari jauh sambil tersenyum 'kan? Terus apa yang terjadi?" sahut Nia ringan

Kia mengangguk tapi wajahnya terlihat tidak tenang

"Itu... benar-benar terjadi." Ucapnya pelan hampir seperti gumaman namun Nia bisa mendengar kalimat Kia dengan jelas.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang