Bagian Tiga Puluh Dua

2.6K 370 87
                                    

"Tanggal berapa nikahannya Renatta?"

"Dua tiga"

Jevan menghela nafas usai meneguk air minumnya. Di depannya sekarang ada Mark dan Ansella. Mereka sarapan pagi seperti biasa.

"Aku gak bisa pergi. Ada urusan kerjaan. Kamu sama Mark aja pergi berdua ya"

Ansella seketika mendongak dan langsung menggelengkan kepala mendengar ucapan Jevan barusan sementara Mark tidak memberikan respon berarti dan hanya mengangguk.

"Kenapa Kamu gak ikutan sih?"tanya Ansella.

"Udah di bilang sibuk ada kerjaan. Kamu juga tau Aku gak bisa naik pesawat. Kepalaku sering sakit"

Gantian Ansella yang menghela nafas mendengar ucapan Jevan. Dia tau sih kalau Jevan itu takut ketinggian dan sering sakit kepala kalau pergi-pergi pakai pesawat dan perjalanan jauh. Tapi tetap saja opsi untuk pergi berdua dengan Mark itu mimpi buruk!! Ansella bisa berangkat sendirian tanpa mereka!!

"Renatta juga kenal sama Kamu kan Mark?"tanya Jevan.

"Kenal Pa. Tapi Mark deketnya sama calonnya Renatta bukan sama dianya"balas Mark. Dia masih makan dengan santai berusaha tidak terlalu perduli dengan ucapan Ayahnya barusan. Tapi jelas Mark bersorak dalam hati. Dia akan berangkat ke Bangkok berdua dengan Ansella tanpa Ayahnya. Itu jackpot! Disana Mark ingin memperbaiki hubungan mereka dan membujuk Ansella untuk kembali padanya.

"Nah yaudah. Papa titip Sella sama Kamu kalau gitu"

"Hmm"

Sementara Ansella sudah tak punya selera untuk melanjutkan makanya lagi. Dia sedang bersusah payah menghindari Mark selama di rumah tapi Jevan malah menyuruhnya pergi ke Bangkok berdua saja dengan lelaki itu.

Usai sarapan selesai Ansella mengantar Jevan ke depan dengan wajah yang masih cemberut. Jevan langsung berdecak dengan ekspresi yang di tunjukan perempuan itu untuknya.

"Kau ini kenapa sih? Ini masih pagi jangan beri Aku wajah seperti itu Sella"

"Kenapa gak bilang dari awal kalau emang gak bisa pergi. Tau gitu Aku kan bisa berangkat sendiri dari kemarin!"ujar Ansella melangsungkan protes.

"Aku baru ingat hari ini. Sudahlah yang begitu saja di pikirkan"

"Pokoknya Aku mau berangkat sendiri. Gak mau barengan sama Mark. Titik!"

"Kenapa gak mau? Udah bagus ada dia jadi ada yang jagain Kamu selama disana nanti. Kamu juga gak sendirian di pesawat"

"Haihh. Kamu pikir Aku anak kecil harus di jagain segala!? Lagian Kamu
mana paham sih!"

"Ya terus kenapa? Apanya yang Aku tidak pahami hah? Dia ngapain Kamu? Godain? Di bully? Atau apa? Kasih tau Aku kalau dia macem-macem"

"Tau lah!"ujarnya kesal. Gila saja kalau Ansella berani bilang ke Jevan apa yang sudah anaknya lakukan padanya. Dan bagaimana soal hubungan mereka sebelumnya. Itu sama saja seperti dia menggali kuburannya sendiri.

"Jangan buat Aku jadi tidak mood juga ya Ansella. Jadi jangan pasang ekspresi seperti itu pagi-pagi begini"ucap Jevan yang juga ikutan kesal dengan ekspresi masam yang di berikan Ansella sejak tadi padanya.

"Lalu Aku harus memasang ekspresi seperti apa? Tersenyum lebar bak ibu peri saat Aku sedang kesal, begitu? Aku ini ibu tiri tau! Jangan lupa!"ujarnya asal.

"Sudahlah terserahmu saja. Aku mau berangkat dulu"balas Jevan tak ingin memperpanjang urusan dengan berdebat dengan Ansella pagi-pagi begini.

Jevan lalu menepuk kepala Ansella sekali sebelum akhirnya Ia masuk ke dalam mobil dan berangkat bekerja. Setelah kepergian mobil Jevan, Ansella langsung berdecak kesal.

Karmasutra••Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang